Nobel Perdamaian 2020, Penghargaan atas Peran Melawan Kelaparan
Nobel Perdamaian 2020, yang diberikan pada Program Pangan Dunia (WFP), diharapkan bisa membuka mata dunia pada jutaan orang yang menderita kelaparan. Penghargaan itu juga untuk mengingatkan pentingnya multilateralisme.
Oleh
LUKI AULIA & MH SAMSUL HADI
·5 menit baca
OSLO, JUMAT -- Penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2020, Jumat (9/10/2020), diberikan kepada Program Pangan Dunia (WFP), salah satu organisasi dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Organisasi yang bermarkas di Roma, Italia, itu meraih Nobel Perdamaian terkait upaya memerangi kelaparan di dunia dan memulihkan kondisi di daerah-daerah yang terdampak konflik demi perdamaian. WFP akan menerima hadiah 1,1 juta dollar AS dan medali emas.
Berdiri pada 1961, setiap tahun WFP memberikan bantuan pangan bagi sekitar 97 juta orang di 88 negara. Melalui pasokan kebutuhan pangan yang diangkut dengan helikopter, gajah, ataupun unta, WFP menjadi ”organisasi kemanusiaan terkemuka” di dunia. Sebuah dunia di mana 690 juta orang, atau satu dari 11 orang, terpaksa tidur dengan kondisi perut kosong tanpa makanan.
”Dengan penghargaan tahun ini, Komite Nobel Norwegia berharap bisa membuka mata dunia pada jutaan orang yang menderita atau menghadapi ancaman kelaparan,” kata Berit Reiss-Andersen, Ketua Komite Nobel, di Oslo, Norwegia.
”Keterkaitan antara kelaparan dan konflik bersenjata adalah siklus yang kejam: perang dan konflik bisa memicu kerawanan pangan sebagaimana kelaparan dan kerawanan pangan bisa menyebabkan meletusnya konflik-konflik laten dan memantik kekerasan,” lanjutnya.
”Kita tidak akan pernah mencapai tujuan tanpa ada kelaparan, kecuali kita juga mengakhiri perang dan konflik bersenjata,” kata Reiss-Andersen.
Komite Nobel menilai peran dan posisi WFP saat ini semakin relevan dengan banyaknya penduduk dunia yang terancam kelaparan atau sedang kelaparan akibat konflik, perang, dan pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 berkontribusi menambah jumlah penduduk dunia yang kelaparan.
”Selama kita belum memiliki vaksin medis, makanan adalah vaksin terbaik untuk melawan kekacauan. WFP memperkirakan akan ada 265 juta orang yang kelaparan hanya dalam satu tahun. Ini sekaligus ajakan untuk komunitas internasional agar senantiasa membantu pembiayaan WFP,” ujar Reiss-Andersen dalam pidatonya.
WFP telah mendatangkan bantuan pangan dalam berbagai krisis, termasuk bencana kelaparan di Ethiopia tahun 1984, tsunami di Asia tahun 2004, serta gempa bumi di Haiti tahun 2010. Direktur Eksekutif WFP David Beasley, lewat akun Twitter, menyatakan, pihaknya sangat terhormat mendapatkan Nobel Perdamaian.
”Ini pengakuan luar biasa terhadap dedikasi keluarga besar WFP yang telah bekerja keras menangani kelaparan di lebih kurang 80 negara,” tulisnya.
Penghargaan ini diperoleh, lanjut Beasley, berkat kerja keras keluarga besar WFP di daerah-daerah tersulit dan paling kompleks di dunia. Tidak peduli itu di daerah konflik, perang, dan cuaca ekstrem. Apa pun. ”Mereka semua ada di sana dan pantas mendapatkan penghargaan ini,” tulisnya.
Juru bicara WFP, Tomson Phiri, di Geneva, mengatakan, setiap hari anggota WFP bertaruh nyawa saat memberi makanan kepada lebih dari 100 juta orang yang kelaparan.
Beberapa tokoh dunia menyampaikan selamat. Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut WFP pantas menerima penghargaan itu. ”Orang-orang (WFP) melakukan kerja luar biasa,” kata Merkel.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga gembira penghargaan itu jatuh kepada ”para penolong pertama di garis depan kerawanan pangan dunia”.
"Solidaritas tepat sekali dibutuhkan saat ini untuk mengatasi bukan hanya pandemi, tetapi juga ujian dunia lainnya pada era kita," kata Guterres melalui pernyataan tertulis. "Ada juga kelaparan dalam dunia kerja sama internasional kita."
"Program Pangan Dunia memenuhi kebutuhan itu juga. WFP beroperasi di atas wilayah politik, dengan kebutuhan kemanusiaan yang menggerakkan operasinya. Organisasi ini bertahan berkat kontribusi sukarela negara-negara anggota PBB dan masyarakat secara umum."
Menurut ahli, meski ada kemajuan dalam tiga dekade, target PBB menghapus kelaparan tahun 2030 tak akan tercapai jika tren saat ini berlanjut. Perempuan dan anak-anak secara umum paling berisiko di tengah bencana kelaparan.
Pesan kerja sama
WFP dipilih jadi penerima Nobel Perdamaian, kata Direktur Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm Dan Smith, karena Komite Nobel Norwegia ingin mengingatkan pentingnya dukungan dan kerja sama internasional.
”Kelaparan, seperti halnya perubahan iklim, pandemi, dan isu lain, adalah masalah dunia yang hanya bisa ditangani dengan bekerja sama. Dan, WFP merupakan institusi kerja sama global,” kata Smith.
Pesan kerja sama ini ingin ditonjolkan karena ada kecenderungan sejumlah negara, terutama negara-negara besar, mulai enggan bekerja sama.
"(Penghargaan) ini bukan hanya mengakui kerja tanpa kenal lelah Anda untuk keamanan pangan di planet kita, tetapi juga mengingatkan pentingnya multilateralisme yang memberikan hasil ini," kata Charles Michel, Presiden Dewan Eropa, dalam pesan ucapan selamat.
"Multilateralisme kini lebih penting daripada sebelumnya," cuit PM Swedia Stefan Lofven melalui Twitter.
Penghargaan Nobel Perdamaian bagi WFP ini diberikan ketika gejala anti-multilateralisme cenderung menguat belakangan. Hal ini, antara lain, ditandai oleh keluarnya Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump dari beberapa badan PBB, termasuk Dewan Hak Asasi Manusia dan UNESCO. Trump juga beberapa kali mengkritik badan PBB lainnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam menangani pandemi Covid-19. AS bahkan akan keluar dari WHO, Juli mendatang.
Dalam pidatonya, Ketua Komite Nobel, Berit Reiss-Andersen, menyampaikan dengan jelas pesan pentingnya kesatuan. "Kami mengirimkan sinyal pada seluruh negara (yang) memperlihatkan keberatan pada kerja sama internasional. Kami mengirimkan sinyal pada tipe nasionalisme ini, di mana tanggung jawab pada masalah global tidak dihadapi," kata Reiss-Andersen.
"Kerja sama multilateral mutlak diperlukan untuk menbatasi tantangan-tantangan global. Dan multilateralisme terlihat kurang mendapat respek hari-hari ini, dan Komite Nobel Perdamaian secara jelas ingin menekankan aspek ini," tegasnya.
Komite Nobel mengingatkan, tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19, ada 135 juta orang kelaparan, sebagian karena perang dan konflik bersenjata. Pemerintah sejumlah negara diminta membantu dana bagi WFP dan organisasi pemberi bantuan lain untuk menyediakan pangan bagi jutaan orang, seperti di Yaman, Kongo, Nigeria, Sudan Selatan, dan Burkina Faso.