Gencatan Senjata Armenia-Azerbaijan Semakin Sulit Terlaksana
Kota Ganja dilaporkan menjadi sasaran rudal pada Minggu dini hari. Akibatnya, 9 orang tewas dan 34 lain terluka.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BAKU, SENIN — Gencatan senjata di Nagorno-Karabakh yang disepakati Azerbaijan dan Armenia pekan lalu kian sulit terlaksana. Hingga Minggu (11/10/2020) malam terus terjadi serangan dari para pihak bertikai.
Perwakilan pihak bertikai kembali menyepakati gencatan senjata berlaku, Minggu pukul 00.00. Walakin, Baku menuding Yerevan dan milisi Armenia di Nagorno-Karabakh tetap menyerang sejumlah lokasi di Azerbaijan sejak Minggu dini hari.
Kota Ganja dilaporkan menjadi sasaran rudal pada Minggu dini hari. Akibatnya, 9 orang tewas dan 34 lain terluka. Para pekerja kemanusiaan terlihat mengevakuasi korban dari reruntuhan bangunan pada Minggu pagi. Mesin keruk membersihkan puing-puing untuk mempermudah evakuasi.
Sementara Chemenli dan Zengishali di Provinsi Agdam dilaporkan diserang sejumlah milisi pada Minggu malam. Pembangkit Listrik Tenaga Air di Mingachevir juga dilaporkan diserang sejumlah orang tidak dikenal. Ada pula laporan serangan di Aghdere-Terter dan Fizuli-Jabrayil.
Armenia dan milisi Armenia di Nagorno-Karabakh menyangkal semua tudingan serangan itu. Yerevan menuding Baku membombardir Stepanakert, kota di Nagorno-Karabakh yang ditetapkan sebagai ibu kota Artsakh.
Etnis Armenia di Nagorno-Karabakh memproklamasikan pendirian negara Artsakh pada 1991. Tidak ada satu pun negara mengakui kedaulatan Artsakh, termasuk Armenia, sampai sekarang.
Sebab, komunitas internasional mengakui Nagorno-Karabakh sebagai wilayah Azerbaijan. Sementara penduduk mayoritas di wilayah itu adalah etnis Armenia.
Serangan di Stepnakert menewaskan lima orang sepanjang Sabtu dan Minggu. Milisi Armenia di Nagorno-Karabakh tidak menyebut di mana saja lokasi serangan terjadi. Sejak pertempuran meletus pada akhir September, 429 milisi Armenia tewas.
Presiden Artsakh Arayik Haratyunyan menyebut, situasi di wilayahnya cukup tenang dan terkendali. Walakin, ia tidak tahu sampai kapan situasi itu bisa dipertahankan.
Ia menyebut pasukan Azerbaijan mencoba menyerang Hadrut. Selain itu, belum jelas kapan pertukaran sandera bisa dilakukan. Salah satu kesepakatan gencatan senjata adalah saling menukar sandera.
Dengan kesepakatan Jumat pekan lalu, sudah dua kali para pihak bertikai menyetujui gencatan senjata. Sayangnya, kesepakatan-kesepakatan itu tidak menghentikan pertempuran yang sudah menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan orang.
Konflik di Nagorno-Karabakh mulai meletus pada dekade 1980-an menjelang akhir perang dingin dan Uni Soviet bubar. Dulu, Armenia dan Azerbaijan sama-sama diduduki Uni Soviet. Setelah Uni Soviet bubar, kedua negara kembali menyatakan kemerdekaan.
Komunitas internasional mengakui wilayah Azerbaijan, termasuk Nagorno-Karabakh. Etnis Armenia yang menjadi mayoritas di wilayah itu menolak keputusan komunitas internasional.
Penolakan tersebut disokong Armenia. Akibatnya, terjadi konflik bersenjata sampai sekarang dan telah menewaskan sedikitnya 30.000 orang dalam tiga dekade terakhir.
Berbagai negara telah mencoba menyelesaikan konflik di sana. Sayangnya, sampai sekarang upaya itu gagal. Bahkan, konflik kembali meletus dan melibatkan lebih banyak negara sebagai penyokong para pihak bertikai.
Turki secara terbuka mendukung Azerbaijan. Baku mengakui dan menunjukkan bukti penggunaan persenjataan Turki dalam pertempuran di Nagorno-Karabakh. Ankara tidak berkomentar soal itu. (AP/REUTERS)