Sudah Beli 44 Juta Vaksin Covid-19, Korsel Memilih Tak Terburu-buru Vaksinasi
Pengiriman vaksin Covid-19 ke Korea Selatan akan dimulai paling lambat, Maret tahun depan. Seoul akan mengamati bagaimana efektivitas vaksin serupa di negara lain selama beberapa bulan untuk memastikan keamanannya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SEOUL, SELASA — Pemerintah Korea Selatan, Selasa (8/12/2020), mengumumkan telah menandatangani kesepakatan untuk menyediakan vaksin virus korona tipe baru bagi 44 juta orang tahun depan. Namun, ditegaskan bahwa pemerintah negara itu tidak akan terburu-buru menggelar vaksinasi.
Otoritas kesehatan setempat akan menyediakan lebih banyak waktu untuk memastikan tingkat keamanan vaksin bagi warganya. Pendekatan hati-hati atas vaksin Covid-19 tetap dilakukan Korsel meski negara itu tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19.
Otoritas kesehatan setempat mengingatkan, jika tidak tertangani dengan baik, jumlah kasus Covid-19 dapat membanjiri sistem medisnya secara nasional. Korsel melaporkan penambahan kasus Covid-19 sebanyak 594 kasus terkonfirmasi, menjadikan jumlah kasus penyakit itu lebih dari 38.000 kasus dengan 552 kematian.
Negara-negara lain bergerak maju untuk memberikan persetujuan penggunaan darurat vaksin Covid-19 dalam upaya menahan penularan virus korona tipe baru. Inggris, misalnya, akan mulai vaksinasi Covid-19 dengan vaksin yang dikembangkan Pfizer pada Selasa ini. Negara lain, yakni Amerika Serikat dan India, juga telah memulai tinjauan peraturan pada beberapa kandidat vaksin.
Menteri Kesehatan Korsel Park Neung-hoo mengatakan bahwa Pemerintah Korsel telah mengatur pembelian 20 juta dosis vaksin Covid-19, masing-masing dari AstraZeneca Plc, Pfizer Inc, dan Moderna Inc. Selain itu, Korsel juga membeli 4 juta dosis vaksin Covid-19 lagi dari Johnson & Johnson\'s Janssen.
Park memastikan vaksin itu cukup untuk mencakup vaksinasi bagi hingga 34 juta orang. Selain vaksin-vaksin itu, menurut Park, dosis tambahan untuk 10 juta orang akan diperoleh melalui proyek vaksin global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang dikenal sebagai Covax. Park mengungkapkan, Seoul saat ini tidak dalam pembicaraan untuk membeli vaksin dari Rusia atau China.
Verifikasi risiko vaksin
Park menyatakan, tingkat keberhasilan yang secara relatif dicapai Korsel dalam meredam gelombang sebelumnya membuat pemerintah tidak perlu terburu-buru menggelar vaksinasi. Pemerintah juga tetap akan fokus meredam lonjakan kasus baru terkonfirmasi saat-saat ini.
”Kami tidak melihat segera memulai vaksinasi sebagai sebuah kebutuhan mendesak tanpa memastikan bahwa risiko vaksin telah diverifikasi,” katanya.
Vaksinasi luas di Korsel kemungkinan besar baru akan dimulai pada paruh kedua tahun depan.
Pengiriman vaksin Covid-19 akan dimulai paling lambat Maret tahun depan. Namun, pihak berwenang akan mengamati bagaimana efektivitas vaksin serupa di negara lain selama beberapa bulan untuk memastikan keamanannya. Vaksinasi luas di Korsel kemungkinan besar baru akan dimulai pada paruh kedua tahun depan.
”Kami awalnya berencana mendapatkan vaksin bagi 30 juta orang, tetapi memutuskan membeli lebih banyak karena ada ketidakpastian atas keberhasilan kandidat vaksin dan persaingan yang ketat antarnegara untuk pembelian awal,” kata Park.
Pemerintah Korsel mengalokasikan tambahan 1,3 triliun won (1,2 miliar AS) dalam anggaran negara itu pada tahun depan untuk pembelian vaksin Covid-19. Vaksin pertama kemungkinan besar akan diberikan kepada para pekerja medis, orangtua dan orang yang rentan secara medis, serta para pekerja sosial di Korsel.
Park juga memastikan pihaknya akan berupaya menyiapkan penyimpanan baru untuk memastikan vaksin disimpan pada suhu yang tepat. Vaksin hasil pengembangan Pfizer, misalnya, harus didinginkan pada suhu minus 70 derajat celsius.
Tidak seperti dua gelombang infeksi sebelumnya di Korsel yang sebagian besar berfokus pada kerumunan sebagai sumber penyebaran virus, lonjakan baru kasus didorong kelompok yang lebih kecil. Kondisi itu menjadikan otoritas relatif kesulitan melacak sumber kasus, termasuk dalam proses itu adalah di sekitar ibu kota Seoul yang padat penduduk.
Wakil Menteri Kesehatan Korsel Kang Do-tae mengatakan, pemerintah tidak dapat melacak asal kasus Covid-19 hingga 26 persen dari total seluruh kasus yang dilaporkan. Tingkat kepositifan Covid-19 di negara itu melonjak hampir empat kali lipat dalam sebulan menjadi sekitar 4 persen.
Bisa runtuh
”Jika jarak sosial tidak diterapkan dengan benar, wabah di wilayah Seoul yang lebih besar akan menyebabkan penularan yang lebih besar pula secara nasional,” kata Kang pada pertemuan pejabat kesehatan, sebagaimana dikutip dari transkrip Kementerian Kesehatan Korsel.
Otoritas kesehatan setempat memperkirakan kasus harian akan berkisar 550-750 kasus terkonfirmasi pada pekan ini. Jumlah itu diproyeksikan melonjak hingga 900 kasus terkonfirmasi pada pekan depan. Jika prediksi itu akurat, Kang mengatakan, sistem kesehatan negara mungkin runtuh.
”Mungkin situasi berbahaya itu muncul dan menjadi sulit, tidak hanya untuk merawat pasien Covid-19, tetapi juga untuk menyediakan layanan medis,” katanya.
Presiden Korsel Moon Jae-in pada awal pekan ini menyerukan pengujian Covid-19 diperluas. Ia juga menginginkan pelacakan kasus secara lebih menyeluruh. Penekanan dua hal itu dilakukan seiring peningkatan jumlah kasus, sekalipun pemberlakuan langkah-langkah jarak sosial di masyarakat telah semakin ketat. (REUTER)