Iran-Israel Bertarung Keras soal Isu Nuklir, Netanyahu Kirim Tim Pelobi ke AS
Teheran bersikeras agar pemerintahan Presiden AS Joe Biden berpegang pada kesepakatan nuklir Iran yang sudah ada. Adapun Israel mendesak Washington merevisi kesepakatan nuklir itu dengan mamasukkan klausul soal rudal.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN DARI KAIRO, MESIR
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Pertarungan Iran-Israel tentang masa depan isu nuklir Iran pada era Presiden Amerika Serikat Joe Biden sudah dimulai. Iran menghendaki kesepakatan nuklir Iran tahun 2015, yang dikenal dengan nama resmi Rencana Aksi Komprehensif Bersama (The Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA), segera dihidupkan kembali tanpa ada modifikasi apa pun. Sebaliknya, Israel menginginkan pemerintahan Biden merundingkan JCPOA kembali dengan memasukkan agenda pembatasan industri rudal balistik Iran dalam butir kesepakatan baru.
Israel sangat khawatir Biden menghidupkan kembali JCPOA tanpa ada modifikasi. Kekhawatiran itu bertolak dari berita yang dilansir televisi Israel Saluran 12 dan harian The Times of Israel, Minggu (24/1/ 2021), bahwa tim Presiden Biden menjalin komunikasi rahasia dengan Iran, 16 Januari lalu, membahas isu nuklir Iran.
Israel langsung melobi pejabat tinggi AS untuk mencegah pemerintahan Biden menghidupkan kembali JCPOA tanpa ada modifikasi. Penasihat Keamanan Nasional Israel, Meir Ben Shabbat, Sabtu (23/1/2021), menelepon Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, membahas kemitraan AS-Israel pada era Presiden Biden.
Sullivan menegaskan komitmen Presiden Biden menjaga keamanan Israel dan berjanji akan menggelar konsultasi AS-Israel secara rutin untuk membahas segala isu regional dan internasional. Sullivan berjanji pula akan menggelar dialog strategis AS-Israel dalam waktu dekat untuk memperkuat kemitraan kedua negara itu.
Kirim Mossad
Direktur Mossad (Dinas Intelijen Luar Negeri Israel) Yossi Cohen, seperti diberitakan televisi Al Arabiya, Minggu (24/1/2021), dijadwalkan akan berkunjung ke Washington DC pada Februari mendatang untuk bertemu dengan Direktur Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA) yang baru, William Burns, dan Presiden Biden untuk menyampaikan aspirasi Israel terkait isu nuklir Iran.
Al-Arabiya juga memberitakan, komandan Komando Sentral pasukan AS yang bertanggung jawab atas wilayah Timur Tengah, Kenneth F McKenzie, akan mengunjungi Israel, pekan ini, untuk membahas isu Iran.
Situs Israel, Walla News, pada awal Januari lalu memberitakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membentuk tim strategis yang bertugas melakukan pembicaraan dengan pemerintahan Biden tentang isu nuklir Iran. Tim strategis tersebut melibatkan pejabat tinggi dari Kementerian Luar Negeri Israel, Kementerian Pertahanan Israel, Mossad, dan lembaga tenaga atom Israel.
Netanyahu juga telah menunjuk Gilad Erdan sebagai duta besar (dubes) baru Israel untuk AS. Erdan telah mulai menjalankan tugasnya di AS sejak Kamis (21/1/2021). Erdan dikenal sebagai orang dekat Netanyahu di Partai Likud yang berkuasa di Israel pada saat ini.
Erdan dikenal pula menempati barisan lapisan kedua dalam kepemimpinan di jajaran Partai Likud. Erdan mendapat tugas khusus dari Netanyahu untuk menjalin lobi intensif dengan jajaran pemerintah Biden dalam upaya mencegah Presiden Biden kembali ke JCPOA tanpa modifikasi. Erdan diminta berjuang membujuk pemerintahan Biden agar bersedia menerima aspirasi Israel terkait isu nuklir Iran.
Erdan ditunjuk sebagai dubes baru Israel untuk AS setelah ia dianggap berjasa menghentikan gerakan boikot di AS atas produk permukiman Yahudi di Tepi Barat. Ia mampu melobi 27 gubernur negara bagian di AS mengeluarkan peraturan yang melarang boikot atas produk permukiman Yahudi di Tepi Barat. Gerakan boikot atas produk permukiman Yahudi di Tepi Barat itu berhasil di Eropa.
Harian Asharq al-Awsat edisi Kamis (21/1/2021) juga memberitakan, Netanyahu mulai menjalin komunikasi dengan sejumlah pengusaha Yahudi untuk membantu melobi Biden agar bisa lebih memenuhi aspirasi Israel terkait isu Iran, Palestina, dan hubungan Arab-Israel. Di antara pengusaha Yahudi yang dihubungi Netanyahu adalah Ronald S Lauder. Ia dikenal sebagai pengusaha di AS dan juga menjabat Ketua Kongres Yahudi Internasional (WJC). Pengusaha lain yang dihubungi Netanyahu adalah ketua lembaga Yahudi untuk Israel, Isaac Herzog, yang juga anggota Knesset (parlemen).
Lauder dan Herzog dikenal dekat dengan Partai Demokrat di AS. Seperti diketahui, Iran dan masyarakat internasional telah mencapai kesepakatan nuklir pada Juli 2015 yang dikenal dengan nama JCPOA. Namun, Presiden AS Donald Trump keluar secara sepihak dari kesepakatan itu pada Mei 2018 dan kembali menjatuhkan sanksi terhadap Iran.