Ratusan Ribu Warga Rusia Pilih Eksodus untuk Menghindari Wajib Militer
Dulu, warga Ukraina melakukan eksodus mengungsi karena negaranya diserang Rusia. Sekarang, warga Rusia memilih eksodus karena tidak mau terjerat wajib militer yang ditetapkan Presiden Vladimir Putin.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
ULAN BATAAR, RABU — Ratusan ribu warga Rusia meninggalkan tanah air mereka guna menghindari perintah wajib militer dari pemerintah Rusia. Mereka berbondong-bondong menyeberang ke negara-negara tetangga karena tidak mau dipaksa berperang di Ukraina.
Suren Bat-tur, pemilik losmen di Ulan Bataar, ibu kota Mongolia, pada hari Selasa (27/9/2022), lebih sibuk daripada hari-hari sebelumnya. Biasanya ia melayani tamu berupa wisatawan ransel. Sekarang, penginapannya dipenuhi oleh warga Rusia. Bahkan, Bat-tur sampai terpaksa menolak tamu baru karena kamarnya sudah penuh.
Dia menuturkan, mayoritas tamunya mengaku berencana mencari pekerjaan sebagai buruh tani atau buruh bangunan di Mongolia.
Salah satu tamu adalah Aleksey (40). Ia menolak menyebut marganya karena alasan keamanan. Ia kabur dari Rusia begitu mendengar pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (21/9/2022). Putin mengatakan akan menggerakkan pasukan cadangan Rusia untuk diturunkan ke medan perang di Ukraina.
Data Pemerintah Rusia menyebut, mereka memiliki 2 juta anggota pasukan cadangan. Ini adalah warga sipil yang memiliki pengalaman tempur ataupun pernah mengikuti latihan militer. Untuk saat ini, Putin menggerakkan 300.000 orang.
Akan tetapi, berbagai laporan dari pelosok Rusia mengatakan, militer mengumpulkan kaum laki-laki yang tidak masuk kriteria tersebut. Hal ini mengakibatkan panik dan eksodus. ”Jika Rusia yang diserang, tentu saya akan membela negara dan kemerdekaan kami. Tetapi, ini, kan, berperang ke negara lain. Untuk apa?” tutur Aleksey.
Vsevolod (26) lebih gamblang lagi mengutarakan ketidaksenangannya. Ia menyetir selama empat hari dari Moskwa ke perbatasan Georgia. Di tengah jalan, ia terpaksa meninggalkan mobilnya karena kehabisan bensin. Setelah itu, ia berjalan kaki sampai ke perbatasan. Jarak total yang ia tempuh ialah 1.800 kilometer.
”Saya tidak mau pulang jadi mayat di dalam peti seng atau harus bersimbah darah orang lain cuma demi memenuhi ambisi gila seseorang,” ujar Vsevolod.
Citra satelit Maxar Technologies yang digunakan media CBS News memperlihatkan, kemacetan di perbatasan Georgia ini mencapai 9 kilometer. Warga Rusia meninggalkan kampung halaman mereka dengan naik mobil pribadi, bus pariwisata, hingga berjalan kaki.
Mengutip rilis Kementerian Pertahanan Rusia, kantor berita nasional Rusia, TASS, melaporkan bahwa Moskwa tidak akan mengekstradisi warga yang lari ke luar negeri. Akan tetapi, pada saat bersamaan Biro Keamanan Federal Rusia dilaporkan mulai membangun posko-posko wajib militer di perbatasan dengan Georgia. Warga yang hendak menyeberang disaring dulu. Apabila ia adalah laki-laki yang sehat, kemungkinan besar dilarang meninggalkan Rusia.
Ratusan ribu warga
Laporan dari kementerian-kementerian dalam negeri negara-negara tetangga Rusia mengatakan, jumlah warga yang menyeberang mencapai puluhan ribu. Kazakhstan mendata ada 98.000 orang, Georgia 53.000 orang, Finlandia 43.000 orang, dan Mongolia sementara ini ada 3.000 orang.
Seperti dilansir dari media Kazakhstan Today, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev berniat berbicara dengan Putin soal eksodus ini. Ia mengungkapkan, Kazakhstan tetap mengutamakan perdamaian dan penghentian perang secepatnya. Terkait dengan warga yang menyeberang ke negaranya, Tokayev berjanji akan melindungi mereka.
”Orang-orang ini meninggalkan rumah mereka karena tekanan situasi. Kazakhstan harus mengutamakan kemanusiaan dan menerima mereka,” ujar Tokayev.
Sementara itu, surat kabar Georgia Today menerbitkan hasil kajian Institut Pembangunan Kebebasan Informasi (IDFI) yang mengatakan bahwa periode 2018-2022, sebanyak 72 persen warga negara asing yang berpindah menjadi warga Georgia berasal dari Rusia. Jumlah ini meningkat sejak Februari 2022 ketika Rusia menginvasi Ukraina. Ada 551 warga Rusia yang berpindah menjadi warga Georgia.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam jumpa pers di Washington turut mengatakan hal serupa. Warga Rusia boleh mengajukan suaka ke Amerika Serikat dan kasusnya akan diteliti satu per satu. (AP/AFP/REUTERS)