Eskalasi Pertikaian di Etiopia Meningkat, Ibu Kota Eritrea Ditembaki Roket
Pasukan sipil Tigray terlibat pertikaian dengan pasukan Pemerintah Etiopia. Negara tetangga, Eritrea, pun jadi sasaran roket.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
ADDIS ABABA, MINGGU — Setidaknya tiga roket ditembakkan dari Etiopia ke Asmara, ibu kota Eritrea, Sabtu (14/11/2020) malam waktu setempat. Lima diplomat di Afrika Timur melaporkan, peristiwa itu menandai peningkatan besar dari konflik antara pasukan Pemerintah Etiopia dan pasukan lokal pemberontak di wilayah Tigray, Etiopia utara.
Tiga diplomat di antaranya mengaku menyaksikan dua serangan roket menghantam bandara Asmara. Namun, sebagian besar komunikasi terputus di wilayah Tigray dan Eritrea. Reuters tidak dapat secara independen mengonfirmasi serangan itu. Pejabat di kedua sisi juga tidak bisa dihubungi.
Sebelumnya pada hari yang sama, partai yang berkuasa di Tigray, yakni Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), mengancam akan menyerang sasaran Eritrea.
”Kami akan melancarkan serangan rudal untuk menggagalkan setiap gerakan militer di Asmara dan Massawa,” kata juru bicara Partai Getachew Reda kepada sebuah stasiun televisi lokal. Massawa adalah pelabuhan Eritrea di Laut Merah.
Insiden serangan roket itu menambah ketegangan di Etiopia dan Eritrea. Pada Kamis (12/11/2020), puluhan hingga ratusan warga sipil di wilayah Tigray dilaporkn ditikam dan dibacok hingga tewas oleh pasukan TPLF yang berkuasa di wilayah itu. Insiden tersebut merupakan rangkaian dari pertikaian antara TPLF dan pasukan keamanan pemerintah.
Kubu TPLF terlibat pertikaian dengan pasukan Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed yang memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian 2019. Padahal, militer Etiopia mengklaim sudah berhasil menumpas TPLF. Perkembangan terbaru di Etiopia itu dilaporkan oleh kelompok hak asasi manusia, Amnesty International.
Pemimpin Tigray, Debretsion Gebremichael, mengatakan pada Selasa (10/11/2020) bahwa Eritrea telah mengirim pasukan ke perbatasan untuk mendukung pemerintah Perdana Menteri Abiy Ahmed, tetapi tidak memberikan bukti. Menteri Luar Negeri Eritrea Osman Saleh Mohammed membantahnya saat itu, mengatakan kepada Reuters: ”Kami bukan bagian dari konflik.”
Eritrea dan Etiopia menandatangani kesepakatan damai dua tahun lalu, tetapi pemerintah Presiden Eritrea, Isaias Afwerki, di Asmara tetap memusuhi Tigray setelah aksi mereka dalam perang 1998-2000 yang menghancurkan.
Abiy melancarkan kampanye militer terhadap para pemimpin Tigray pekan lalu setelah menuduh mereka menyerang pasukan federal yang bermarkas di wilayah utara yang berbatasan dengan Eritrea dan Sudan.
Pertempuran itu telah menewaskan ratusan orang di kedua sisi, mengakibatkan ribuan warga sipil melarikan diri ke Sudan dan menimbulkan kekhawatiran bahwa hal itu dapat mengguncang bagian lain Etiopia dan wilayah Tanduk Afrika yang lebih luas.
Beberapa pengungsi yang tiba di kota perbatasan Sudan, Hamdayat, mengatakan bahwa daerah mereka di Etiopia telah dibom oleh Eritrea. Reuters tidak dapat memverifikasi ini secara independen.
”Kami dihujani tembakan artileri dari seberang perbatasan Eritrea,” kata Naksiam Guru, seorang pengungsi berusia 22 tahun yang tinggal di dekat perbatasan. ”Saya melihat orang sekarat di jalanan.”
Hamdayat adalah rumah bagi sebuah kamp yang menampung 8.000 pengungsi. Beberapa ratus orang tiba pada Sabtu pagi, beberapa menyeberangi sungai perbatasan dengan perahu, beberapa lainnya berenang atau mengarungi perairan.
Pada Jumat malam, roket ditembakkan ke dua bandara di negara bagian Amhara, Etiopia. ”Selama serangan terhadap masyarakat Tigray tidak berhenti, serangan akan semakin intensif,” kata Getachew di laman Facebook grup Tigrayan.
Bandara di Gondar terkena serangan, sementara roket lain yang diarahkan ke bandara Bahir Dar meleset dari targetnya. Pernyataan itu disampaikan secara resmi oleh pemerintah negara bagian.
”Junta TPLF menggunakan persenjataan terakhir dari gudang senjatanya,” tulis gugus tugas darurat pemerintah federal di Twitter.
Abiy mengatakan, pesawat tempur pemerintah mengebom sasaran militer di Tigray. Salah satu sasaran adalah termasuk gudang senjata dan peralatan yang dikendalikan oleh pasukan Tigrayan. Pemerintah mengatakan, operasi militernya bertujuan memulihkan supremasi hukum di negara bagian pegunungan berpenduduk 5 juta orang itu.
Yohannes Ayele, seorang penduduk Gondar, mengatakan, dirinya mendengar ledakan keras di lingkungan kota Azezo pada Jumat pukul 22.30. Warga lainnya mengatakan, roket tersebut telah merusak gedung terminal bandara. Daerah itu ditutup dan kendaraan pemadam kebakaran diparkir di luar kompleks bandara.
Seorang pekerja Ethiopian Airlines yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, penerbangan ke bandara Gondar dan Bahir Dar telah dibatalkan setelah serangan itu.
Komisi Hak Asasi Manusia Etiopia ditunjuk oleh pemerintah tetapi independen mengatakan, pihaknya mengirim tim penyelidik ke kota Mai Kadra di Tigray untuk menyelidiki laporan pembunuhan massal.
Pemerintah Negara Bagian Tigray menyangkal keterlibatan anggota TPLF atau kepolisian khusus negara bagian dalam ”peristiwa paling tragis ini”. Komisi hak asasi manusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan menyelidiki semua tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dalam konflik tersebut. (REUTERS/AFP)