Kedekatan dengan Pemimpin Spiritual Ayatollah Ali Khamenei menjadi modal terpenting bagi kandidat presiden Iran. Dari lima kandidat, Ebrahim Raisi dikenal paling dekat dengan Khamenei.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·4 menit baca
Iran pada hari Jumat (18/6/ 2021) besok akan menggelar pemilu presiden ke-13 sejak revolusi tahun 1979 di bawah pimpinan Ayatollah Imam Khomeini. Pemilu presiden kali ini berlangsung saat Iran tengah menghadapi momentum yang menentukan masa depan negara, yakni perundingan nuklir di Vienna, Austria, yang sampai saat ini belum menghasilkan kesepakatan.
Siapa pun presiden terpilih nanti akan langsung memikul beban tanggung jawab menentukan nasib perundingan nuklir Iran tersebut. Isu ekonomi yang terpuruk, akibat embargo AS pasca-pembatalan sepihak AS pada 2018 atas perundingan nuklir Iran tahun 2015, juga menjadi tantangan besar presiden Iran terpilih nanti.
Ada lima kandidat presiden yang telah disetujui Dewan Garda Konstitusi dan akan berlaga dalam pemilu presiden setelah mundurnya kandidat kubu reformis, Mohsen Mehralizadeh, dan kandidat kubu konservatif, Alireza Zakani, dari bursa pencalonan, Rabu kemarin. Mereka adalah Amir Hossein Ghazizadeh (50), Abdolnaser Hemmati (56), Saeed Jalili (65), Ebrahim Raisi (61), dan Mohsen Rezaee (67).
Tidak tertutup kemungkinan ada kandidat lain yang mundur dari bursa pencalonan pada saat-saat terakhir nanti. Dari segi usia, ada dua tokoh muda dengan usia sekitar 50-an tahun, yaitu Amir Hossein Ghazizadeh dan Abdolnaser Hemmati. Tiga kandidat lainnya adalah para tokoh senior dengan usia di atas 60 tahun, yaitu Saeed Jalili, Ebrahim Raisi, dan Mohsen Rezaee.
Dari segi ideologi atau orientasi politik, hanya ada satu tokoh aliran reformis atau moderat, yaitu Abdolnaser Hemmati setelah mundurnya Mehralizadeh dari bursa pencalonan. Empat kandidat lainnya berasal dari aliran konservatif. Dalam karier dan popularitas, kandidat kubu konservatif jauh di atas kandidat kubu reformis. Ada nama-nama besar dari kubu konservatif, seperti Ebrahim Raisi, Mohsen Rezaee, dan Saeed Jalili.
Raisi adalah seorang ulama atau ilmuwan terkemuka Iran yang pernah menjabat jaksa agung atau kepala hakim. Ia juga dikenal dekat dengan Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Adapun Mohsen Rezaee adalah mantan komandan senior Garda Revolusi Iran yang juga dekat dengan Khamenei. Ia memimpin pasukan elite itu dalam perang Irak-Iran selama delapan tahun pada 1980-an. Peraih gelar PhD bidang ekonomi ini sudah tiga kali menjadi kandidat presiden, salah satu di antaranya mundur dalam Pemilu 2005.
Pada 2007, Argentina mendapat lampu hijau Interpol, yang mengeluarkan perintah penangkapan atas Rezaee, serta empat warga Iran lain dan seorang warga Lebanon, terkait pengeboman pusat komunitas Yahudi di Buenos Aires, yang menewaskan 85 orang.
Sementara Saeed Jalili, meskipun dari kubu konservatif, sikapnya dikenal luwes dan paling moderat di kalangan kubu konservatif. Latar belakangnya sebagai diplomat dan pernah menjabat Deputi Menteri Luar Negeri Urusan Eropa dan Amerika, serta perunding senior urusan nuklir, mengantarkan Jalili sebagai figur yang luwes dan moderat.
Jalili meraih popularitas di Iran berkat andilnya dalam mencapai kesepakatan nuklir Iran tahun 2015. Ia juga menjadi dekat dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, figur moderat yang tak bisa mencalonkan diri lagi karena telah menjabat dua periode beruntun.
Adapun kandidat dari kubu reformis, yakni Abdolnaser Hemmati, terhitung tokoh kelas menengah di Iran. Mantan gubernur Bank Sentral Iran (CBI) itu selama ini lebih dikenal sebagai teknokrat daripada seorang politisi.
Modal utama
Dalam tradisi politik di Iran pascarevolusi tahun 1979, kedekatan dengan pemimpin tertinggi spiritual adalah modal utama untuk karier politik di negara itu, khususnya dalam mencapai jabatan presiden. Semua presiden Iran pascarevolusi tahun 1979 adalah figur-figur yang direstui atau dekat dengan pemimpin tertinggi.
Presiden Mohammad Khatami (1997-2005), yang berasal dari kubu reformis/moderat, bisa terpilih sebagai presiden saat itu karena terkenal kedekatannya dengan Pemimpin Revolusi Iran, Ayatollah Imam Khomeini, sejak di pengasingan di Paris, Perancis. Presiden saat ini, Hassan Rouhani (2013-2021), yang juga berasal dari kubu reformis/moderat, bisa terpilih sebagai presiden karena kedekatannya dengan Ayatollah Ali Khamenei.
Karena itu, bursa kandidat presiden terkuat saat ini adalah Ebrahim Raisi. Selain figur populer, ia juga dekat dengan Ayatollah Ali Khamenei. Bahkan, Ali Khamenei telah menggadang-gadang Raisi sebagai penggantinya kelak sebagai pemimpin spiritual Iran.
Ali Khameinei merancang skenario karier Raisi seperti dirinya, yaitu menjabat presiden dulu, kemudian naik menjabat sebagai pemimpin spiritual. Ali Khamenei adalah Presiden Iran periode 1981-1989, lalu menjabat pemimpin tertinggi atau spiritual sejak tahun 1989 sampai sekarang.
Berbagai jajak pendapat di Iran terakhir ini juga menunjukkan, Raisi memiliki peluang terbesar memenangi pemilu presiden, Jumat besok. Sebanyak 210 anggota parlemen Iran menyerukan agar kandidat presiden lain dari konservatif mundur dari bursa pencalonan agar suara kubu konservatif menyatu pada Raisi.
Bursa kandidat terkuat kedua setelah Raisi adalah Saeed Jalili. Popularitasnya baik di kalangan konservatif maupun reformis. Jalili adalah figur konservatif yang juga diterima oleh kubu reformis.