Perdagangan Bebas China-Kamboja untuk Alihkan Sanksi Uni Eropa
Perdagangan bebas China-Kamboja diteken Menteri Perdagangan Kamboja Pan Sorasak dan mitranya dari China, Zhong Shan. Menlu China Wang Yi dan PM Kamboja Hun Sen menyaksikan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
PHNOM PENH, SENIN — Pemerintah Kamboja menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Pemerintah China di Phnom Penh, Kamboja, Senin (12/10/2020). Kesepakatan yang tercapai dalam pembicaraan yang berlangsung kurang dari satu tahun itu diharapkan Kamboja dapat menjadi pengalih sanksi yang diterimanya dalam hubungan dagang dengan Uni Eropa.
Perjanjian itu ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Kamboja Pan Sorasak dan mitranya dari China, Zhong Shan. Hadir dalam penandatanganan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen. Acara itu disiarkan secara daring. Wang Yi sehari sebelumnya bertemu dengan Wakil PM Kamboja Hor Namhong di Phnom Penh.
Media resmi Kamboja, sebagaimana dikutip media Nikkei Asian Review, para menteri Kamboja memuji kesepakatan itu. Kesepakatan itu disebut sebagai tonggak baru yang akan memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi Kamboja. Perjanjian tersebut mencakup sektor-sektor yang mencakup perdagangan, pariwisata, dan pertanian. Kedua negara bersepakat memotong bea untuk produk mereka.
”Penandatanganan perjanjian menandakan hubungan yang lebih kuat kedua negara dan menandai tonggak sejarah penting lainnya untuk hubungan Kamboja dengan China,” kata Sorasak.
Dia menyatakan, kesepakatan kedua pihak akan mulai berlaku awal tahun depan. ”Kesepakatan ini akan memberikan kemitraan ekonomi yang lebih kuat melalui akses pasar yang lebih tinggi, liberalisasi barang, jasa dan investasi,” kata Sorasak.
Serangkaian konsensus telah dicapai pada pertemuan kelima komite koordinasi kedua pemerintah pada Juni. Aneka proyek baru dalam daftar kerja sama sedang dimatangkan.
Kantor berita China, Xinhua, menyebutkan Wang mengatakan kepada Namhong bahwa karena persahabatan erat China-Kamboja, dirinya memilih Kamboja sebagai negara pertama yang dikunjungi semasa pandemi Covid-19.
Ditegaskan bahwa Beijing siap untuk lebih menaruh kepercayaan politik dan meningkatkan dukungan timbal balik. Menurut Wang, ada momentum besar dalam hubungan bilateral kedua negara.
Serangkaian konsensus telah dicapai pada pertemuan kelima komite koordinasi kedua pemerintah pada Juni. Aneka proyek baru dalam daftar kerja sama sedang dimatangkan. Kerja sama itu mencakup hampir semua bidang.
China menegaskan siap membantu Kamboja dalam memerangi pandemi, termasuk menyediakan vaksin Covid-19 yang dikembangkan China berdasarkan prioritas. Beijing juga berjanji mengimpor lebih banyak produk pertanian berkualitas tinggi Kamboja.
Belum rinci
Sejauh ini tidak ada perincian yang diberikan terkait pernjanjian Kamboja-China itu. Tidak jelas pula bagaimana perjanjian itu akan bekerja dengan pengaturan perdagangan yang ada antara China dan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dengan Kamboja. Kamboja adalah salah satu dari 10 anggota ASEAN.
Seorang juru bicara Dewan Menteri Kamboja pada Agustus lalu mengatakan, pemerintah berharap kesepakatan itu akan meningkatkan ekspor ke China sebesar 25 persen. Peningkatan ekspor pertanian disebutkan menjadi fokus kerja sama itu.
Sopheak pada Juli mengatakan hal itu mencakup 340 komoditas, di mana 95 persen di antaranya akan bebas tarif. Beberapa di antaranya cabai, nanas, sayuran, ikan, daging, biji-bijian, makanan laut, dan berbagai produk kaleng. Beras Kamboja, karet, dan gula tidak termasuk dalam perjanjian tersebut.
Perdagangan bilateral antara Kamboja dan China mencapai lebih dari 9 miliar dollar AS pada 2019 meskipun neraca perdagangannya sangat miring. China adalah sumber impor terbesar Kamboja tahun lalu, terhitung 37,2 persen dari total impor senilai 8,3 miliar dollar AS, merujuk pada data Economist Intelligence Unit.
Sementara itu, total ekspor Kamboja ke China senilai 900 juta dollar AS, sekitar 5 persen dari total ekspornya.
Dengan ekonomi yang sangat bergantung pada manufaktur pakaian jadi, pasar ekspor terpenting Kamboja adalah AS dan UE. Komposisinya mencapai 26 persen dan 25 persen tahun lalu. Perjanjian perdagangan bebas dengan China terjadi setelah sanksi perdagangan diberlakukan UE.
Brussels telah menangguhkan sebagian akses bebas bea Kamboja ke blok itu karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia. China, sumber bantuan dan investasi terbesar Kamboja, telah berjanji untuk membantu meredam pukulan tersebut.
Sebagai upaya diversifikasi ekonomi lainnya, Kamboja juga sedang dalam pembicaraan perdagangan bebas dengan Korea Selatan dan Mongolia. (REUTERS)