Likuiditas di Pasar Surat Utang Pemerintah AS Berkurang
“Kini kita telah melihat pemburukan likuiditas di pasar treasuries yang mengkhawatirkan,” kata Krishna Guha, ahli strategi pasar dari Evercore ISI.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
Pengetatan uang beredar yang dilakukan Bank Sentral AS telah menyebab berkurangnya likuiditas untuk pasar surat utang AS, yang diterbitkan Departemen Keuangan. Hal ini menandakan semakin ketatnya uang beredar di AS dan berdampak ke seluruh dunia.
Surat utang AS tersebut disebut sebagai treasuries, yang kini sudah berjumlah 31 triliun dollar AS. Imbal hasil (yields) surat utang AS juga meningkat, sekaligus menandakan nilai surat utang tersebut menurun. Hal ini pasti merugikan investor pemegang treasuries.
Pengetatan moneter Bank Sentral AS (Fed) dilakukan lewat dua cara, yakni kenaikan suku bunga dan pelepasan surat-surat utang pemerintah AS. Hal itu bertujuan untuk menyedot uang beredar. Fed telah menaikkan suku bunga inti yang kini berkisar 3 hingga 3,25 persen dan masih akan dinaikkan lagi hingga ke level di atas 4,5 persen. Kini setiap bulan Fed mengurangi kepemilikan atas surat-surat utang AS sebesar 60 miliar dollar AS setiap bulan.
Fed mengetatkan uang beredar untuk menekan inflasi di AS yang pada Agustus 2022 setinggi 8,3 persen. Inflasi ini masih terlalu tinggi dan harus diturunkan ke level 2 persen dengan menaikkan suku bunga dan menyedot uang beredar. Akibatnya terjadi pengetatan likuiditas di pasar treasuries.
Tidak ada penggerak
Setelah diterbitkan oleh Departemen Keuangan, treasuries diperdagangan di pasar treasuries. Ada treasuries berjangka 13 minggu, 5 tahun, 10 tahun dan 30 tahun. Pembeli pertama treasuries tidak selalu menunggu pencairan treasuries hingga jatuh tempo. Untuk itu ada pasar yang menjadi ajang jual beli treasuries. Masalahnya kini likuiditas merosot di pasar treasuries.
“Gejolak keuangan global meningkat karena ada masalah likuiditas di pasar treasuries,” demikian Blomberg, 6 Oktober. Semakin sulit membeli dan menjual treasuries dalam jumlah besar karena tidak ada penggerak. Selama ini salah satu penggerak pasar treasuries adalah Fed, yang terlibat membeli treasuries.
Dengan adanya risiko ekonomi global, tensi geopolitik yang meningkat, para investor global juga tidak tertarik menjadikan treasuries sebagai safe heaven. Kenaikan suku bunga juga telah menurunkan nilai pasar treasuries, yang artinya merupakan kerugian. Hal itu terlihat dari yields treasuries berjangka 13 minggu yang dalam 52 minggu terakhir bergerak dari kisaran 0,0200 persen menjadi 3,3200 persen, treasuries berjangka 5 tahun (0,9960 – 4,2390), treasuries berjangka 10 tahun (1,3430 – 3,9920) dan treasuries berjangka 30 tahun (1,6780 – 3,8770).
Nilai yield yang meningkat akibat rentetan kenaikan suku bunga, berkorelasi dengan penurunan niliai treasuries. Di samping itu, likuiditas di pasar treasuries sekarang ini terburuk sejak awal pandemi covid-19 di tahun 2022. Efek dari likuiditas yang seret adalah menciutnya uang beredar, hingga berdampak secara global.
Masalahnya treasuries merupakan salah satu benchmark untuk seluruh dunia. Cair tidaknya pasar treasuries turut menentukan lancar tidaknya aliran peredaran dollar AS secara global. Darrell Duffie, profesor keuangan dari Stanford University, mengatakan pasar treasuries adalah pasar yang paling penting di seluruh dunia dan menjadi darah kehidupan perekonomian AS.
“Kini kita telah melihat pemburukan likuiditas di pasar treasuries yang mengkhawatirkan,” kata Krishna Guha, ahli strategi pasar dari Evercore ISI.
Dampak ke dunia
Masalah lukuiditas di pasar treasuries AS itu tidak imun terhadap negara lain. Sejak Mei 2022 sudah tercatat dampak berupa kenaikan bunga pinjaman di Eropa. Yieds surat-surat utang pemerintahan di zona euro juga ikut naik. Ha itu terjadi di Inggris dan Jerman serta sejumlah negara-negara pemakaian uang tunggal euro (zona euro).
Ada tuntutan kuat agar Fed melakukan intervensi pasar dengan melihat situasi yang ada. “Akan tetapi jika itu dilakukan, akan bertentangan dengan lengkah pengetatan uang beredar lewat tindakan menaikkan suku bunga,” kata Priya Misra, dari TD Securities.
Fed memahami perkembangan ini tetapi tidak terlalu hirau. “Likuiditas pasar treasuries jelas lebih rendah tetapi masih berfungsi,” kata Presiden Fed New York Fed, John Williams.
Menkeu AS Janet Yellen dan Gubernur FED Jerome Powell juga dipastikan menyadari situasi tersebut, yang bisa berdampak pada resesi di AS dan global. Hanya saja demi penurunan inflasi, otoritas moneter AS dan pemerintah AS sudah merelakan risiko akan terjadi resesi. Penurunan inflasi tetap menjadi fokus agar inflasi tidak menjadi spiral. (REUTERS/AP/AFP)