Meski Akui Hanya Satu China, AS Terus Perkuat Hubungan dengan Taiwan
Amerika Serikat selama ini menghormati ”kebijakan satu-China”, mengakui hanya Republik Rakyat China. Namun, AS tetap menjalin hubungan baik dan kian kuat dengan Taiwan.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
WASHINGTON DC, RABU — Di tengah terus menguatnya tekanan China terhadap Taiwan belakangan ini, Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping sepakat mematuhi perjanjian Taiwan. Di sisi lain, meskipun mengakui hanya satu China, AS terus memperkuat hubungan di berbagai bidang dengan Taiwan.
Tidak dijelaskan apa itu ”perjanjian Taiwan” yang disebutkan Biden. Namun, media dan pengamat menduga, frasa itu merujuk pada kebijakan satu-China (one-China policy) yang selama ini menjadi landasan AS membangun hubungan diplomatiknya dengan China. Washington selama ini menghormati ”kebijakan satu-China”, yakni mengakui negara Republik Rakyat China. Hubungan AS-China terikat oleh Taiwan Relations Act.
”Saya sudah berbicara dengan Xi tentang Taiwan. Kami sepakat akan mematuhi perjanjian Taiwan. Kami telah membuatnya jelas. Saya tidak berpikir dia harus melakukan hal lain kecuali mematuhi perjanjian,” ujar Biden, Selasa (5/10/2021) di Washington DC atau Rabu dini hari WIB.
Penjelasan Biden tampaknya merujuk pada pembicaraan per telepon selama 90 menit dengan Xi, 9 September lalu. Itu adalah pembicaraan pertama mereka dalam tujuh bulan terakhir, di mana mereka membahas perlunya memastikan bahwa persaingan AS-China tidak mengarah ke konflik.
Terkait Taiwan, Washington tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taipei. Namun, hubungan diplomatik Washington-Beijing dibangun dengan pemahaman bahwa masa depan Taiwan akan ditetapkan untuk tujuan damai.
China selalu mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Karena memiliki pemerintahan mandiri, Taiwan dicap sebagai provinsi pembangkang. Beijing bahkan telah berulang kali menegaskan bahwa suatu saat akan merebut kembali Taiwan meski dengan kekuatan senjata.
Seiring itu, meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik, AS dan Taiwan juga terus memperkuat hubungan di berbagai bidang, seperti ekonomi, perdagangan, dan keamanan. Taiwan juga selalu mendapat dukungan AS dalam hal pengadaan persenjataan. Taipei membeli banyak senjata, kendaraan lapis baja, dan jet tempur dari AS.
AS bahkan memiliki UU tentang hubungan AS dengan Taiwan yang mengizinkan pejabat AS di semua tingkat melakukan perjalanan ke Taiwan untuk bertemu dengan mitra mereka di Taiwan. AS juga mengizinkan pejabat tinggi Taiwan untuk memasuki AS dan bertemu dengan pejabat AS. UU itu juga mendorong ekonomi Taiwan dan perwakilan budayanya berbisnis di AS.
Menghadapi ancaman China, Taiwan—yang memiliki sistem pemerintahan demokratis dan didukung kekuatan senjata yang canggih—telah bersumpah untuk mempertahankan kebebasan dan demokrasinya sendiri. Taipei menyatakan tak akan mundur selangkah pun jika ditekan China.
Ketegangan terakhir ditandai dengan kehadiran jet-jet tempur China di wilayah identifikasi udara Taiwan. Taipei melaporkan, 148 jet temput Angkatan Udara China telah menerobos zona pertahanan udara (ADIZ) bagian selatan dan barat daya Taiwan dalam empat hari sejak Jumat lalu.
Tindakan China itu disebut Taipei sebagai bagian dari pola pelecehan berkelanjutan yang dilakukan Beijing terhadap rakyat Taiwan. Pada hari itu China daratan sedang memperingati Hari Nasional, hari untuk memperingati para pahlawannya.
AS telah mendesak China untuk menghentikan aktivitas militernya di dekat Taiwan. ”Amerika sangat prihatin dengan aktivitas provokatif militer Republik Rakyat China di dekat Taiwan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Ned Price, dalam sebuah pernyataan, Minggu lalu.
Menurut Price, aktivitas tersebut telah mengganggu stabilitas, berisiko salah perhitungan, dan merusak perdamaian dan stabilitas regional.
Sementara itu Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng, Rabu (6/10/2021), menjelaskan, ketegangan militer dengan China kini berada pada titik terburuknya selama lebih dari 40 tahun terakhir. Chiu menyampaikan itu setelah 140 pesawat tempur China masuk ke ADIZ Taiwan.
Dalam pertemuan dengan parlemen Taiwan di Taipei, seorang anggota parlemen menanyakan isu ketegangan militer itu kepada Chiu. ”Bagi saya sebagai orang militer, urgensinya ada di depan saya,” kata Chiu menanggapi pertanyaan itu.
Chiu menambahkan, China sudah memiliki kemampuan untuk menyerang Taiwan dan akan mampu melakukan invasi ”skala penuh” pada tahun 2025.
Taiwan meningkatkan anggaran pertahanan ekstra 8,6 miliar dollar AS untuk lima tahun ke depan. Anggaran itu untuk membiayai pembuatan rudal dan kapal perang. Taiwan siap mempertahankan kebebasan dan demokrasinya. Sementara itu, sebagai mitra, AS telah berkomitmen untuk membantu Taiwan, termasuk memasok peralatan militer dan teknologi militer.
Keterlibatan AS itu telah berulang kali dikecam Beijing. Menurut China, penjualan senjata, bahkan pengiriman kapal perang AS melalui Selat Taiwan, memicu peningkatan ketegangan di kawasan.(AFP/REUTERS)