Tubuh Kurus dan Para Pemberontak Stereotip Kecantikan di China
Tubuh langsing dan kulit putih masih menjadi acuan kecantikan di China. Namun, kini bermunculan pria dan wanita yang mendobrak pakem kecantikan yang sering kali berakibat tidak sehat itu.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·5 menit baca
Standar kecantikan di China termasuk bisa dikategorikan sangat patriarkis. Kulit putih dan tubuh sangat langsing menjadi pakem, baik bagi perempuan maupun laki-laki, agar bisa dianggap rupawan oleh masyarakat. Akan tetapi, akhir-akhir ini semakin banyak orang yang tampil di media arus utama untuk melawan aturan yang dinilai tidak mengindahkan keanekaragaman bentuk tubuh manusia.
Adalah grup musik pria atau boy band bernama Produce Pandas. Berbeda dengan pakem boy band negara-negara Barat yang ”mengharuskan” anggotanya bertubuh kekar serta atletis ataupun Korea Selatan yang personelnya seakan diwajibkan berwajah rupawan, para anggota Produce Pandas memiliki bobot di atas 100 kilogram.
Grup musik ini dibentuk perusahaan hiburan dari Beijing, DMDF Entertainment. Mereka mengaudisi 300 laki-laki yang oleh masyarakat pada umumnya dianggap bukan standar pesohor alias berpenampilan fisik biasa-biasa saja. Tujuan dibentuknya grup ini ialah menghadirkan idola dari kalangan orang biasa dengan penampilan biasa sehingga bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat.
Akhirnya terpilih lima orang yang kini dikenal dengan nama julukan mereka, yaitu Ding, Cass, Husky, Otter, dan Mister 17. Dari segi usia, mereka berkisar pertengahan 20-an tahun hingga awal 30-an tahun. Kelima laki-laki ini sebelumnya juga menjalani pekerjaan yang dianggap reguler, seperti pegawai teknologi informasi dan pegawai perusahaan perminyakan.
”Kami berharap penampilan plus-size ini bisa mendobrak stereotip estetika yang memuja tubuh kurus,” kata Cass.
Ia juga mengungkapkan bahwa anggota Produce Pandas tidak diwajibkan mengikuti diet ketat seperti boy band pada umumnya. Memang mereka dianjurkan makan makanan yang sehat dan berolahraga rutin demi menjaga kesehatan, tetapi tidak ada tuntutan harus menurunkan berat badan.
Bagi kaum perempuan China, standar fisik yang diterapkan kepada mereka lebih tidak masuk akal. Bahkan, ada ukuran tubuh tertentu yang dinilai baik secara estetika walaupun secara aspek kesehatan justru sebaliknya.
Pemenang anugerah Sutradara Terbaik Academy Awards 2021, Chloe Zhao, misalnya. Ia adalah perempuan Asia pertama yang berhasil memenangi Oscar. Akan tetapi, di tanah airnya, bukannya dipuji atas prestasi tersebut, ia malah dikritik warganet karena memutuskan tidak memakai kosmetik di ajang bergengsi tersebut. Berbagai suara sumbang mengatakan Zhao tampak tua tanpa riasan dan terlihat kampungan saat dipadankan dengan gaun karya jenama terkenal yang ia pakai.
Meskipun begitu, banyak juga warganet yang mendukung Zhao. Seperti dilansir media daring Quartz, pegiat feminis dari China, Lydia Lin, mengatakan, penampilan Zhao di ajang Oscar itu menunjukkan bahwa perempuan juga bisa tampil formal tanpa riasan berlebih dan tetap dianggap serius di industri tempatnya berkarya.
”Standar penampilan kita sungguh tidak sehat. Ada moto ’kurus atau lebih baik mati’ dan jika gemuk sedikit langsung dianggap pemalas. Akibatnya, banyak sekali perempuan yang stres karena fisik mereka tidak sesuai standar yang sesungguhnya tak masuk akal ini,” papar Lin.
Ke Han, psikolog dari Universitas Teknologi Nanyang di Singapura, seperti dikutip oleh BBC, menjelaskan, ada pepatah China yang mengatakan bahwa seorang perempuan bobotnya tidak boleh melebihi 100 jin atau sekarang disetarakan dengan 50 kilogram. Di atas angka itu, perempuan dinilai tidak mampu menjaga penampilan.
Akibatnya, muncul berbagai tren yang membahayakan kesehatan. Pada 2020, media sosial China, seperti Douyin dan Weibo, diramaikan berbagai tantangan daring khusus untuk para perempuan. Salah satunya ialah meminta perempuan mengunggah foto atau video untuk menunjukkan bahwa pinggang mereka tidak lebih lebar dari sehelai kertas berukuran A4 atau 21 sentimeter.
Selain itu, juga ada tren bagi perempuan untuk mendatangi gerai pakaian ternama Uniqlo dan mencoba kaus khusus ukuran anak-anak. Foto mereka memakai baju tersebut diunggah ke media sosial guna membuktikan bahwa mereka memiliki tubuh langsing seperti yang diidamkan kebanyakan perempuan. Di Weibo pun beredar acuan bahwa perempuan dengan tinggi 160 sentimeter bobot idealnya adalah 34 kilogram.
Pada Agustus 2019, lembaga kajian pemasaran dan opini global, Ipsos, menerbitkan hasil survei mengenai penampilan fisik di 27 negara. Terungkap di China penampilan fisik adalah kriteria penentu seorang perempuan dianggap menarik, bukan faktor seperti rasa percaya diri, kecerdasan, dan kesuksesan finansial. Survei ini juga menunjukkan bahwa perempuan ideal di negara tersebut adalah yang bertubuh langsing.
Jaehee Jung, pengajar bidang kajian mode dan pemasaran Universitas Delaware, Amerika Serikat, pada September 2018 dalam makalahnya di Jurnal Kajian Ilmu Keluarga dan Konsumen (Family and Consumer Sciences Research Journal) mengungkapkan, standar kecantikan tradisional di China adalah wajah bulat dan badan berisi. Standar tubuh langsing dan wajah kurus mulai digemari ketika negara tersebut memasuki pasar bebas di masa pemerintahan Deng Xiaoping. Definisi kecantikan perlahan disetir oleh merek-merek kosmetik dari Barat yang kemudian dikombinasikan dengan karakteristik budaya China bahwa perempuan harus cantik, langsing, dan penurut kepada otoritas. Termasuk di dalamnya standar penampilan fisik.
Penelitian Jung mencatat kasus-kasus anoreksia dan bulimia di China mulai banyak dilaporkan semenjak tahun 1990. Perkembangan teknologi digital dan media sosial juga membuat demam swafoto yang kemudian berimbas kepada melonjaknya tren bedah plastik untuk mengecilkan perut dan merombak wajah agar memiliki mata besar dan rahang kecil.
Entitas Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Jender dan Pemberdayaan (UN Women) telah menerbitkan panduan mengenai pentingnya mencapai kesetaraan antara perempuan, laki-laki, dan berbagai identitas jender nonbiner untuk menghasilkan masyarakat yang harmonis dan saling mendukung.
Poin dalam mendidik anak perempuan ialah mengajar mereka sebagai individu yang bernilai karena kemampuan, kerja keras, watak, dan cita-cita. Sudah waktunya perempuan mempertanyakan standar yang disetir oleh pasar dan meminta pasar menghadirkan berbagai keragaman penampilan yang sehat serta memberdayakan masyarakat. Apabila boy band berani menantang pakem, sudah saatnya kaum perempuan tidak ketinggalan. (AP)