China dan Taiwan Bersitegang Gara-gara Srikaya dan Jambu Air
Baru-baru ini, China melarang impor buah srikaya dan jambu air dari Taiwan. Alasannya, hama. Sebagai respons, Taiwan mengancam akan melaporkan China ke Organisasi Perdagangan Dunia.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
TAIPEI, SENIN — Pemerintah China dan Taiwan kembali bersitegang. Kali ini bukan terkait intrusi jet tempur, latihan militer, ataupun batas wilayah, melainkan gara-gara buah srikaya dan jambu air. Beijing menghentikan impor buah-buahan tropis dari Taiwan itu mulai Senin (20/9/2021) dengan alasan hama.
Otoritas terkait Beijing telah menyampaikan soal larangan impor srikaya dan jambu air itu ke Taipei, Sabtu (18/9), di Beijing. Taipei yang marah, Minggu (19/9/2021), meresponsnya dengan ancaman akan membawa atau mengadukan China ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Menurut Administrasi Umum Bea Cukai China atau General Administration of Customs China (GACC), pihaknya telah berulang kali mendeteksi hama pada srikaya dan jambu air. Hama yang ditemukan dalam srikaya (Annona squamosa) dan jambu air (Syzygium samarangense) impor dari Taiwan itu adalah Planococcus minor, yakni jenis kutu putih yang biasa menyerang kakao.
GACC lalu meminta kantor cabang Guangdong dan kantor-kantor yang berafiliasi langsung dengan kepabeanan atau perizinan untuk menghentikan impor srikaya dan jambu air dari Taiwan mulai Senin. Merespons langkah China itu, Dewan Menteri Pertanian Taiwan Chen Chi-chung mengatakan, Beijing telah bertindak secara sepihak tanpa memberikan bukti ilmiah.
Cheng mengkritik pengumuman yang datang selama Festival Pertengahan Musim Gugur, pesta tradisional yang dirayakan oleh China dan Taiwan. ”Kami tidak dapat menerimanya,” kata Chen kepada wartawan di Taipei terkait keputusan larangan impor srikaya dan jambu air, yang menurut dia baru diterima kantornya pada Minggu pukul 09.00 waktu setempat.
Taipei telah memberi tahu Beijing bahwa Taiwan akan mengadukan atau membawa China ke WTO di bawah mekanisme penyelesaian perselisihan organisasi tersebut. Langkah itu akan diambil jika Beijing tidak menanggapi permintaan Taipei untuk menyelesaikan masalah di bawah kerangka kerja bilateral yang ada sebelum 30 September.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mencuit di Twitter bahwa setelah melancarkan ancaman militernya, China sekarang mulai ”mempersenjatai perdagangan”. Langkah sepihak China itu membuat masa depan integritas penerapan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik atau Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) menjadi meragukan.
CPTPP adalah perjanjian perdagangan bebas yang sebelumnya melibatkan 11 negara, yakni Australia, Brunei, Kanada, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Peru, Siangapura, dan Vietnam. China pada pertengahan pekan lalu telah secara resmi mendaftar dengan menyerahkan surat permohonan untuk bergabung dalam blok ekonomi yang merepresentasikan 13,4 persen produk domestik bruto global tersebut. Langkah itu juga dilihat sebagai upaya untuk menjegal Taiwan. Sebab, Taiwan sejak akhir tahun lalu telah menyatakan maksudnya untuk bergabung dalam CPTPP.
”China ingin bergabung dengan CPTPP yang berstandar tinggi? Apakah ini lelucon?” kata Wu.
Srikaya dan jambu air adalah buah-buahan khas Taiwan, yang sebagian besar memang untuk konsumsi dalam negeri. Larangan impor buah-buahan tropis Taiwan oleh China ini merupakan yang kedua di 2021.
Larangan impor buah pertama dari Taiwan berlaku untuk nanas. Pada Februari lalu, GACC memutuskan melarang impor nanas Taiwan mulai 1 Maret 2021 karena buah tersebut membawa serta ”makhluk berbahaya” ke China daratan. Taipei menuduh Beijing bermain politik.
Taiwan telah berkembang menjadi kekuatan modern setelah mengendalikan pulau itu dengan sistem pemerintahan nasionalis sejak 1949. Saat itu, partai yang berkuasa di Taiwan dan Presiden Tsai Ing-wen mengatakan dalam sebuah unggahan di Facebook bahwa ekspor pertanian dari pulau itu memenuhi standar internasional.
”China mengirim pemberitahuan seperti penyergapan. China secara sepihak menangguhkan impor nanas Taiwan. Hal ini jelas bukan keputusan perdagangan yang normal. Untuk mendukung para petani, mari kita makan nanas ramai-ramai,” tulis Tsai tanpa penjelasan lebih lanjut.
Hubungan antara Taipei dan Beijing sekarang berada pada titik terendah dalam beberapa dekade terakhir. China mengklaim Taiwan, yang telah memiliki sistem pemerintahan secara demokratis dan telah diakui sebagai negara oleh sejumlah negara, sebagai bagian dari satu China. Beijing terus meningkatkan tekanan politik dan militer untuk membuat Taipei menerima kedaulatan China.
Taiwan memiliki pemerintahan demokratis mandiri dan telah diakui sebagai negara oleh sekitar 14 negara. Pada 2021, Taipei intensif menggalang hubungan dengan beberapa negara kecil di Eropa.
Taiwan telah berkembang menjadi kekuatan modern setelah mengendalikan pulau itu dengan sistem pemerintahan nasionalis sejak 1949, bersamaan dengan kemenangan Partai Komunis di China daratan. Namun, Beijing sampai saat ini mengklaim masih memiliki kendali penuh atas Taiwan, yang disebutnya sebagai provinsi pembangkang. (REUTERS/AP)