Negara Sukses Kendalikan Pandemi, Ekonomi Vietnam Siap-siap Melejit
Kesigapan Pemerintah Vietnam menghadapi wabah Covid-19 sejak awal pandemi membuahkan hasil. Pertumbuhan ekonomi negara itu diperkirakan akan akseleratif secara positif dan mampu menarik lebih banyak investor asing.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
Perekonomian Vietnam diperkirakan tumbuh positif di tingkat yang lebih baik daripada negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara tahun ini. Negara itu juga berpeluang menarik lebih banyak investasi asing. Keberhasilan mengendalikan pandemi Covid-19 dan gerak cepatnya menjadi tempat relokasi basis produksi perusahaan-perusahaan dari China dalam dinamika perang dagang China melawan Amerika Serikat menjadi modal kuat bagi Vietnam.
Vietnam adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang mencatat pertumbuhan positif tahun lalu. Meski pertumbuhannya turun jauh dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pada 2019, ekonomi Vietnam masih mengalami ekspansi 2,9 persen. Parlemen negara itu telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 6 persen tahun ini. Namun, Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc, yang ingin memperpanjang masa jabatannya atau menaikkan peringkat Partai Komunis Vietnam, menargetkan pertumbuhan 6,5 persen.
Sejumlah analis melihat basis kekuatan ekonomi Vietnam berkelindan di antara sejumlah faktor utama. Kemampuannya menahan pandemi membuat negara itu dapat segera pulih dengan ritme yang lebih cepat, terutama dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Dua perjanjian perdagangan bebas yang ditandatangani pada 2020 pun memberikan nilai tambah bagi Vietnam.
Tahun lalu, Vietnam menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Sebagai negara yang memegang keketuaan ASEAN tahun lalu, Vietnam juga bergabung dan menjadi tuan rumah pengesahan secara virtual Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).
Hanoi juga memiliki kesepakatan perdagangan bilateral dengan Korea Selatan dan Jepang. Selain menjadi sumber investasi asing langsung terbesarnya, dua negara itu merupakan penanda tangan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) yang terus dinegosiasikan.
Kemitraan-kemitraan itu menjadi modal kuat Vietnam menarik investasi langsung dari luar negeri. Apalagi, sebelumnya Vietnam telah menjadi bagian dari relokasi perusahaan-perusahaan multinasional dari China selama perang dagang China-AS. Posisi Vietnam sebagai bagian dari rantai produksi global pun menguat.
Sigap hadapi pandemi
Pemerintah Vietnam dinilai sigap menghadapi wabah Covid-19 sejak awal pandemi berkat pengetesan secara tepat dan ketat, program karantina terpusat, serta penutupan perbatasan pada awal-awal pandemi. Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di Vietnam—berpenduduk 98 juta jiwa—dilaporkan pada angka 1.500 kasus dengan 35 kematian.
Angka-angka itu lebih kecil dibandingkan dengan angka-angka kasus Covid-19 di negara yang jumlah populasinya sebanding dengan Vietnam. ”Keberhasilan penanganan pandemi hingga saat ini telah memungkinkan negara tersebut memperoleh bagian yang lebih besar dari perdagangan global dan FDI (investasi asing langsung) selama tahun 2020,” kata Carolyn Turk, Direktur Negara Bank Dunia di Vietnam, di Hanoi, Kamis (7/1/2021).
Kecepatan Vietnam dalam menangkap relokasi usaha dari China diakui para pelaku usaha. Jareeporn Jarukornsakul, pemimpin WHA Group, perusahaan logistik Thailand yang memperluas bisnis kawasan industrinya di Vietnam, mengatakan bahwa investor yang ingin merelokasi operasi usaha ke Thailand dari China belum dapat melakukannya saat-saat ini. Kondisi pandemi Covid-19 di Thailand yang dinilai relatif belum terkendali dibandingkan degan Vietnam menjadi alasan utamanya.
Jareeporn menambahkan, Thailand lebih unggul dari sisi infrastruktur dan peraturan ketimbang Vietnam. Namun, itu tak mengurangi minat perusahaan-perusahaan asing membuka atau memindahkan usaha mereka ke Vietnam.
”Biayanya murah di Vietnam dan pemerintahnya sangat cepat dengan investasi, memungkinkan provinsi mengeluarkan peraturan dan insentif investasi mereka sendiri,” kata Jareeporn.
Di luar kemampuannya menangani pandemi dan keunggulan-keunggulan lain, Vietnam masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah. Disebutkan, di antaranya, Vietnam masih kekurangan tenaga kerja yang sangat terampil dan birokrasinya yang kuno sehingga membutuhkan digitalisasi. Selain itu, sejauh ini Vietnam dinilai mengalami ketergantungan yang berlebihan pada impor komoditas batubara untuk mendorong pembangunan.
Vietnam bagaimanapun mampu menarik investor-investor asing untuk berinvestasi secara langsung di negara itu. Awal pekan ini, Mekong Capital yang berbasis di Ho Chi Minh menyatakan bahwa pihaknya telah mengumpulkan modal senilai 246 juta dollar AS. Jumlah itu adalah yang terbesar yang pernah diraih perusahaan tersebut, hampir 25 persen lebih tinggi daripada target awal sebesar 200 juta dollar AS.
Dominic Scriven, Manajer Dragon Capital, perusahaan investasi di Vietnam, mengatakan, kombinasi kesepakatan perdagangan antarnegara, lebih banyak uang tunai dalam ekonomi, dan stabilitas politik telah mendukung posisi Vietnam. Hal-hal itu menjadikan tawaran investasi di Vietnam lebih kompetitif. ”Kami sangat terkejut dengan serapan pasar,” kata Scriven.
Dana investasi asing bersama dengan rekening tabungan yang menawarkan penurunan suku bunga yang rendah—setelah suku bunga acuannya dipotong tiga kali sejak Maret 2020—telah menciptakan lonjakan investor pasar saham lokal. Jumlah investor baru di pasar modal Vietnam telah meningkat begitu banyak, bahkan pernah hingga menyebabkan otoritas bursa saham Vietnam menghentikan perdagangannya karena lonjakan indeks saham guna memproses perdagangan.
Dalam jangka pendek, Vietnam dinilai berada pada posisi yang tepat untuk mengungguli negara-negara di Asia Tenggara pada 2021. Hal itu akan dimantapkan pada pertemuan besar-besaran Partai Komunis Vietnam guna memilih kepemimpinan baru akhir bulan ini.
”Aman, fungsi pemerintah berjalan lancar dan dalam menghadapi hambatan seperti Covid-19, negara berada di depan meghadapi tantangan tanpa ragu-ragu dan menang,” kata Chad Ovel dari Mekong Capital. ”Vietnam jelas mendapatkan posisinya sebagai tujuan investasi paling menarik di Asia Tenggara.” (REUTERS)