Hashim Thaci, mantan presiden Kosovo, bersama tiga koleganya didakwa melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan pada konflik Kosovo tahun 1998-1999. Thaci menyatakan diri tidak bersalah.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
DEN HAAG, SELASA – Mantan Presiden Kosovo Hashim Thaci, yang juga dipandang sebagai pahlawan oleh rakyat Kosovo, dituntut melakukan 10 kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk dugaan penyiksaan dan pembunuhan lawan politiknya ketika konflik tahun 1998-1999. Thaci juga diduga mengetahui bisnis penjualan organ tubuh manusia yang dananya dialirkan untuk kepentingan perang, terutama untuk pembiayaan Tentara Pembebasan Kosovo (KLA), tempat dia bergabung pada saat konflik.
Dalam dakwaan yang dibacakan jaksa di Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag, Senin (9/11/2020), Thaci bersama tiga terdakwa lainnya dituduh melakukan serangan secara luas, terencana, dan sistematis terhadap penduduk sipil yang diyakininya bekerja sama dengan pasukan Serbia untuk melawan KLA.
Tiga terdakwa lain yang dinilai melakukan kejahatan perang adalah mantan juru bicara KLA Jakup Krasniqi, Kadri Veseli, dan tokoh kunci KLA lainnya, Rexhep Selimi.
Jaksa penuntut menyatakan, Thaci bertanggung jawab atas hampir 100 pembunuhan ketika dia memimpin serangan melawan pasukan Serbia pada tahun 1998-1999. Thaci saat itu bertindak sebagai komandan KLA.
Seusai peperangan yang merenggut nyawa lebih dari 13.000 jiwa, Thaci meletakkan senjata dan mulai berpolitik. Bahkan, presiden terpilih Amerika Serikat saat ini, Joe Biden, pernah menjuluki Thaci sebagai ”George Washington dari Kosovo”.
Tak bersalah
Berbeda dengan terdakwa lainnya, Thaci berangkat ke Den Haag dengan sukarela. Mundur dari jabatannya sebagai presiden Kosovo pada 5 November lalu, dia terbang ke Den Haag untuk menghadapi tuntutan yang didakwakan kepadanya dan beberapa koleganya semasa konflik lalu. Saat menyatakan mundur dari jabatannya sebagai presiden, Kamis pekan lalu, Thaci menyatakan pengunduran dirinya untuk melindungi integritas lembaga presiden negara tersebut. Di Den Haag dia ditahan di sebuah fasilitas khusus yang disediakan untuk kasus Kosovo.
Pengacara Thaci, David Hooper, mengeluhkan perlakuan terhadap kliennya itu. Tindakan jaksa yang memborgol Thaci di luar pengadilan sebagai sebuah tindakan yang memalukan, terutama karena kliennya itu datang ke Den Haag untuk membela diri atas tuduhan yang didakwakan kepadanya. Hooper bermaksud untuk meminta pembebasan bersyarat bagi kliennya itu.
Atas dakwaan jaksa, Thaci menyatakan dirinya tidak bersalah.
”Dakwaan itu sepenuhnya tanpa dasar dan saya menyatakan tidak bersalah atas semua dakwaan dalam dakwaan,” kata Thaci di muka pengadilan. Dia menyatakan memahami dakwaan, membaca isi dakwaan, dan menolak semua dakwaan jaksa yang diarahkan kepadanya.
Thaci telah berulang kali menyatakan dirinya tidak bersalah dan mengklaim bahwa sistem peradilan internasional sedang ”menulis ulang sejarah” atas konflik tersebut. Konflik pahit yang menewaskan sebagian besar etnis Kosovar Albania baru berakhir setelah serangan udara NATO memaksa pasukan Serbia mundur.
Pada kamar peradilan pidana internasional lainnya, sejumlah pejabat tinggi militer dan kepolisian Serbia juga dijatuhi hukuman karena terbukti terlibat dalam kejahatan perang pada masa konflik.
Mantan juru bicara KLA, Jakup Krasniqi, juga menyatakan tidak bersalah atas dakwaan yang diungkapkan jaksa. Pada persidangan Senin (9/11/2020), dia tampil sebagai terdakwa pertama sebelum Thaci.
”Ketidakadilan telah dilakukan terhadap saya,” kata Krasniqi (69). Berbeda dengan Thaci yang datang ke Den Haag untuk menjalani persidangan, Krasniqi ditangkap oleh polisi di Pristina dan dibawa ke Den Haag tidak lama setelah penangkapan itu berlangsung.
Dukungan terhadap Thaci dan koleganya dalam menghadapi persidangan disampaikan beberapa warga Kosovo. Doruntina Begu (41), perawat di Pristina, ibu kota Kosovo, mengatakan, dakwaan terhadap Thaci dan KLA tidak tepat. Seperti sebagian besar rakyat Kosovo, pengadilan di Den Haag dinilai tidak adil karena menargetkan pejuang KLA tanpa berbuat sesuatu terhadap militer Serbia.
”Itu tidak benar. Serbia adalah pihak yang melakukan kejahatan, membunuh kami sementara mereka (pengadilan) menangkap orang-orang yang berjuang untuk Kosovo,” kata Begu.
Kamar Spesialis Kosovo dibentuk dengan dukungan Uni Eropa lima tahun lalu, menyusul laporan Dewan Eropa 2011 yang menyebut Thaci dan lainnya diduga terlibat dalam kejahatan.
Laporan itu juga mengatakan ada bukti bahwa gerilyawan KLA telah menjadi bagian dari jaringan pengambilan organ manusia dan perdagangan manusia yang beroperasi di Albania meskipun satuan tugas UE kemudian mengatakan tidak ada bukti untuk klaim tersebut. (AFP/REUTERS/AP)