Tragedi Covid-19 di Brasil, Maret 2021 adalah ”Bulan Paling Mematikan”
Sejak awal pandemi Covid-19, Brasil tak pernah berubah. Negara itu gagal mengendalikan penyebaran Covid-19. Rumah sakit kolaps, jumlah warga yang meninggal melonjak. Kematian Maret 2021 mencapai angka tertinggi bulanan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
BRASILIA, KAMIS — Brasil mengakhiri Maret 2021, Rabu (31/3/2021), sebagai ”bulan paling mematikan” akibat pandemi Covid-19. Selama satu bulan itu, negara di Amerika Selatan tersebut mencatat 66.573 kasus meninggal akibat Covid-19. Angka ini lebih dari dua kali lipat rekor kasus meninggal bulanan terbanyak sebelumnya, yaitu 32.881 kasus pada Juli 2020.
Ledakan pasien Covid-19 parah membuat rumah sakit-rumah sakit di kota-kota di sana kewalahan hingga memaksa para dokter memilah pasien mana yang bisa dirawat dan tidak. Situasi pandemi yang tak terkendali ini dikhawatirkan menyebar ke negara tetangga Brasil.
”Tidak pernah dalam sejarah Brasil kami menyaksikan satu penyebab mengakibatkan kematian yang begitu banyak dalam waktu satu bulan,” kata Miguel Nicolelis, mantan Koordinator Respons Pandemi untuk wilayah Timur Laut Brasil.
Menurut Nicolalis, dengan semakin dekatnya musim dingin di bumi bagian selatan dan penyebaran virus SARS-CoV-2 yang cepat, Brasil menghadapi ”badai yang sempurna”. ”Ancaman ini bukan hanya untuk Brasil, melainkan juga bagi seluruh dunia,” katanya.
Di 18 dari 27 negara bagian, lebih dari 90 persen tempat tidur di unit perawatan intensif (ICU) terisi. Tujuh negara bagian lain juga hampir mendekati level itu.
Menurut laporan TV Globo, setidaknya 230 pasien terduga atau terkonfirmasi positif Covid-19 meninggal saat menunggu ketersediaan tempat tidur di ICU di Sao Paulo bulan ini. Sejumlah negara bagian mulai memberlakukan protokol untuk memilah pasien mana yang akan dimasukkan ke ICU dengan memprioritaskan yang peluang sembuhnya tinggi.
”Kami dalam situasi yang sangat tragis,” kata Ethel Maciel, epidemiolog dari Espirito Santo Federal University. ”Situasi terburuk belum terjadi,” ujarnya menegaskan.
Meningkat empat kali lipat
Rata-rata kasus meninggal akibat Covid-19 di Brasil telah meningkat empat kali lipat sejak awal 2021. Pekan ini saja jumlah pasien Covid-19 yang meninggal mencapai 2.976 orang. Catatan ini merupakan yang tertinggi di dunia. Pada Rabu kemarin juga mencatatkan rekor kasus meninggal tertinggi dalam 24 jam, yaitu 3.869 kasus.
Pada Selasa (30/3/2021), NBC News melaporkan, kematian akibat Covid-19 pada kelompok umur produktif, yaitu 30-59 tahun, di Brasil juga meningkat 317 persen dibandingkan pada awal 2021. Kasus baru para kelompok umur itu juga melonjak hampir 600 persen.
Menurut para pakar, lonjakan kasus Covid-19 di negara Amerika Selatan dengan jumlah penduduk 212 juta jiwa itu sebagian disebabkan oleh varian virus SARS-CoV-2 lokal yang dikenal dengan sebutan P1.
Diyakini lebih mudah menular, varian P1 bisa menginfeksi ulang orang yang pernah terinfeksi varian awal virus SARS-CoV-2. Sejauh ini, varian P1 telah menyebar di lebih dari 24 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.
Di tengah penyebaran varian P1 yang cepat, para pakar juga khawatir muncul lebih banyak varian baru di Brasil.
Pemimpin tak kompeten
Nicolelis berpendapat bahwa ketidakmampuan Brasil mengendalikan pandemi disebabkan oleh tidak adanya kepemimpinan yang kompeten dan lambatnya vaksinasi Covid-19, selain penyebaran varian P1 yang cepat.
”Semua ini disebabkan oleh inkompetensi di tingkat pemerintahan federal,” ujarnya.
Rendahnya kepemimpinan dan koordinasi respons pandemi Covid-19 tertuju kepada Presiden Jair Bolsonaro. Resistensi Bolsonaro terhadap karantina wilayah, penggunaan masker, dan pemberian vaksin telah menyebabkan kasus meninggal akibat Covid-19 di Brasil mencapai 321.000 atau kedua terbanyak di dunia setelah AS.
Mendapat tekanan dari kongres dan kalangan bisnis, Bolsonaro pada pekan lalu melantik ahli jantung Marcelo Queiroga sebagai menteri kesehatan keempatnya selama pandemi. Queiroga menggantikan Eduardo Pazuello, seorang jenderal angkatan darat yang tak punya pengalaman medis.
Bolsonaro juga ingin menunjukkan bahwa ia serius mengatasi pandemi dengan membentuk komite krisis. Akan tetapi, pada rapat komite itu, Rabu kemarin, Bolsonaro kembali menekankan pesan anti-karantina wilayahnya.
”Kita tidak menyelesaikan masalah dengan hanya tinggal di rumah,” ujarnya. Hal ini bertentangan dengan pernyataan menteri kesehatan Brasil yang baru yang mendesak warga untuk ”menghormati jaga jarak sosial”.
Sementara itu, Brasil juga terus berjuang untuk mendapatkan cukup vaksin Covid-19 guna mencapai target vaksinasi seluruh penduduk dewasa pada akhir 2021. Saat ini, Brasil menggunakan dua vaksin Covid-19, yaitu dari Astrazeneca-Oxford dan Sinovac. Sekitar 8 persen penduduk sudah mendapat dosis pertama dan 2,3 persen sudah disuntik dosis kedua.
Di tengah pertarungan politik, muncul juga skandal. Untuk menyiasati lambannya vaksinasi, sejumlah politisi dan pebisnis diduga membeli vaksin Covid-19 Pfizer dan menjualnya kepada keluarga dan teman-temannya. Warga Brasil lain ada yang memilih pergi ke negara lain, seperti Uruguay, untuk mendapatkan vaksin Covid-19. (AFP)