Warga Jerman Memilih dalam Pemilu yang Ketat Penentu Pengganti Kanselir Merkel
Pilihan warga Jerman akan menentukan masa depan stabilitas politik negara itu dan figur yang akan menjadi penerus Kanselir Angela Merkel.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
BERLIN, MINGGU — Jutaan rakyat Jerman memberikan suara, Minggu (26/9/2021), untuk memilih anggota Majelis Rendah parlemen federal (Bundestag). Partai konservatifnya Kanselir Angela Merkel, yakni Uni Demokratik Kristen (CDU) yang dipimpin Armin Laschet, diperkirakan bakal mendapat tantangan paling kuat dari Partai Sosialis Demokrat (SPD) yang dipimpin Olaf Scholz.
Dua partai tersebut diperkirakan tidak dapat meraih mayoritas suara yang dibutuhkan. Hasil jajak pendapat menunjukkan, dua partai itu mendapat dukungan di bawah 30 persen. Mereka harus membangun koalisi pemerintah dan menunjuk pengganti Merkel yang ingin pensiun setelah 16 tahun berkuasa.
Merkel secara terbuka telah menyatakan dukungannya kepada Laschet, yang juga menjabat Menteri Besar Negara Bagian Rhine-Westphalia Utara. Sementara Scholz, Menteri Keuangan Jerman, yang memimpin perolehan dukungan dalam berbagai jajak pendapat, menjadi penantang terkuat Laschet.
Tempat pemungutan suara (TPS) mulai dibuka sekitar pukul 08.00 waktu di Jerman atau pukul 13.00 WIB. TPS akan ditutup pada pukul 18.00 waktu setempat atau pukul 23.00 WIB.
Sebanyak 60,4 juta warga Jerman berusia di atas 18 tahun dari total populasi 80 juta jiwa terdaftar sebagai pemilih tetap. Pilihan warga Jerman kali ini akan sangat menentukan masa depan stabilitas politik negaranya dan figur yang pas untuk menjadi penerus Merkel.
Pilihan warga Jerman kali ini akan sangat menentukan masa depan stabilitas politik negaranya dan figur yang pas untuk menjadi penerus Merkel.
Kantor berita AFP melaporkan, sekitar 40 persen dari 60,4 juta pemilih tetap menyatakan ragu-ragu sehingga menimbulkan banyak ketidakpastian dalam pemilu kali ini. Namun, pemilih dengan jumlah yang sama dilaporkan sudah memberikan suara mereka melalui pos.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier termasuk di antara para pemilih yang pertama memberikan suaranya. Saat memberikan suaranya di sebuah TPS di Berlin, ibu kota Jerman, Steinmeier menyatakan bahwa ”memilih adalah untuk menghidupkan demokrasi”.
Di sebuah TPS di Aachen, warga setempat bernama Ursula Becker (62), mengatakan, ”Tahun ini cukup menarik siapa yang akan unggul, dan hal terpenting lagi, siapa yang memerintah.”
Partai Sosialis Demokrat (Sozialdemokratische Partei Deutschlands/SPD) menjadi penantang terkuat bagi Uni Demokratik Kristen (Christlich Demockratische Union/CDU). Dengan itu, pertarungan untuk kanselir bermuara pada Scholz (63) dari SPD dan Laschet (60) dari aliansi CDU dan Uni Sosialis Kristen (Christlich-Soziale Union/CSU).
Kedua kubu kemungkinan besar tidak bisa memenuhi dukungan mayoritas suara yang dibutuhkan untuk memerintah. Oleh karena itu, diperkirakan akan memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk proses negosiasi akan membentuk koalisi pemerintahan yang kuat. Sosok Merkel (67) masih sangat menentukan bagi kemenangan Laschet.
Saat berkampanye di daerah pemilihannya di Aachen bersama Merkel, Laschet pada Sabtu (25/9/2021) mengatakan, aliansi sayap kiri yang dipimpin SPD bersama Partai Hijau (Die Grünen) dan Partai Kiri (De Linke) akan mengacaukan Eropa.
"Mereka ingin menarik kita keluar dari NATO. Mereka tidak menginginkan aliansi ini. Mereka menginginkan republik lain," kata Laschet. "Saya tidak ingin Partai Kiri berada di pemerintahan berikutnya."
Sementara penantang utama Laschet, yakni Scholz, telah memenangi ketiga debat televisi. Dia secara terbuka mengatakan tidak mengesampingkan aliansi kiri dengan De Linke. Namun, dia mengatakan keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) adalah garis merah untuk SPD.
Setelah kampanye pemilu yang berfokus pada urusan domestik, sekutu Berlin di Eropa dan sekitarnya mungkin harus menunggu berbulan-bulan sebelum mereka dapat melihat, apakah pemerintah Jerman yang baru siap untuk terlibat dalam isu-isu asing sejauh yang mereka inginkan.
Koalisi tiga arah
Lanskap politik yang terpecah berarti kemungkinan adanya koalisi tiga arah. Jajak pendapat akhir memberi SPD keunggulan tipis. Namun, aliansi konservatif CDU-CSU telah berhasil mengurangi kesenjangan dalam beberapa hari terakhir. Banyak pemilih masih ragu-ragu menentukan pilihan.
Skenario koalisi yang paling mungkin adalah SPD atau blok konservatif CDU-CSU membentuk aliansi dengan Partai Hijau dan Partai Demokrat Bebas (Freie Demokratische Partei/FDP). Scholz mengatakan kepada para pendukungnya di daerah pemilihannya di Potsdam, dia berharap SPD dan Partai Hijau mengamankan mayoritas untuk membentuk pemerintahan tanpa mitra ketiga.
"Semakin kuat SPD, semakin mudah untuk membentuk koalisi," kata Scholz. "Saya tidak tahu apa yang mungkin, tetapi mungkin misalnya, untuk membentuk koalisi SPD-Hijau. Saya yakin itu mungkin. Kita lihat saja nanti," katanya.
Laschet telah mengisyaratkan bahwa dia masih bisa mencoba untuk membentuk koalisi. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan untuk meminta dukungan FDP dan Partai Hijau.
Pada pemilu terakhir di September 2017, partai peraih suara terbanyak (CDU-CSU) juga tidak mampu membentuk pemerintahan sendiri. Setelah negosiasi yang alot berbulan-bulan, pemerintahan koalisi akhirnya terbentuk oleh CDU-CSU setelah berkoalisi dengan SPD pada Februari 2018.
Baik kubu konservatif maupun FDP menolak “serikat utang” Eropa dan ingin memastikan bahwa pinjaman bersama Uni Eropa untuk mendanai paket pemulihan Covid-19 sekali saja di kawasan itu. SPD telah berbicara tentang untuk mengambil langkah-langkah menuju “serikat fiskal”.
Partai Hijau mendukung kebijakan fiskal bersama Eropa untuk mendukung investasi di bidang lingkungan, penelitian, infrastruktur, dan pendidikan. (AFP/REUTERS/AP)