Paus Fransiskus dalam beberapa kesempatan telah mengisyaratkan kemungkinan untuk mundur karena alasan kesehatan yang menurun. Langkah ini pernah dilakukan pendahulunya, Benediktus XVI, pada 28 Februari 2013.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
VATIKAN, SABTU — Paus Fransiskus mengangkat 20 kardinal baru dari berbagai penjuru dunia, Sabtu (27/8/2022). Sebagian besar dari para kardinal baru ini suatu hari nanti akan memilih pengganti Paus.
Paus Fransiskus dalam beberapa kesempatan telah mengisyaratkan kemungkinan untuk mundur karena alasan kesehatan yang menurun. Langkah ini pernah dilakukan pendahulunya, Benediktus XVI, pada 28 Februari 2013. Paus yang pertama kali mundur adalah Gregorius XII tahun 1415. Jika Paus benar-benar memilih mundur, konklaf yang melibatkan seluruh kardinal berusia di bawah 80 tahun akan digelar untuk memilih penggantinya.
Selama beberapa bulan terakhir, Paus terpaksa mengandalkan kursi roda karena sakit lutut. Menurut Paus, operasi sudah tidak mungkin dilakukan. Paus juga mengalami sciatica, kondisi syaraf kronis yang menyebabkan sakit pada pinggang. Banyak acara Paus yang dibatalkan. Bulan lalu, ia mengatakan ”pintu terbuka” bagi dia untuk mundur.
Dalam upacara pengangkatan kardinal, Sabtu, sebanyak 16 dari 20 kardinal memenuhi syarat untuk konklaf tersebut berdasarkan usia mereka. Para kardinal terpilih ini dikenal karena kerja pastoral dan, dalam beberapa hal, pandangan progresif mereka.
Setelah ini, Paus Fransiskus akan mengangkat 83 dari 132 kardinal. Mereka saat ini memenuhi syarat untuk memilih seorang Paus baru. Jumlah itu hampir dua pertiga dari keseluruhan suara yang diperlukan untuk meloloskan nama Paus baru.
Para kardinal baru ini mewakili seluruh sudut bumi, termasuk kardinal baru dari Brasil, Nigeria, Singapura, dan Timor Leste. Uskup Agung Dili Virgilio Do Carmo Da Silva menjadi kardinal pertama Timor Leste. Selain itu, Paus menunjuk kardinal termuda, yakni misionaris Italia, Giorgio Marengo (48), yang bertugas di Mongolia.
Paus Fransiskus juga memberikan jabatan kardinal kepada mereka yang berasal dari posisi yang tidak terlalu populer. Misalnya Robert McElroy (68), Uskup San Diego, California, Amerika Serikat. McElroy mendukung kelompok LGBT dan mengkritik langkah gereja yang menolak memberikan komuni untuk politisi AS yang mendukung aborsi, seperti Presiden AS Joe Biden.
Paus memilih kardinal yang menolak hierarki dan status quo gereja. Ia juga merombak pengisian jabatan kardinal yang selama ratusan tahun didominasi wakil Eropa. Dua tahun lalu, Paus mencatat sejarah dengan mengangkat kardinal keturunan Afrika-Amerika pertama, Wilton Gregory, sebagai Uskup Agung Washington.
Uskup Emiritus Ghent Lucas Van Looy juga dinominasikan. Namun, Paus diminta tidak memilihnya menyusul kritik atas penanganan kasus pelecehan seksual pada anak-anak oleh para pastor di Belgia.
Kardinal-kardinal baru selalu diawasi oleh para pengamat Vatikan dalam hal apa pun karena merekalah arah masa depan Gereja Katolik dengan 1,3 miliar pengikut ini. Meski demikian, pengamat mengungkapkan, para kardinal yang ditunjuk oleh Paus belum tentu memilih pengganti yang memiliki kemiripan dengan Paus.
”Kita selalu memiliki kesan akan ada kesinambungan. Namun, kenyataannya sejarah menunjukkan sebaliknya,” kata pakar soal Vatikan, Bernard Lecomte.
Tahun ini, Paus Fransiskus menuntaskan penggantian besar-besaran atas badan pemerintahan Vatikan, yakni Roman Curia. Guna menjaga fokus untuk membuat Gereja Katolik lebih inklusif, transparan, serta responsif pada kebutuhan kaum miskin dan terpinggirkan, Paus memilih dua kardinal dari Afrika dan lima kardinal dari Asia.
Hal ini, menurut Lecomte, menunjukkan pilihan Paus merupakan wajah Gereja Katolik saat ini. ”Bagian besarnya untuk belahan bumi selatan, di mana 80 persen populasi penganut Katolik saat ini tinggal,” katanya. (AFP)