Trump dan Biden Habis-habisan di Hari Terakhir Kampanye
Jajak pendapat menunjukkan keunggulan Joe Biden atas Donald Trump secara nasional. Namun, Trump terus menempel ketat Biden di negara-negara bagian penting yang bisa memberi cukup dukungan dari 270 suara Dewan Elektoral.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Tinggal sehari waktu yang dimiliki Presiden AS Donald Trump untuk membalik berbagai hasil survei dan mengatasi ketertinggalan dukungan, yang diperlihatkan oleh survei itu, dari rival asal Demokrat, Joe Biden. Dalam dua hari terakhir jelang pemungutan suara, 3 November, ia menggenjot dukungan melalui kampanye di negara-negara bagian penentu pertarungan.
Trump menggelar sedikitnya 10 kampanye—lima kali sehari—pada Minggu (1/11/2020) dan Senin ini. Hari Minggu, ia menemui massa pendukungnya di Michigan, Iowa, North Carolina, Georgia, dan Florida. Hari Senin ini, ia akan bertandang ke North Carolina dan dua lokasi di Michigan, plus Pennsylvania dan Wisconsin.
Trump akan menutup rangkaian kampanyenya di Grand Rapids, Michigan, lokasi yang sama kala ia menutup kampanye pemilu tahun 2016.
Dalam kampanye di Newtown, Pennsylvania, Sabtu, ia terlihat meratapi persaingan ketatnya dengan Biden, capres yang dianggapnya lawan lemah. ”Hal ini hanya terjadi pada diri saya,” ujar Trump. ”Bagaimana kita ini bisa tertahan ketat?”
Sejumlah jajak pendapat menunjukkan keunggulan Biden secara nasional. Ia unggul 51 persen berbanding 43 persen dalam jajak pendapat Reuters/Ipsos, 27-29 Oktober. Namun, Trump terus menempel ketat Biden di negara-negara bagian arena pertarungan (battleground) yang bisa memberi cukup dukungan dari 270 suara Dewan Elektoral untuk membalik keadaan.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos memperlihatkan pertarungan masih ketat di Florida, North Carolina, dan Arizona. Media BBC menyebutkan, Biden memang unggul di sejumlah jajak pendapat nasional. Namun, tingkat keunggulannya di sejumlah negara bagian penentu kemenangan terlihat menipis.
Untuk mengubah keadaan, Trump harus memastikan kemenangan di Florida, Georgia, North Carolina, Ohio, Iowa, dan Arizona. Ia juga harus menang di salah satu negara bagian di Midwestern yang dikuasainya empat tahun silam saat mengalahkan Hillary Clinton, yakni Pennsylvania, Michigan, atau Wisconsin.
Dalam Pemilu 2016, kemenangan di tiga negara bagian itu memberi cukup dukungan Dewan Elektoral kepada Trump, mengalahkan Hillary yang memenangi suara rakyat (popular vote). Dibutuhkan minimal 270 dari 538 suara Dewan Elektoral untuk memenangi pilpres.
Dari jajak pendapat, Trump tertinggal lima poin di Pennsylvania dan masing-masing sembilan poin di Michigan serta Wisconsin. Andai tidak mampu menang lagi di Michigan dan Wisconsin, Trump masih bisa menang jika menyapu seluruh negara bagian lainnya yang dimenangi pada 2016.
Fokus Biden
Adapun Biden dalam kampanye pamungkasnya memilih fokus di Pennsylvania. Wilayah itu dinilai bisa menjadi negara bagian menentu kemenangan.
Akhir pekan lalu, Biden berkampanye di Flint Michigan. Dia ditemani mantan Presiden AS Barack Obama. Saat Obama memerintah, Biden adalah wakil presidennya. Dalam kampanye itu, Obama menyindir perhatian Trump yang terus tertuju pada ukuran banyaknya pengunjung kampanye.
”Apa tak ada orang yang datang pada pesta ulang tahunnya saat ia masih kanak-kanak? Apakah dia merasa trauma?” sentil Obama. ”Negeri ini sedang mengalami pandemi, tetapi bukan hal itu yang Anda khawatirkan,” sindirnya soal Trump.
Biden juga berkampanye di Detroit, didampingi penyanyi Stevie Wonder. The New York Times menyebutkan, Biden unggul atas Trump di empat negara bagian paling penting dalam pilpres 2020, yakni Wisconsin, Pennsylvania, Florida, dan Arizona. Keunggulan Biden dikatakan paling menonjol tergambar di Wisconsin. Di negara bagian ini, Biden unggul 11 poin persentase, 52 persen berbanding 41 persen.
Kinerja kampanye Biden di seluruh peta pemilihan juga dikatakan menempatkannya di posisi yang lebih kuat menuju hari pemilihan dibandingkan dengan capres mana pun sejak 2008. Waktu itu, di tengah krisis ekonomi global, Obama-Biden merebut dukungan 365 anggota Dewan Elektoral.
Dengan lebih dari 91 juta warga telah memilih dalam pemungutan suara dini, Biden kini perlu memperhatikan pemilih warga kulit hitam. Kelompok ini merupakan bagian penting dalam koalisi pendukung yang dibangunnya untuk memenangi pemilu. Sebagian kalangan Demokrat khawatir warga kulit berwarna kurang antusias memilih Biden. Jika terjadi di negara bagian seperti Pennsylvania dan Michigan, hal itu memberi pukulan yang signifikan.