Titik Temu di Gemerlap Malam "The Bund"
Kalau seseorang belum menengok The Bund, katanya, belum sah berada di Shanghai. Sebab, The Bund atau disebut juga Waitan adalah jantungnya Shanghai.
Suasana Sabtu malam di mana-mana sepertinya sama. Ramai orang berjalan-jalan sekadar menikmati pemandangan malam bersama orang-orang terkasih. Apalagi di kawasan wisata sejarah paling ikonik kota Shangai, The Bund.
The Bund terletak di pinggir Sungai Huangpu yang dulunya pelabuhan rakyat penuh lumpur tebal. Kalau seseorang belum menengok The Bund, katanya, belum sah berada di Shanghai. Sebab, The Bund atau disebut juga Waitan adalah jantungnya Shanghai, distrik bisnis terkenal di China.
Baca juga : China Punya "Kue" Menggiurkan, Tinggal Berebut di Pasarnya
Jika kita tak memiliki banyak waktu di Shanghai, sudah pasti harus mampir ke sini. Ada sensasi unik ketika berada di tengah titik pertemuan antara dunia Timur dan Barat, masa lalu dan masa depan. Kalau pengunjung berdiri di tengah-tengah anjungan tinjau The Bund dan menghadap ke utara, di sebelah kiri tampak pemandangan indah dari bangunan-bangunan bersejarah bergaya Barat. Sementara
di sebelah kanan tersaji pemandangan cakrawala gedung-gedung pencakar langit modern di Distrik Lujiazui yang menakjubkan seperti Menara Shanghai, gedung tertinggi kedua di dunia dengan 123 lantai, dan Menara TV Shanghai Oriental Pearl.
Malam itu, Sabtu (5/11/2022), angin dingin berembus kencang hingga pengunjung mau tak mau harus mengenakan sarung tangan dan penutup telinga. Tak menghiraukan rasa dingin, orang-orang sibuk berfoto dengan latar gedung-gedung pencakar langit yang menyalakan lampu aneka warna mulai pukul 18.00 hingga 21.00.
Sorot lampu itu kini dibatasi untuk menghemat listrik karena pada Agustus lalu, China sempat kekurangan pasokan listrik. Ini akibat gelombang panas ekstrem, hingga lebih dari 40 derajat celcius, selama berminggu-minggu dan menurunnya curah hujan hingga 45 persen, menyebabkan kekeringan yang parah.
Selain alasan hemat energi, harian China Daily, 5 Agustus 2022, juga menyebutkan ini terkait pemberlakuan undang-undang yang menentang polusi cahaya. Shanghai menjadi kota pertama di China yang membuat UU itu. Pelanggar diancam denda hingga 7.400 dollar AS (sekitar Rp 114,6 juta).
Latar belakangnya, Pemerintah Kota Shanghai menerima 3.341 keluhan warga terkait polusi cahaya pada 2021. Jumlah itu meningkat 84 persen dibandingkan 2017. Maka, pemerintah mengatur standard intensitas penerangan di berbagai kawasan, termasuk The Bund. “Sampai di The Bund sudah pukul 22.00. Semua gelap gulita. Kita kira lampunya hidup sampai pagi. Kita coba lagi besok, deh,” kata teman-teman wartawan yang malam itu belum beruntung menikmati gemerlap The Bund.
Baca juga : Saling Tuding dan Curiga gara-gara Covid-19
Barangkali karena ada aturan baru itu, The Bund terasa kian padat sekitar pukul 19.00-20.00. Kapal pesiar dan kapal tongkang yang membawa peti kemas dan batu bara juga lalu-lalang tanpa henti di sungai selebar 400 meter dan sedalam 3-4 meter itu.
Melihat keramaian di kawasan tersebut, sulit membayangkan Shanghai pernah menjadi “kota mati” selama dua bulan, April-Mei 2022, gara-gara melonjaknya kasus Covid-19 yang membuat pemerintah memberlakukan lockdown total. Jutaan warga harus tinggal di rumah. Semua akses transportasi dan mobilitas ditutup. Situasi itu membuat frustrasi masyarakat Shanghai sehingga protes dan ungkapan kemarahan bertebaran di media sosial.
Kehidupan malam
Pada waktu itu, tidak ada yang menduga kota kosmopolitan yang sempat dikenal sebagai “Paris dari Timur” dan “New York dari Barat” pada tahun 1920-an dan 1930-an itu bisa mengalami situasi seburuk itu. Apalagi jika mengingat kota ini identik dengan kehidupan malam yang ingar-bingar, kesenangan, kemewahan, kekuasaan, dan uang.
Kehidupan malam ini serius digarap Shanghai mulai dari bisnis kuliner, pariwisata, hiburan, pertunjukan langsung, olahraga, dan tentu saja belanja. "Jika Anda mau merasakan keunikan sebuah kota, nikmati kehidupan malamnya," kata Wakil Direktur Komisi Perdagangan Shanghai Liu Min kepada China Daily, 3 Oktober 2022.
Shanghai memiliki sekitar 6.000 toko serba ada, 13.000 restoran yang buka sampai dini hari, 4.000 tempat hiburan, dan 506 stasiun kereta bawah tanah yang beroperasi hingga pukul 22.00. Survei Kelompok Media Yicai, September lalu, menempatkan Shanghai di peringkat teratas dalam indeks ekonomi malam hari, diikuti Shenzhen di Provinsi Guangdong, Beijing, dan Chengdu di Provinsi Sichuan. Sekitar 3,38 juta orang di Shanghai bepergian pada malam hari pada 2021. "Bagi mereka yang datang ke Shanghai, perjalanannya tidak akan lengkap tanpa menikmati kehidupan malamnya," kata Liu.
Baca juga : China Dorong Investasi Asing
The Bund mengacu pada kawasan yang membentang sepanjang 1,5 kilometer di sepanjang pesisir barat Sungai Huangpu dan membentuk batas timur pusat kota lama Shanghai. Dulunya kawasan ini berlumpur dan menjadi tempat perahu berlabuh. Semasa itu, Shanghai masih desa terpencil yang mengandalkan perikanan dan pertanian. Setelah ditemukan, kawasan itu lalu diubah menjadi pelabuhan laut.
Pada tahun 1850-an, Shanghai menjadi basis utama China untuk kegiatan perdagangan dengan Barat. Setelah dikalahkan Inggris Raya dalam Perang Candu pertama (1839–1842), China menyerahkan Shanghai dan menandatangani Perjanjian Nanjing yang membuka kota itu untuk perdagangan luar negeri. Area-area tertentu di kota itu diduduki Inggris, Perancis, dan Amerika yang juga diberi hak dan keistimewaan khusus. Pada 1895, Jepang menerima konsesi di bawah Perjanjian Shimonoseki.
Pada 1863, Inggris dan Amerika bekerja sama mendirikan Penyelesaian Internasional, yang membuat The Bund kian berkembang. Antara tahun 1860-an dan 1930-an, The Bund menjadi kawasan bangunan asing yang paling dilindungi pemerintah.
Shanghai lalu tumbuh pesat dan dikenal sebagai pusat perdagangan dan keuangan di Asia pada 1920-an dan 1930-an. Kota ini tidak hanya menarik Barat tetapi juga warga China dari segala penjuru negeri. Shanghai pun menjadi kota tempat beragam budaya, bahasa, dan dialek melebur sampai sekarang.
Charlie Chaplin
Saking harumnya nama Shanghai, sosok ternama dunia seperti Charlie Chaplin, Albert Einstein, Bertrand Russell, George Bernard Shaw, dan Rabindranath Tagore dikabarkan pernah datang ke Shanghai sekitar tahun 1920-1930-an. Mereka tiba di pelabuhan untuk transportasi kargo dan penumpang yang dibangun British East India Company pada 1845 di Pantai Xujiatan. Lokasinya dekat dengan titik yang sekarang menjadi Bund Utara. Pelabuhan itu digunakan hingga tahun 1990-an.
Pemandu wisata kami yang bekerja pada pemerintah daerah Shanghai, Richard Tang, menceritakan, mulai tahun 1990 itulah pemerintah mengembangkan kawasan Pudong. Investor mulai berdatangan setelah 10 tahun membangun. Perubahan paling kentara di Shanghai terlihat saat pertemuan tingkat tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) pada 2001 dan Shanghai World Expo pada 2010. "Jalur ini masih tetap penting untuk perdagangan. Banyak bahan bangunan dan kebutuhan primer yang dibawa kapal lewat sini," kata Tang.
Baca juga : Penguncian Wilayah Dibuka, Shanghai Menghirup Udara Segar
The Bund selama ini terkenal karena ada 52 bangunan bersejarah bergaya Barat yang berasal dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Bangunan-bangunan ini dibuat bergaya arsitektur Romanesque, Baroque, Gothic, Renaissance, dan Neoclassical Revival.
Koleksi bangunan ikonik ini termasuk Gedung Asia yang pernah menjadi kantor Asiatic Petroleum Company, Union Building yang awalnya menampung banyak perusahaan asuransi dan sekarang menjadi kompleks perbelanjaan, serta Gedung HSBC lama yang dibangun tahun 1923 dan sekarang menjadi Shanghai Pudong Development Bank. Gedung berkubah ini pernah menjadi gedung bank terbesar kedua di dunia.
Persis di sebelahnya berdiri Custom House atau Rumah Pabean, bangunan delapan lantai yang berdiri sejak tahun 1927. Bangunan ini terkenal karena ada menara jam yang mirip Big Ben di London, Inggris. Gedung HSBC Lama dan Rumah Pabean inilah yang menjadi simbol The Bund dan seluruh Shanghai.
Untuk berjalan dari ujung ke ujung The Bund butuh waktu sekitar 2,5 jam. Itu pun jika kita tak terlalu banyak berhenti untuk foto. Di ujung Utara The Bund, ada Jembatan Waibaidu, tempat terbaik untuk melihat matahari terbenam. Waibaidu yang juga disebut Jembatan Taman dibangun tahun 1907. Ini adalah jembatan besi baja desain Barat yang membentang di atas Suzhou Creek.
Jembatan ini populer sebagai tempat shooting acara televisi, film, dan latar novel-novel China. Semua bagian di sepanjang The Bund layak diabadikan dalam foto dan video. Cocok juga untuk tempat janjian. Seperti moto kota ini yang bunyinya: "Shanghai, Let's Meet!". Tidak cukup sehari untuk bisa menjelajahi semua sudut The Bund, apalagi seluruh kota. Jadi, kapan-kapan let's meet lagi, ya!