Teheran menjadi agenda teratas dalam pembicaraan pejabat Israel dengan Biden. Deklarasi bersama antara AS dan Israel akan memperluas hubungan keamanan yang telah berlangsung lama.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
JERUSALEM, KAMIS — Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengadakan pembicaraan bilateral dengan para pejabat Israel di Jerusalem, Israel, Kamis (14/7/2022). Kedua pihak mendeklarasikan posisi bersama terhadap Iran.
Biden mendarat di Tel Aviv pada Rabu sebagai awal rangkaian kunjungan pertama ke Timur Tengah selama menjabat sebagai presiden. Selain bertemu pejabat Israel, ia dijadwalkan bertemu para pemimpin Palestina sebelum terbang ke Arab Saudi.
Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan, Teheran menjadi agenda teratas dalam pembicaraan dengan Biden. Iran menentang keras kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani dengan sejumlah kekuatan besar dunia pada 2015. Biden berupaya memulihkan kembali perundingan nuklir yang terhenti setelah AS semasa pemerintahan mantan Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan itu tahun 2018.
Pejabat senior AS, yang menolak disebutkan identitasnya, menggambarkan deklarasi bersama antara AS dan Israel akan memperluas hubungan keamanan yang telah berlangsung lama di antara keduanya. ”Deklarasi ini sangat signifikan. Di dalamnya termasuk komitmen untuk tidak pernah mengizinkan Iran memiliki senjata nuklir, serta menghadapi aktivitas Iran di kawasan, terutama ancaman terhadap Israel,” kata pejabat itu.
Biden menyebut langkah AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran sebagai kesalahan besar. Dalam wawancara di televisi Israel, Rabu, ia mengatakan, kesepakatan itu merupakan peluang terbaik untuk mencegah upaya Iran mengembangkan senjata nuklir. ”Yang lebih buruk dari Iran saat ini adalah Iran dengan senjata nuklir. Jika kita bisa kembali ke kesepakatan, kita bisa mencegahnya,” ujarnya.
Sejumlah kalangan di Israel dan negara-negara Arab Teluk yakin pelonggaran sanksi atas Iran yang tercantum dalam kesepakatan itu akan memberikan Iran lebih banyak dana untuk mendukung perang proksi di Lebanon, Suriah, Yaman, dan Irak. Mereka juga skeptis tentang tindakan pemerintahan Biden untuk menghadang aktivitas Iran di kawasan.
Iran membantah program nuklirnya bertujuan kepemilikan senjata nuklir. Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan, lawatan Biden ke Timur Tengah tidak akan membawa keamanan bagi Israel. ”Jika kunjungan pejabat Amerika ke negara-negara di kawasan hanya untuk menguatkan posisi rezim Zionis dan menormalisasi hubungan rezim itu dengan sejumlah negara, upaya itu tidak akan memberikan keamanan apa pun,” katanya.
Minyak Arab
Selama lawatan ke Timur Tengah, prioritas pemerintahan Biden masih soal invasi Rusia ke Ukraina dan dampaknya, terutama harga minyak yang cenderung terus naik. Isu minyak pula yang menjadi prioritas pembicaraan dengan para pejabat Arab Saudi yang akan ditemui Biden pada Jumat.
Biden berupaya membujuk Riyadh, Arab Saudi, untuk memproduksi lebih banyak minyak guna mendorong harga minyak turun. Tingginya harga minyak memicu inflasi AS ke level tertinggi dalam beberapa dekade terakhir.
Lawatan Biden ke Timur Tengah juga memicu spekulasi tentang kemungkinan terobosan dalam normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi. Arab Saudi tidak mengakui Israel sebagai negara dan berulang kali menyatakan akan berpegang pada posisi Liga Arab selama beberapa puluh tahun untuk tidak membangun hubungan dengan Israel hingga konflik Israel-Palestina selesai.
Para analis menekankan, meskipun kontak di belakang layar semakin banyak, hasil kunjungan Biden tidak akan lebih banyak daripada Kesepakatan Abraham. Melalui kesepakatan itu, Israel menjalin hubungan dengan dua tetangga Arab Saudi, yakni Uni Emirat Arab dan Bahrain. (AFP/REUTERS)