Seorang pengungsi perempuan berusia 18 tahun mengungkapkan, suaminya memasukkan nama mereka ke dalam daftar karena mengira akan mendapatkan tambahan jatah makanan.
Oleh
kris mada dan mahdi muhammad
·4 menit baca
DHAKA, JUMAT - Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Pengungsi mendesak Bangladesh memegang komitmen soal relokasi pengungsi Rohingya. Relokasi hanya boleh dilakukan bila orang Rohingya mau.
Permintaan disampaikan setelah 1.642 pengungsi Rohingya dipindahkan dari pusat penampungan di Cox Bazar ke Pulau Bhashan Char, Jumat (4/12/2020). Juru bicara Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Babar Baloch mengatakan, para pengungsi harus bisa membuat keputusan berdasarkan informasi lengkap soal pemindahan lokasi penampungan.
UHCR juga siap mengevaluasi kondisi di Bhashan Char untuk memastikan tempat itu aman dan bisa dihuni secara berkelanjutan. UNHCR siap ke sana bila diizinkan oleh pemerintah Bangladesh.
Dhaka mengaku menghabiskan 400 juta dollar AS untuk mengembangkan Bhashan Char. Dana itu dipakai untuk membuat tanggul setinggi 3 meter dan dan tempat penampungan pengungsi. Lokasi penampungan dilengkapi rumah sakit dan masjid. Aneka fasilitas itu dibangun oleh Angkatan Laut Bangladesh dan kontraktor lokal.
Kontraktor menyebut lokasi penampungan punya fasilitas selayaknya kota modern. Ada pembangkit listrik tenaga surya, sekolah, tempat perlindungan dari badai, hingga jaringan PDAM. Penampungan di Bhashan Chan disebut bisa didiamin hingga 100.000 orang. Jumlah itu relatif kecil dibandingkan lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya yang masuk Bangladesh dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah Bangladesh menyebut, relokasi sebagian pengungsi untuk mengurangi kepadatan di lokasi lama. Kepadatan dituding menjadi penyebab perdagangan narkotika dan radikalisme berkembang di penampungan pengungsi. Lokasi pengungsian juga rawan tanah longsor.
Pulau Bhashan Char terletak 34 kilometer dari daratan terdekat Bangladesh. Selama ini, pulau itu kosong. Untuk mencapai pulau itu, pengungsi harus berlayar setidaknya 3 jam.
Dhaka punya dua keinginan soal pengungsi Rohingya. Pertama, memulangkan mereka ke negara bagian Rakhine, Myanmar. Kedua, mengirimkan sebagian pengungsi di Bashan Char.
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina berkali-kali berjanji akan berkonsultasi dengan komunitas internasional sebelum melakukan salah satu dari dua keinginan Dhaka itu. Dhaka sudah bolak-balik menawarkan kepada pengungsi Rohingya untuk pulang secara sukarela ke Rakhine. Sayangnya, nyaris tidak ada orang Rohingya mau pulang ke Rakhine.
Terpaksa
Banyak penghuni kamp pengungsian Cox’s Bazar melaporkan adanya sejumlah pengungsi dipaksa pindah ke lokasi baru yang terpencil. Akibat kurangnya informasi serta kekhawatiran lokasi baru itu tidak memiliki fasilitas yang memadai, para pengungsi Rohingya menolak upaya relokasi mereka.
Mohammad Shamsud Douza, pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas pengungsi, Kamis (3/12/2020), mengatakan, relokasi itu bersifat sukarela. ”Mereka pergi ke sana dengan senang hati. Tidak ada yang dipaksa. Pemerintah telah mengambil semua tindakan untuk menangani bencana, termasuk kenyamanan hidup dan penghidupan mereka,” kata Douza.
Proses pemindahan pertama dilakukan terhadap sekitar 2.500 pengungsi mulai Kamis kemarin. Menggunakan belasan bus penumpang di bawah pengawasan polisi, secara bertahap ratusan pengungsi dibawa dari titik pemberangkatan di Ukhiya, Cox’s Bazar, ke Pelabuhan Chittagong dan kemudian ke Pulau Bhashan Char yang terletak di barat laut Cox’s Bazar.
Lokasi baru itu, menurut informasi pemerintah, bisa menampung hingga 100.000 pengungsi dan diklaim memiliki fasilitas yang jauh lebih baik dibandingkan di tempat yang lama. ”Mereka membawa kami ke sini dengan paksa,” kata seorang pria berusia 31 tahun kepada kantor berita Reuters sambil menangis melalui telepon saat dia naik bus.
Dia menuturkan bahwa dirinya sempat melarikan diri dari kamp ketika mendengar keluarganya masuk dalam daftar warga yang akan dipindahkan. Namun, dia tertangkap dan akhirnya harus rela dipindahkan ke lokasi baru.
Seorang pengungsi perempuan berusia 18 tahun mengungkapkan, suaminya memasukkan nama mereka ke dalam daftar karena mengira akan mendapatkan tambahan jatah makanan. Dia sempat melarikan diri dari kamp karena menolak untuk dipindahkan. ”Kami datang ke sini untuk menyelamatkan hidup kami dengan menghadapi berbagai jenis masalah dan kesulitan. Mengapa kami harus pergi ke pulau berisiko itu?” katanya.
Selain itu, dua pengungsi Rohingya mengatakan bahwa nama mereka muncul dalam daftar yang disusun para pemimpin lokal yang ditunjuk pemerintah tanpa persetujuan apa pun dari mereka. Walau pemerintah menyatakan bahwa perpindahan ini sifatnya sukarela, para pekerja kemanusiaan dan aktivis HAM mengatakan, pejabat setempat menggunakan ancaman dan paksaan untuk menekan para pengungsi agar pindah ke lokasi pengungsian yang baru.
Omar Faruq, seorang pemimpin Rohingya, menyatakan bahwa pulau itu sebagai pulau yang indah dengan fasilitas yang lebih baik daripada di kamp pengungsian. Dia sendiri menyatakan siap untuk dipindahkan.
Pemerintah Bangladesh hingga saat ini belum mengizinkan media asing untuk mengunjungi dan melihat dari dekat Bhasan Char atau yang juga disebut dengan pulau terapung, lokasi pengungsian yang baru. Posisi pulau itu ”menjadi pelindung” tiga pulau lain di Teluk Benggala, terletak sekitar 34 kilometer dari daratan. Pulau baru muncul ke permukaan sekitar 20 tahun lalu. Sampai sekarang, pulau itu tidak berpenghuni. (AP/REUTERS)