Ratu Inggris Divaksin Covid-19, Paus Fransiskus Menyusul
Ratu Elizabeth bergabung dengan para tokoh dunia yang telah menerima vaksinasi penyakit itu. Sementara Pemimpin Umat Katolik Sedunia Paus Fransiskus dijadwalkan menerima vaksinasi pekan ini.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
LONDON, MINGGU — Ratu Inggris Ratu Elizabeth II dan suaminya, Pangeran Philips, menerima vaksinasi Covid-19 di lingkungan Istana Inggris, Sabtu (9/1/2021). Ratu bergabung dengan sejumlah tokoh dan pemimpin dunia yang telah menerima vaksinasi penyakit itu.
Sementara Pemimpin Umat Katolik Roma Sedunia Paus Fransiskus dijadwalkan segera menerima vaksinasi itu. Paus mendorong warga dunia agar dapat menerima vaksin serupa dan memperoleh akses atas vaksin secara adil.
Lebih dari 1,9 juta orang di seluruh dunia kini telah meninggal karena wabah Covid-19. Dunia khawatir dengan sebaran wabah yang lebih luas dan lebih cepat dari varian baru virus korona tipe baru.
Kondisi tersebut pun mendorong diberlakukannya kembali pembatasan pergerakan di mayoritas wilayah di dunia, bahkan di tengah proses vaksinasi yang mulai digelar sejumlah negara.
Istana Buckingham di Inggris mengatakan, Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip menerima vaksinasi Covid-19, Sabtu. Pernyataan itu adalah pernyataan yang langka dari pihak Istana, khususnya menyangkut masalah kesehatan pribadi keluarga kerajaan.
Sebuah sumber mengatakan, Ratu Elizabeth (94) dan Pangeran Philip (99) diberi suntikan oleh seorang dokter keluarga kerajaan di Kastil Windsor. Tidak disebutkan jenis vaksin yang disuntikkan pada sang ratu dan pangeran.
Lebih dari 1,5 juta orang di Inggris sejauh ini telah menerima suntikan vaksin Covid-19. Negara itu menggelar program vaksinasi terbesar dalam sejarah dengan prioritas diberikan kepada orang tua, pengasuh dan petugas kesehatan mereka. Inggris sendiri telah melaporkan lebih dari 3 juta kasus Covid-19 sejak pandemi dimulai lebih dari setahun yang lalu.
Inggris, yang sejauh ini telah memberikan dua jenis vaksin Covid-19, berlomba untuk menginokulasi sebanyak mungkin orang karena varian baru yang diyakini lebih menular mendorong infeksi dan kematian ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pemerintah Inggris mengumumkan 59.937 kasus harian baru lainnya di akhir pekan kemarin. Negara itu juga mencatat 1.035 kematian lainnya akibat Covid-19. Laporan itu menjadikan total korban tewas di Inggris akibat Covid-19 menjadi 80.868 orang, salah satu yang tertinggi di Eropa selain Italia.
Jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 juga dilaporkan terus meningkat di Amerika Serikat. AS adalah negara terparah di dunia akibat Covid-19 sejauh ini. Negara itu mencatat lebih dari 272.000 kasus baru pada Sabtu.
Lebih dari 22 juta orang telah terinfeksi dan 372.051 telah meninggal karena Covid-19 di AS sejak pandemi dimulai, merujuk pada data yang dihimpun Universitas Johns Hopkins.
Dari Vatican City dilaporkan, Paus Fransiskus mendesak orang-orang untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19. Paus menyebut penentangan terhadap vaksinasi sebagai hal yang dapat merugikan diri sendiri.
Ia mengatakan, dirinya akan disuntik vaksin Covid-19 itu pada pekan ini, seiring dengan dimulainya kampanye vaksinasi Covid-19 oleh Vatikan.
”Ada penyangkalan bunuh diri yang tidak bisa saya jelaskan, tapi hari ini kita harus divaksinasi,” kata Paus dalam segmen wawancara dengan Canale 5 yang siap disiarkan secara penuh, Minggu ini.
Proses vaksinasi dan persiapannya terus berlanjut di sejumlah negara di dunia. India, misalnya, akan meluncurkan salah satu program vaksinasi bebas virus korona paling ambisius di dunia, Sabtu (16/1/2021).
Perdana Menteri India Narendra Modi menyatakan, pada Juli mendatang ditargetkan 300 juta warga India sudah divaksin secara massal. India adalah negara terparah kedua dengan lebih dari 10 juta kasus, meskipun tingkat kematiannya adalah salah satu yang terendah di dunia.
Misteri Covid-19
Pada Senin, 11 Januari 2021, genap setahun pasca-China mengonfirmasi kematian pertama warganya akibat Covid-19. Kematian itu menimpa seorang pria berusia 61 tahun yang biasa berada di pasar basah Wuhan.
Sejak itu hingga sejauh ini, pandemi Covid-19 masih menjadi teka-teki sekaligus misteri yang belum terpecahkan khususnya terkait asal mula penyakit itu.
Para ahli memperingatkan, mungkin tidak akan pernah ada jawaban yang pasti atas sumber virus korona tipe baru itu. Hal itu terutama akibat upaya-upaya investigasi sejak awal ditandai oleh kekacauan dan kerahasiaan Pemerintah China.
Beijing dinilai masih menghadang upaya independen untuk melacak asal-usul virus dan pertanyaan sentral tentang bagaimana virus itu berpindah dari hewan ke manusia.
Ada sedikit perselisihan pendapat terkait asal virus. Virus itu diketahui pada akhir 2019 di pasar basah di kota Wuhan di Cina tengah, tempat satwa liar dijual sebagai makanan.
Patogen itu diyakini berasal dari spesies kelelawar yang belum ditentukan. Namun, dari sana selanjutnya muncul dugaan bahwa sejatinya asal usul virus itu sudah ada sebelumnya dan bukan dari Wuhan.
Dugaan itu tidak menemukan jawabannya, bercampur dengan spekulasi konspiratif yang juga diperkuat oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa virus itu bocor dari laboratorium di Wuhan.
Para ahli virus terkemuka menyatakan bahwa penetapan sumber sangat penting untuk memadamkan wabah di masa depan secara lebih awal. Hal itu memberikan petunjuk yang dapat memandu keputusan kebijakan tentang apakah akan memusnahkan populasi hewan, mengarantina orang yang terkena dampak, atau membatasi perburuan satwa liar dan interaksi manusia-hewan lainnya.
”Jika kita dapat mengidentifikasi mengapa virus itu terus bermunculan, kita dapat mengurangi pendorong yang mendasarinya,” kata Peter Daszak, Presiden EcoHealth Alliance, LSM global yang berfokus pada pencegahan penyakit menular.
China dipuji karena melaporkan virus itu dan melepaskan urutan gennya tepat waktu dibandingkan dengan aksi menutup-nutupi wabah seperti pada kasus SARS 2002-03. Namun, ada juga kerahasiaan dan cerita yang berubah-ubah terkait perkembangan dan asal usul virus korona tipe baru itu.
Otoritas Wuhan awalnya berusaha menutupi wabah itu dan kemudian menghabiskan waktu berpekan-pekan yang berharga untuk mencegah penularan dari manusia ke manusia. (AFP/REUTERS/BEN)