Inggris Mulai Gunakan Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca-Oxford
Setelah menjadi negara pertama yang menggunakan vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech, Inggris kini juga menjadi negara pertama juga menggunakan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca-Oxford University.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Inggris menjadi negara pertama yang menggelar vaksinasi menggunakan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca-University of Oxford mulai Senin (4/1/2021) ini. Vaksinasi buatan perusahaan dan lembaga asal Inggris itu dinilai murah dan mudah didistribusikan.
Enam rumah sakit di Inggris siap memberikan sekitar 530.000 dosis pertama. Program vaksinasi ini akan diperluas ke ratusan lokasi layanan vaksinasi di seluruh Inggris dalam beberapa hari ke depan. Pemerintah Inggris berharap bisa memberikan puluhan juta dosis vaksin dalam beberapa bulan ke depan.
”Ini momen penting dalam perjuangan kami melawan virus korona. Saya harap ini juga mengembuskan harapan bagi semua orang bahwa akhir dari pandemi sudah terlihat,” kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock dalam pernyataan tertulisnya.
Pada awal Desember 2020, Inggris juga menjadi negara pertama yang memakai vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech yang membutuhkan fasilitas penyimpanan superdingin. Hingga kini, lebih kurang 1 juta warga Inggris telah disuntik dosis pertama vaksin ini.
Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca-Oxford lebih murah dan bisa disimpan pada suhu suhu lemari es biasa sehingga lebih mudah didistribusikan dan digunakan.
Dalam beberapa minggu terakhir, kasus Covid-19 di Inggris telah melonjak tajam dipicu oleh strain baru virus korona. Pada Minggu (3/1/2021), hampir 55.000 kasus baru dilaporkan, dengan total kasus meninggal sejak pandemi terjadi mencapai lebih dari 75.000 orang. Ini kasus kematian akibat Covid-19 terbesar kedua di Eropa setelah Italia.
Pemerintah Inggris mulai mengubah pendekatannya dengan melakukan vaksinasi Covid-19 dosis pertama pada sebanyak mungkin warga menyusul menyebar luasnya strain baru virus korona. Perubahan strategi ini telah menuai kritik dari sejumlah dokter di Inggris.
Meski Pemerintah Inggris menyebut program vaksinasi Covid-19 mereka merupakan yang paling terdepan di dunia, upaya ini tetap harus dibarengi dengan imbauan publik agar mematuhi protokol kesehatan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, kemungkinan besar pembatasan yang lebih ketat akan diberlakukan.
Siap digunakan di India
Selain di Inggris, vaksin Covid-19 dari AstraZeneca-Oxford pun akan digunakan oleh India dalam waktu dekat. Badan pengawas obat India, Minggu (3/1/2021), menyetujui pemakaian darurat dua vaksin Covid-19, yakni vaksin dari AstraZeneca-Oxford dan vaksin dari perusahaan lokal, Bharat Biotech.
Vaksinasi massal Covid-19 di India kemungkinan akan dilakukan dalam sepekan ke depan. Pemerintah India menargetkan memberikan vaksin kepada 300 juta dari 1,3 miliar jiwa penduduknya secara gratis dalam 6-8 bulan ke depan.
Serum Institute of India (SII) telah mengikat kontrak produksi 1 miliar dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford untuk negara berkembang. Namun, SII menyatakan, India tidak akan mengekspor vaksin ini selama beberapa bulan ke depan.
Setelah negara-negara kaya menguasai ratusan juta dosis vaksin Covid-19 global, sikap SII itu semakin membuat negara miskin harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan vaksin tersebut.
CEO SII Adar Poonawalla menyebutkan, otorisasi darurat kepada vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford yang diproduksi oleh SII diberikan dengan syarat SII tidak mengekspor vaksin ini untuk memastikan semua kelompok masyarakat India yang rentan mendapatkan vaksin ini. SII juga tidak diperbolehkan untuk menjual vaksin ini ke pasar bebas.
Alhasil, ekspor vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford produksi SII untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui mekanisme COVAX baru bisa dilakukan Maret atau April nanti.
”Untuk saat ini, kami hanya bisa memberikan vaksin kepada Pemerintah India,” kata Adar. Menurut dia, langkah ini juga dilakukan untuk mencegah penimbunan.
Adar mengatakan, sebanyak 100 juta dosis vaksin Covid-19 pertama dari SII telah dibeli oleh Pemerintah india dengan ”harga khusus”, 2,74 dollar AS per dosis. Setelah itu, harganya akan naik. Vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford ini akan dijual di pasar bebas seharga 13,68 dollar AS per dosis.
Perdana Menteri India Narendra Modi menyambut otorisasi darurat vaksin Covid-19 ini. ”Ini akan membuat setiap warga India bangga bahwa dua vaksin yang akan diberikan dibuat di India!” tulis Modi di Twitter. Ia menyebut hal ini sebagai tanda negaranya ”mandiri.”
India selama ini telah melaporkan lebih dari 10,3 juta kasus Covid-19 dan sekitar 150.000 kasus meninggal. Sejak pertengahan September lalu, kasus harian di negara Asia Selatan ini telah menurun.
Selain di Inggris dan India, vaksin Covid-19 dari AstraZeneca-Oxford juga telah disetujui untuk dipakai dalam kondisi darurat di Argentina dan El Salvador. (REUTERS/AP)