Vaksin Covid-19 Produk Moderna Diizinkan Digunakan di AS
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memberikan izin penggunaan vaksin Covid-19 yang diproduksi Moderna. Diharapkan kehadiran vaksin itu dapat memicu optimisme warga.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Moderna Inc pada Jumat (18/12/2020) menerima otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. Vaksin itu menjadi vaksin kedua yang mendapatkan izin penggunaan darurat setelah vaksin Pfizer-BioNTech. Vaksin Moderna diharapkan dapat membantu mendongkrak optimisme bagi AS dalam melawan pandemi Covid-19.
Pihak FDA mengumumkan otorisasi itu hanya sehari setelah panel ahli dari luar badan tersebut mendukung penggunaan vaksin Moderna itu. Keputusan tersebut menandai otorisasi peraturan pertama di dunia untuk vaksin Moderna dan validasi teknologi messenger RNA-nya kurang dari setahun setelah kasus Covid-19 pertama diidentifikasi di AS. Pihak perusahaan telah bekerja sama dengan Pemerintah AS untuk mempersiapkan distribusi tahap pertama 5,9 juta dosis vaksin dengan distribusi paling cepat akhir pekan ini.
”Dengan ketersediaan dua vaksin untuk pencegahan Covid-19, FDA telah mengambil langkah penting lainnya dalam memerangi pandemi global ini,” kata Kepala FDA Stephen Hahn. Ucapan selamat juga disampaikan oleh Presiden Donald Trump. ”Selamat, vaksin Moderna sekarang tersedia!” kata Trump melalui media sosial Twitter.
Keputusan FDA itu didasarkan pada hasil studi tahap akhir terhadap 30.000 sukarelawan. Studi itu menemukan bahwa vaksin tersebut hampir 95 persen efektif untuk mencegah penularan Covid-19 tanpa masalah keamanan yang serius. Otorisasi tersebut mengikuti hal serupa yang diberikan untuk vaksin yang dikembangkan Pfizer Inc dan mitranya asal Jerman, BioNTech SE. Vaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech telah mulai digelar sepanjang pekan ini secara besar-besaran di seluruh AS.
Vaksinasi dengan vaksin Moderna diharapkan dapat dilakukan di lokasi yang lebih sulit dijangkau, seperti rumah sakit perdesaan. Vaksin perlu disimpan dan dikirim dalam keadaan beku, tetapi tidak memerlukan suhu ultradingin, seperti halnya vaksin yang dikembangkan Pfizer-BioNTech. Setelah dicairkan, vaksin Moderna dapat disimpan pada suhu lemari es biasa. Vaksin Moderna disuntikkan dua kali dengan jeda antarsuntikan selama 28 hari.
Vaksin Moderna dan vaksin Pfizer-BioNTech sama-sama menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA). Vaksin itu berisi instruksi bagi sel manusia untuk membuat protein yang menyerupai bagian dari virus korona tipe baru.
Vaksin Moderna dan vaksin Pfizer-BioNTech sama-sama menggunakan teknologi messenger RNA (mRNA). Vaksin itu berisi instruksi bagi sel manusia untuk membuat protein yang menyerupai bagian dari virus korona tipe baru. Instruksi tersebut memacu sistem kekebalan untuk bertindak, mengubah tubuh menjadi produsen vaksin penangkal virus.
Kedua vaksin itu tampaknya sama efektifnya. Dalam uji coba tahap akhir, efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech mencapai sekitar 95 persen. Keduanya diberikan dalam dua dosis: Pfizer berjarak 21 hari dan Moderna 28 hari. Sangat sedikit sukarelawan yang menerima vaksin dalam kedua uji coba tersebut jatuh sakit karena Covid-19 dan hampir tidak ada yang sakit parah. Data yang telah diserahkan perusahaan ke FDA menunjukkan bahwa kedua vaksin itu mulai memberikan perlindungan parsial terhadap Covid-19 sekitar dua pekan setelah penerima menerima dosis pertama mereka.
Perbedaan utama antara kedua vaksin tersebut adalah suhu yang dibutuhkan untuk menjaganya tetap stabil dalam jangka panjang. Vaksin Pfizer harus disimpan pada suhu sangat dingin, minus 70 derajat Celcius. Setelah dicairkan, vaksin itu hanya bisa didinginkan selama lima hari. Vaksin tersebut membutuhkan wadah pengiriman khusus yang dikemas dengan es kering untuk menjaganya tetap pada suhu yang tepat. Adapun vaksin Moderna dapat disimpan pada suhu freezer standar -20 celsius hingga enam bulan. Setelah dicairkan, vaksin Moderna dapat disimpan di lemari es hingga 30 hari.
Stimulus korona
Selain informasi tentang perkembangan vaksin, otoritas AS dilaporkan terus berjibaku terkait stimulus korona. Kongres AS pada Jumat malam waktu setempat berusaha untuk meloloskan perpanjangan selama dua hari terkait pembahasan anggaran dana federal untuk menghindari penutupan pemerintahan secara parsial. Para negosiator terus menegosiasikan stimulus korona senilai 900 miliar dollar AS. Kubu Partai Demokrat di DPR meluncurkan RUU sementara yang akan membuat pemerintah tetap beroperasi pada tingkat pengeluaran saat ini hingga Minggu (20/12/2020) tengah malam. Tindakan tersebut harus disahkan oleh DPR dan Senat dan ditandatangani oleh Presiden Trump.
Setelah berbulan-bulan saling tuding dan tidak bertindak, Partai Republik dan Demokrat telah bernegosiasi secara intens tentang apa yang diharapkan menjadi paket terbesar sejak musim semi. Paket itu dikucurkan untuk memberikan bantuan kepada negara di tengah pandemi yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 3.000 warga AS per hari. Kemajuan negosiasi dilaporkan terjadi di tengah persiapan pergantian kepemimpinan di AS.
Namun, cukup banyak perbedaan yang tersisa. Hal itu termasuk perselisihan baru atas rencana yang didukung Republik untuk mencegah program pinjaman Federal Reserve atau The Fed. Pembicaraan itu tampaknya akan diperpanjang hingga akhir pekan ini.
Senator John Thune, anggota parlemen dari Partai Republik, mengatakan, kesepakatan akan tercapai. Namun, ketidaksepakatan mengenai aturan The Fed adalah poin utama yang mencuat. ”Itu masalah besar,” katanya kepada wartawan di Capitol. ”Ada berbagai ide tentang bagaimana menyelesaikannya, tapi itu adalah prioritas yang sangat besar bagi banyak anggota kami.”
Beberapa kalangan di Partai Republik menuduh Demokrat menyiapkan cara licik lewat usulannya. Republik menilai, Demokrat akan menggunakan modus ala otoritas pemberi pinjaman lewat pintu belakang untuk memberikan bantuan kepada pemerintah negara bagian dan lokal. Langkah itu, menurut Partai Republik, dianggap sebagai ”dana gelap” untuk pemerintah lokal yang notabene dikendalikan Demokrat. (AFP/REUTERS)