Italia Memblokade Ekspor Vaksin Covid-19 AstraZeneca ke Australia
Larangan ekspor vaksin Covid-19 dari Uni Eropa akhirnya terjadi juga setelah Italia memblokade permohonan ekspor vaksin Covid-19 AstraZeneca ke Australia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
ROMA, JUMAT — Italia memblokade pengiriman vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca ke Australia, Kamis (4/3/2021). Hal ini merupakan blokade pertama ekspor vaksin Covid-19 yang diatur dalam skema pemantauan vaksin Uni Eropa.
Perintah Roma untuk memblokade ekspor 250.000 dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca itu telah diterima Komisi Eropa. Uni Eropa (UE) sebelumnya mengecam keras perusahaan Inggris-Swedia itu karena hanya memenuhi sebagian pesanan vaksin Covid-19 dari yang dijanjikan ke UE.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Italia menyebutkan, pengiriman vaksin ke Australia dihentikan karena ”masih terjadinya kekurangan vaksin di UE dan Italia serta penundaan pasokan dari AstraZeneca kepada UE dan Italia.”
Selain itu, blokade ekspor tidak hanya dilakukan karena Australia tak dinilai sebagai negara yang rentan dalam konteks pandemi Covid-19, tetapi juga karena jumlah dosis vaksin Covid-19 yang dikirim cukup besar.
Kementerian Luar Negeri Italia menerangkan bahwa AstraZeneca mengajukan izin ekspor vaksin pada 24 Februari 2021 dan Roma meneruskan itu ke Komisi Eropa dua hari kemdian sambil mengajukan penolakan. Vaksin yang diajukan untuk diekspor berasal dari pabrik yang berada di Italia.
Badan eksekutif UE sepakat dengan usulan penolakan Italia dan Pemerintah Italia memberi tahu keputusan itu kepada AstraZeneca, 2 Maret 2021.
Kemenlu Italia juga menambahkan, sebelumnya Italia telah mengizinkan ekspor sampel vaksin AstraZeneca. Namun, dalam ”jumlah yang sedang… untuk keperluan penelitian ilmiah.”
Di bawah mekanisme transparansi dan otorisasi, negara-negara blok UE memeriksa rencana ekspor vaksin Covid-19 dari wilayah itu. Melalui mekanisme ini, perusahaan yang akan mengekspor vaksinnya harus meminta izin kepada negara tempat mereka berusaha.
Pemerintah negara itu lalu memberi tahu Komisi Eropa yang kemudian akan memeriksa apakah perusahaan tersebut menghormati kontraknya, termasuk dengan UE. Juga diperiksa kebutuhan dan ketersediaan vaksin di UE dengan negara tujuan ekspor. Negara anggota UE berwenang memberikan izin atau menolak ekspor sesuai dengan pendapat UE.
Mekanisme tersebut dimulai 30 Januari 2021 yang berlaku hingga setidaknya akhir Maret 2021. Periode ini terkait dengan penurunan tajam pengiriman vaksin Covid-19 kepada UE dalam triwulan pertama tahun 2021.
Penurunan suplai di UE sebagian besar disebabkan oleh janji ”usaha terbaik yang bisa dilakukan” AstraZeneca untuk mengirim 100 juta dosis yang tidak bisa dipenuhi. Perusahaan farmasi ini hanya mampu memasok 40 persen dari yang mereka janjikan.
Di saat yang sama, perusahaan yang berbasis di Inggris itu justru mengirim pasokan vaksin Covid-19 secara penuh ke Inggris.
Australia sendiri menilai larangan ekspor 250.000 dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca oleh Italia tidak akan berdampak besar pada program vaksinasinya.
Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Australia mengatakan bahwa pengiriman vaksin dari AstraZeneca dari Italia ”tidak diperhitungkan dalam rencana distribusi vaksin beberapa minggu ke depan.”
Saat ini, Australia telah menerima 300.000 dosis vaksin Covid-19 dari AstraZeneca dan sebagian sudah diberikan kepada tenaga kesehatan di Australia Selatan dalam program vaksinasi Jumat ini.
Pasokan ini bersama dengan pasokan dari Pfizer diharapkan bisa mencukupi sampai produksi domestik vaksin AstraZeneca ditingkatkan. ”Produksi domestik mulai dengan 1 juta dosis per minggu mulai akhir Maret dan masih sesuai rencana,” kata juru bicara itu.
Vaksin Covid-19 AstraZeneca nantinya akan diproduksi oleh perusahaan bioteknologi Australia, CSL, setelah calon vaksin Covid-19 mereka gagal. CSL ditargetkan mampu memproduksi sekitar 50 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Meski terbilang lebih lambat dari banyak negara lain, program vaksinasi Covid-19 Australia menargetkan mayoritas penduduk dewasa sudah divaksin pada Oktober 2021. (AFP)