Kubu Liberal-Nasionalis Tumbangkan Faksi Islam Konservatif Penguasa Maroko
Partai liberal di Maroko mendominasi perolehan kursi parlemen negara itu. Mereka menggeser kubu Islam paling berpengaruh dan berkuasa di negara itu selama satu dekade terakhir.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
RABAT, KAMIS — Kubu liberal-nasionalis mendominasi perolehan kursi parlemen di Maroko setelah pemilu parlemen dan daerah di negara itu, Rabu (8/8/2021). Mereka menggeser kelompok islamis yang selama ini paling berpengaruh dan berkuasa di negara itu.
Rekapitulasi perolehan suara pemilu parlemen di Rabat, Kamis (9/9/2021) pagi, telah mencapai 96 persen. Hasilnya menunjukkan, partai Islam konservatif yang sedang berkuasa kalah telak. Partai yang dimaksud alah Partai Keadilan Pembangunan (PJD) yang memimpin koalisi pemerintah selama satu dekade terakhir. PJD yang pertama kali meraih kekuasaan pada November 2011 hanya meraih 12 kursi pada pemilu kemarin.
Sementara partai-partai liberal dan nasionalis meraih 257 dari total 395 kursi parlemen. Partai liberal mencakup Reli Nasional Independen (RNI) serta Partai Kebenaran dan Pembaruan (PAM), masing-masing meraih 97 kursi dan 82 kursi. Adapun partai tengah-kanan yang nasionalis, Partai Istiqlal, memperoleh 78 kursi parlemen.
Maroko adalah monarki konstitusional di mana raja memegang kekuasaan tertinggi. Dengan demikian, Raja Mohammed VI saat ini akan memilih seorang perdana menteri (PM) dari partai peraih kursi terbanyak di parlemen. Setelah terpilih, PM lalu membentuk kabinet atau membangun pemerintahan koalisi dan mengajukannya kepada raja lagi untuk mendapat persetujuan.
Pada 2011, Maroko telah mengadopsi konstitusi baru yang menyerahkan banyak kekuasaan raja kepada parlemen dan pemerintah. Walau demikian, Raja tetap memegang keputusan akhir untuk departemen-departemen utama termasuk dalam negeri, urusan luar negeri, dan pertahanan.
Perolehan kursi PJD yang dipimpin PM Maroko Saadeddine Othmani merosot tajam dibandingkan dengan perolehan pada Pemilu 2016. Saat itu, PJD meraih 125 kursi sehingga mengantarkan Othmani menjadi PM pada 2017. Sementara RNI hanya meraih 37 kursi,
Meskipun telah menjadi partai terbesar sejak 2011, PJD telah gagal menjegal undang-undang yang ditentangnya. Di antaranya undang-undang yang mendukung penggunaan bahasa Perancis dalam pendidikan dan undang-undang yang mengizinkan penggunaan ganja untuk kepentingan medis.
RNI adalah anggota yunior koalisi pemerintahan Othmani. Partai ini dipimpin pengusaha besar, Aziz Akhannouch, yang digambarkan sebagai orang dekat istana. Para menteri RNI memegang portofolio ekonomi utama, yakni pertanian, keuangan, perdagangan, dan pariwista dalam kabinet saat ini.
Partai oposisi utama, PAM, didirikan oleh penasihat kerajaan saat ini, Fouad Ali El Himma, pada 2008. Partai Istiqlal adalah partai nasional tertua di Maroko.
Apa pun hasil akhir penghitungan suara, Kamis ini, hampir pasti takkan mengubah komposisi perolehan suara kelompok liberal yang telah berada di atas angin.
Raja Mohammed VI akan menunjuk seorang PM dari partai yang memenangi pemilu parlemen untuk memerintah negara berpenduduk 36 juta itu selama lima tahun ke depan, menggantikan Othmani.
Pada Rabu malam, kelompok islamis telah mengajukan tuduhan ”penyimpangan serius”, termasuk ”pemberian uang tunai” di dekat tempat pemungutan suara. Dilaporkan, kelompok islamis ini juga menemukan banyak pemilih tetap yang telah terdaftar tidak dipanggil untuk memberikan suara mereka ketika tiba di tempat pemungutan suara.
Menteri Dalam Negeri Abdelouafi Laftit mengatakan, pemungutan suara telah berjalan normal, terlepas dari beberapa insiden yang dapat diatasi. Mantan PM Maroko Lahcen Daoudi mengatakan, PJD akan beralih menjadi oposisi jika tidak memenangi pemilu. (REUTERS/AFP)