Riset berbagai pihak menunjukkan hidrofluorokarbon atau HFC tetap berkontribusi pada penipisan ozon. HFC juga mempercepat pemanasan di stratosfer, lapisan kedua di atmosfer bumi dan tempat ozon berada.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
Dalam 70 tahun terakhir, ada dua perang dingin dan dampaknya sama-sama mematikan bagi penghuni bumi. Perang pertama melibatkan negara, perang kedua terjadi dari rumah dan aneka bangunan lain.
Perang dingin dalam konteks internasional dianggap selesai kala salah satu pihak, Uni Soviet, bubar pada 1991. Selama puluhan tahun, dunia cemas jika sewaktu-waktu ada bom nuklir diledakkan oleh Uni Soviet ataupun Amerika Serikat dan sekutunya.
Perang dingin lain masih terus berlangsung dan dampaknya mulai dirasakan dalam beberapa tahun terakhir. Bentuknya adalah perubahan iklim. Senjatanya adalah mesin penyejuk ruangan dan lemari es.
Kenaikan suhu membuat orang-orang mencari cara untuk mendinginkan tubuh dan ruangan. Mesin penyejuk ruangan adalah pilihannya. Semakin tinggi suhu, semakin kencang mesin penyejuk dioperasikan di ruangan dan kendaraan.
Ironisnya, mesin penyejuk ruangan berkontribusi pada perubahan iklim dan salah satu dampak perubahan iklim adalah kenaikan suhu permukaan bumi. Rekor baru suhu tertinggi terus-menerus tercatat di sejumlah negara. Pada Juli 2021, pesisir barat Amerika utara mencatat suhu hingga 47 derajat celsius.
Bersamaan dengan suhu tinggi yang semakin kerap, kebakaran lahan dan hutan pun semakin sering. Sampai sekarang, ratusan ribu hektar hutan di Kanada dan Amerika Serikat masih terbakar.
Tidak hanya di Amerika, kebakaran hutan dan lahan juga terjadi Afrika dan Eropa. Sudah puluhan ribu orang mengungsi, ratusan cedera, dan banyak pula yang meninggal akibat kebakaran-kebakaran itu.
Selain kebakaran, perubahan iklim juga menyebabkan banjir dan badai yang lebih kerap. Pola cuaca dan iklim bumi berubah seiring peningkatan suhu permukaan bumi. Aktivitas manusia menghasilkan gas rumah kaca yang memicu peningkatan suhu permukaan bumi.
Kontribusi
Mesin penyejuk ruangan dan lemari es berkontribusi pada perubahan iklim lewat dua cara: konsumsi energi dan bahan kimia untuk proses pendinginan. Dampak bahan kimia di mesin pendingin dan lemari es pada alam sudah puluhan tahun diakui. Pada awal abad 20, mesin pendingin menggunakan sulfur dioksida dan metil klorida yang rawan terbakar dan bisa menyebabkan keracunan sewaktu-waktu.
Pada 1928, freon ditemukan dan dianggap solusi lebih baik dari dua bahan kimia sebelumnya. Riset puluhan tahun menunjukkan, freon berkontribusi pada penipisan lapisan ozon. Karena itu, penggunaan freon dari klorofluorokarbon (CFC) dihentikan. Sebagai penggantinya, digunakan hidrofluorokarbon (HFC) yang dianggap membawa dampak lebih sedikit dibandingkan CFC.
Namun, riset berbagai pihak menunjukkan, HFC tetap berkontribusi pada penipisan ozon. HFC juga mempercepat pemanasan di stratosfer, lapisan kedua di atmosfer bumi dan tempat ozon berada.
Penipisan ozon bisa mengurangi kemampuan atmosfer menangkal sinal ultraungu dan aneka radiasi matahari. Berbagai penyakit pada manusia dan hewan bisa hadir jika sinar ultraungu dari matahari meningkat.
Sementara bagi orang-orang Eropa dan Amerika utara, dampak pemanasan stratosfer dikenal dalam bentuk suhu yang lebih dingin. Di atas Kutub Utara, ada pusaran angin mahakencang yang dikenal sebagai polar vorterx dan berfungsi menahan suhu dingin tetap di sana.
Jika stratosfer memanas, polar vortex ikut melemah. Dampaknya, suhu dingin tidak lagi terperangkap di Kutub Utara. Suhu dingin menyebar ke Eropa dan Amerika utara. ”Perubahan cuaca (di Kutub Utara) memengaruhi Eropa,” kata Kepala Departemen Penelitian Sistem Bumi di Potsdam Institute for Climate Impact Research, Stefan Rahmstorf.
Rahmstorf dan rekan-rekannya termasuk yang mencatat bukti peningkatan suhu Kutub Utara dalam 40 tahun terakhir. Peningkatan suhu itu terutama dipicu penggunaan bahan bakar fosil, yakni gas alam, batubara, dan minyak.
Dalam catatan BP Energy Review, salah satu acuan utama konsumsi energi global, bahan bakar fosil tetap menjadi sumber utama untuk pembangkit listrik. Di beberapa negara, bahan bakar fosil menghasilkan hingga 90 persen listrik.
Sementara dalam catatan Bloomberf NEF, lembaga kajian energi, hingga 10 persen listrik global dipakai untuk mesin penyejuk ruangan. Selain listrik, mesin penyejuk ruangan juga mengonsumsi BBM secara tidak langsung kala dipakai di kendaraan.
Semakin tinggi suhu, semakin banyak dan semakin kencang mesin penyejuk ruangan dioperasikan. Dampaknya, semakin besar listrik dibutuhkan dan semakin banyak HFC dilepaskan.
Perlu terobosan untuk menurunkan penggunaan mesin penyejuk ruangan demi menyelamatkan bumi. Sebab, rangkaian bencana akibat perubahan iklim telah menelan ribuan nyawa dan belum ada tanda rangkaian bencana itu akan berhenti. (AFP/REUTERS)