Iran dan Turki Kecam Normalisasi Hubungan Bahrain-Israel
Normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel dinilai hanya akan meningkatkan ketidakstabilan di Timur Tengah.
TEHERAN, SABTU — Pemerintah Iran dan Turki, Sabtu (12/9/2020), mengecam normalisasi hubungan Israel dan Bahrain yang mengikuti langkah Uni Emirat Arab. Normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel dinilai hanya akan meningkatkan ketidakstabilan kondisi di Timur Tengah.
Bahrain mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa pihaknya telah setuju untuk meresmikan kesepakatan dengan Israel. Hubungan resmi akan dikukuhkan pada Selasa (15/9/2020) di Gedung Putih, Amerika Serikat.
Dalam kesempatan yang sama, Uni Emirat Arab juga akan menandatangani kesepakatan dengan Israel. Normalisasi hubungan UEA-Israel telah diumumkan pada pertengahan Agustus lalu.
Presiden AS Donald Trump menyebut normalisasi hubungan Bahrain-Israel sebagai hari yang benar-benar bersejarah, layaknya hal serupa antara UEA dan Israel. Trump, Jumat (11/9/2020), di Washington, mengatakan, Israel dan Bahrain sedang membangun hubungan diplomatik dan komersial penuh.
Bahrain, sebuah kerajaan yang diperintah kelompok Sunni di tengah populasi Syiah yang besar. Selain sangat bergantung kepada AS, negara ini juga sering dipelesetkan sebagai salah satu provinsi Arab Saudi.
Baca juga: Bahrain Susul UEA Jalin Relasi dengan Israel, Arab Makin Tinggalkan Palestina
Washington menempatkan Armada Kelima di negara kepulauan di Teluk, sebuah negara yang kecil, tetapi strategis. ”Mereka akan bertukar kedutaan dan duta besar, memulai penerbangan langsung antara negara mereka dan meluncurkan inisiatif kerja sama di berbagai sektor, termasuk kesehatan, bisnis, teknologi, pendidikan, keamanan, dan pertanian,” kata Trump.
Pengumuman itu langsung dikecam Teheran. Iran memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan Bahrain dan merupakan musuh bebuyutan AS. ”Para penguasa Bahrain mulai sekarang akan menjadi mitra kejahatan rezim Zionis sebagai ancaman konstan terhadap keamanan kawasan dan dunia Islam,” demikian Pemerintah Iran dalam salah satu pernyataannya.
Kecaman juga disampaikan Pemerintah Turki. Menurut Ankara, kesepakatan itu akan semakin memberanikan Israel untuk melanjutkan praktik-praktik yang disebut sebagai tindakan ilegal.
Normalisasi negara-negara di Timur Tengah dengan Israel dinilai tidak lebih sebagai upaya Israel untuk menjadikan pendudukan wilayah Palestina sebagai hal yang permanen.
Sekutu Lebanon dan Iran, kelompok Hezbollah, mengatakan, kesepakatan itu adalah ”pengkhianatan dan tusukan menyakitkan di punggung rakyat Palestina”.
Kecaman dilaporkan juga muncul dari sejumlah kalangan di Bahrain. Warga Bahrain yang menentang perjanjian tersebut melampiaskan rasa frustrasi mereka di media sosial dengan menggunakan tagar ”warga Bahrain menentang normalisasi” dan ”normalisasi adalah pengkhianatan”.
”Hari yang hitam dalam sejarah Bahrain,” tulis mantan anggota parlemen, Ali Alaswad.
Terobosan baru
Raja Bahrain Hamad bin Isa al-Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Trump dilaporkan telah berbicara berjam-jam sebelum mengumumkan rencana normalisasi hubungan baru di antara para pihak itu.
Normalisasi tersebut dinilai sebagai sebuah terobosan baru. Disebutkan dalam panggilan telepon itu, Raja Khalifa menekankan perlunya mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif sebagai pilihan strategis, sesuai dengan solusi dua negara dan resolusi legitimasi internasional yang relevan.
Seorang pejabat senior di Manama mengatakan, kesepakatan itu akan meningkatkan ”keamanan, stabilitas, dan kemakmuran” kawasan.
Baca juga: Pertarungan Menuju Sykes-Picot Baru di Timur Tengah
Trump menyebut pembangunan itu ”sangat, sangat penting tidak hanya untuk Timur Tengah, tetapi juga untuk dunia”. Netanyahu tentu saja memuji kesepakatan tersebut.
”Warga Israel, saya tergerak untuk memberi tahu Anda bahwa malam ini, kami mencapai kesepakatan damai lain dengan negara Arab lainnya, Bahrain. Perjanjian ini menambah perdamaian bersejarah dengan UEA,” katanya.
Israel sebelumnya hanya membuat dua perjanjian damai dengan negara-negara Arab, yakni Mesir pada 1979 dan Jordania pada 1994. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, yang nantinya juga akan bergilir menjadi PM Israel, memberikan selamat kepada Netanyahu dan Al-Khalifa atas kesepakatan itu. Ia pun berterima kasih kepada Trump dan Pemerintah AS atas ”upaya luar biasa mereka untuk membangun Timur Tengah yang lebih stabil”.
Presiden Israel Reuven Rivlin menyerukan negara Arab dan Muslim lainnya untuk berdamai dengan Israel hingga perdamaian antarwarga. Pihak UEA juga mengirimkan ucapan selamat kepada Bahrain dan Israel.
”Hari ini menandai pencapaian penting dan bersejarah lainnya yang akan memberikan kontribusi besar bagi stabilitas dan kemakmuran kawasan,” kata Hend al-Otaiba, direktur komunikasi strategis di Kementerian Luar Negeri UEA.
Trump mengandalkan kesepakatan terbaru dengan Israel akan memberinya momentum menjelang pemilihan presiden pada awal November nanti. Ia mengatakan lebih banyak negara Arab dapat membuka pintu mereka ke Israel. ”Saya sangat berharap akan ada lebih banyak lagi yang menyusul.”
Presiden asal Partai Republik itu menyebut dirinya sebagai Presiden AS paling pro-Israel dalam sejarah. Dia telah mengambil serangkaian keputusan yang sangat bermanfaat bagi Israel.
Mulai dari mengakui Yerusalem yang disengketakan sebagai ibu kota negara hingga secara sepihak menarik diri dari perjanjian internasional yang dimaksudkan untuk mengakhiri isolasi Iran. Imbalannya adalah kontrol terverifikasi untuk mencegah militerisasi industri nuklir Teheran.
Baca juga: Siluman F-35 Tentukan Perimbangan Kekuatan di Timur Tengah
Pada saat yang sama, Trump telah mendorong untuk menghentikan jejak militer AS sendiri setelah puluhan tahun terlibat dalam pertikaian berdarah di Irak dan di tempat lain. Pengumuman normalisasi UEA-Israel dinilai telah melanggar kebijakan bertahun-tahun tentang konflik Timur Tengah.
Normalisasi itu memicu penolakan marah dari Palestina, yang melihat dukungan Arab sangat penting untuk kekuatan mereka yang terbatas dalam melawan pendudukan Israel. (AFP/REUTERS)