China dan Selandia Baru Perkuat Kerja Sama Perdagangan
Kesepakatan perdagangan bebas antara China dan Selandia baru diperluas. Kesepakatan itu kian memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara. China menempatkannya sebagai wujud dari pentingnya multilateralisme.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
WELLINGTON, SELASA — Hubungan perdagangan antara China dan Selandia Baru kian menguat setelah keduanya sepakat meningkatkan perjanjian perdagangan bebas, di antaranya, membuka akses ekspor lebih luas dari Selandia Baru ke China. Tarif untuk sebagian besar ekspor Selandia Baru, seperti produk susu, kayu, dan hasil laut, akan dihapuskan atau dipotong. Biaya kepatuhan terkait pajak juga akan dikurangi.
Perluasan perjanjian perdagangan bebas yang ditandatangani, Selasa (26/1/2021), itu dilakukan saat banyak negara justru menutup perbatasannya karena pandemi Covid-19.
”China tetap merupakan salah satu rekan dagang kami yang terpenting. Kesepakatan ini penting pada saat krisis ekonomi global akibat Covid-19 seperti sekarang ini,” kata Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.
Menteri Perdagangan Selandia Baru Damien O’Connor dalam pernyataan tertulis menyebutkan, kesepakatan itu memperluas perjanjian perdagangan bebas yang sudah ada sebelumnya agar tetap bisa sesuai digunakan dan sesuai kebutuhan hingga 10 tahun ke depan.
O’Connor mengatakan, perluasan perjanjian perdagangan bebas ini merupakan bagian dari strategi pemulihan perdagangan Selandia Baru yang sempat goyang akibat pandemi Covid-19. Selama ini, perjanjian perdagangan bebas dengan China dinilai berhasil mengembangkan praktik-praktik bisnis kedua negara sejak ditandatangani pada 2008.
”Ini kenapa kita memulai perundingan perluasan atau peningkatan perjanjian ini untuk memastikan perjanjian ini modern mengikuti zaman dan memperdalam hubungan kedua negara,” kata O’Connor.
Sebagaimana Selandia Baru, China pun menyambut baik perluasan kesepakatan dagang itu. Bahkan, China menempatkannya sebagai bentuk riil multilateralisme.
”Perluasan atau peningkatan perjanjian itu menunjukkan kedua belah pihak bertekad mendukung multilateralisme dan perdagangan bebas. Ini langkah penting China mengimplementasikan multilateralisme untuk membuka ekonomi global,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.
Sehari sebelumnya, Presiden China Xi Jinping saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia mengkritisi pemikiran isolasionisme ”perang dingin” dan meminta agar semua penghalang perdagangan, investasi, dan pertukaran teknologi dihilangkan.
Selama beberapa bulan terakhir, China telah menandatangani perjanjian investasi dengan Uni Eropa dan bergabung dengan blok perdagangan bebas terbesar di dunia bersama 15 negara lainnya dalam wadah Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Selandia Baru termasuk salah satu negara dalam RCEP. Selain itu, China juga tertarik bergabung dalam Kesepakatan Kerja Sama Trans-Pasifik Progresif dan Komprehensif atau Comprehensive and Progressive Trans- Pacific Partnership (CPTPP).
Harian South China Morning Post menyebutkan, Presiden Xi Jinping mengajak dunia meningkatkan multilateralisme dan membuka diri serta mengesampingkan konfrontasi ideologis yang justru memecah belah dunia. Kesepakatan ini juga menunjukkan China terbuka untuk menjalin hubungan dagang lebih erat dengan Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia jika situasinya memungkinkan. ”China akan terus mempromosikan perdagangan dan liberalisasi investasi,” kata Xi.
Kemudahan
Kantor berita China, Xinhua, menyebutkan, kesepakatan baru Beijing dengan Wellington itu juga akan membuka sektor-sektor lain, seperti penerbangan, pendidikan, dan keuangan. Sebagai imbal baliknya, Selandia Baru akan menambah kuota visa bagi guru bahasa China dan pemandu wisata China masing-masing sampai 100 persen jadi 300 orang dan 200 orang.
Harian berbahasa Inggris China, Global Times, menyebutkan, peningkatan kerja sama ini terkait dengan kargo dan layanan masuk pasar dagang, investasi. Dengan kesepakatan ini, kedua negara menikmati nol bea dan cukai untuk hampir semua perdagangan.
Salah satu sektor yang akan terdongkrak berkat kesepakatan ini adalah perdagangan kayu dan kertas Selandia Baru yang nilainya 2,16 miliar dollar AS. Kini, 99 persen dari semua produk kayu dan kertas itu bebas bea dan cukai. China menghapuskan bea dan cukai untuk 12 produk kayu dan kertas asal Selandia Baru. Begitu pula dengan ekspor produk susu asal Selandia Baru ke China yang akan bebas tarif pada 2024.
Selain itu, ekspor layanan pada sektor-sektor baru, seperti layanan lingkungan, layanan operasi bandara, layanan udara khusus, layanan penanganan darat, dan layanan audiovisual, juga akan terdongkrak. Sebagai tambahan, layanan permukiman, penerjemahan dan interpretasi, serta pendidikan juga akan diperluas pasarnya.
China bersedia membuka pintu lebih lebar kepada investor-investor Selandia Baru untuk bidang penerbangan, pendidikan, keuangan, perawatan orang lanjut usia, dan transportasi penumpang. Ini sejalan dengan RCEP yang ditandatangani pada November lalu.
Dari sisi Selandia Baru, mereka akan melonggarkan ambang peninjauan bagi investasi China agar investasi China juga bisa mendapat perlakuan yang sama seperti negara anggota CPTPP. Selandia Baru akan mencabut ambang batas penyaringan bagi investasi non-Pemerintah China dari 200 juta dollar Selandia Baru menjadi 100 juta dollar Selandia Baru. Sementara investasi pemerintah masih akan disaring sampai 100 juta dollar Selandia Baru.
Selandia Baru merupakan negara maju pertama yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan China sejak 2008. China selalu menganggap Selandia Baru sebagai contoh ikatan kuat antara China dan Barat. China kini menjadi rekan dagang terbesar Selandia Baru dengan nilai rata-rata perdagangan dua arah lebih dari 21,58 miliar dollar AS per tahun.
Akan tetapi, hubungan keduanya bukan tanpa gejolak. Hubungan keduanya diuji saat pemerintahan Ardern mengkritisi pengaruh China pada pulau-pulau kecil Pasifik. Selandia Baru pernah menyinggung isu pelanggaran hak asasi manusia terkait masyarakat Muslim Uighur. Belum lagi posisi Ardern yang mendukung partisipasi Taiwan di Organisasi Kesehatan Dunia meski China keberatan. Namun, kritik itu tidak mengurangi kehangatan relasi antara China dan Selandia Baru.
Berbeda
Situasi itu berbeda dengan mitra Selandia Baru di kawasan, yaitu Australia. Meskipun memiliki relasi dagang yang besar, akhir-akhir ini hubungan China dan Australia kian memburuk. Salah satu pemicunya adalah Australia mendorong penyelidikan independen tentang asal-muasal Covid-19. Dampak dari sikap itu, Beijing menyetop impor atau menambah tarif sejumlah produk asal Australia.
Australia sudah meminta ke Organisasi Perdagangan Dunia untuk meninjau keputusan China memberlakukan tarif yang lebih tinggi pada jelai asal Australia. Selandia Baru yang akan menyelenggarakan pertemuan regional Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik tahun ini berjanji akan membantu mendamaikan China dan Australia. (REUTERS)