Apa yang Terjadi antara Presiden Xi Jinping dan PM Justin Trudeau di Bali?
Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau terekam video sedang "bersilat lidah" di sela KTT G20 Bali. Salah satu penggalan drama di KTT G20 itu memperlihatkan relasi China-Kanada yang tak mudah.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali telah berakhir. Tetapi, sejumlah peristiwa dan drama di sela-sela KTT masih menjadi pembicaraan dan perhatian dunia, seperti terlihat dalam pemberitaan-pemberitaan media. Salah satu dari peristiwa itu adalah drama “silat lidah” antara Presiden China Xi Jingping dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
Drama tersebut terjadi pada hari kedua KTT di salah satu ruangan pertemuan, Rabu (16/11/2022), dan terekam video oleh wartawan. Hal itu terjadi sehari setelah Xi dan Trudeau berbicara untuk pertama kalinya sejak 2019 di sela KTT.
Pejabat senior Pemerintah Kanada, yang tak mau disebut namanya, mengungkapkan bahwa dalam pertemuan hari Selasa itu kedua pemimpin membahas isu invasi Rusia ke Ukraina, Korea Utara, dan perubahan iklim. Dalam pembicaraan itu pula, Trudeau menyampaikan “perhatian serius kami terkait aktivitas-aktivitas campur tangan di Kanada”. Isu terakhir ini dilaporkan media.
Baca juga : China Kembali Jatuhkan Hukuman Mati pada Warga Kanada
Keesokan harinya atau hari Rabu, Xi dan Trudeau bertemu lagi di salah satu ruang pertemuan KTT. Seperti terlihat pada video berdurasi sekitar satu menit itu, Xi tampak menegur Trudeau dalam bahasa Mandarin yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris oleh penerjemah.
“Semua yang kita bicarakan dibocorkan ke media. Itu tidak pantas,” kata Xi kepada Trudeau. “Bukan begitu cara (pembicaraan kita) dilakukan, iya kan?” lanjut Xi.
Masih seperti terlihat di video itu, Xi mengatakan, “Jika ada kejujuran, kita bisa mengadakan pembicaraan berdasarkan sikap saling menghormati. Jika tidak, hasilnya tidak mudah untuk dikatakan.”
Xi terlihat akan berjalan menjauhi Trudeau saat PM berusia 50 tahun ini menjawab, “Di Kanada, kami percaya pada dialog yang bebas, terbuka, dan jujur. Dan itulah yang akan terus kami lanjutkan.”
“Kita akan terus berupaya bekerja sama secara konstruktif, tetapi ada hal-hal yang tidak kita sepakati,” lanjut Trudeau.
“Buat kondisi itu dulu. Buat kondisi itu,” timpal Xi sambil tersenyum lebar dan menjabat tangan Trudeau, kemudian berlalu pergi, dan kedua pemimpin itu pun berpisah.
Baca juga : Ditahan China Sejak 2018, Dua WN Kanada Kini Bisa Kontak Dunia Luar
Tidak jelas, apakah saat itu Xi sadar bahwa pembicaraannya dengan Trudeau tersebut direkam dengan video atau tidak.
Tanggapan China-Kanada
Dalam keterangan pers di Beijing, China, Kamis (17/11/2022), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menyatakan bahwa Presiden Xi tidak sedang mengritik PM Trudeau pada momen tersebut.
“Video yang Anda sebut itu hanyalah pembicaraan singkat antara kedua pemimpin selama KTT G20. Itu sangat normal. Saya kira, (pembicaraan) itu tidak seharusnya ditafsirkan bahwa Bapak Ketua Xi mengritik atau menuding seseorang,” jelas Mao.
Mao menambahkan, Beijing mendukung pembicaraan yang jujur sepanjang hal itu dilakukan dalam posisi setara. China berharap, lanjut Mao, pada Kanada untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.
Mengenai kata-kata Xi yang menyebut “Jika tidak, hasilnya tidak mudah untuk dikatakan”, menurut Mao, itu bukanlah ancaman. Pembicaraan kedua pemimpin adalah sesuatu yang normal. Keduanya hanya “menyampaikan posisi masing-masing”, jelas Mao.
“Alasan adanya kesulitan-kesulitan dalam hubungan China-Kanada dalam beberapa tahun terakhir sangat jelas,” ujar Mao. “Tidak ada kesalahan di pihak China.”
Baca juga : Perjalanan Monumental Xi Jinping
Saat ditanya mengenai drama “silat lidah”-nya dengan Xi, Trudeau dalam jumpa pers hari Rabu mengatakan, ”Tidak semua pembicaraan selalu berjalan mudah, tetapi sangatlah penting bahwa kami terus mempertahankan hal-hal yang penting bagi warga Kanada.”
Menteri Luar Negeri Kanada Mélanie Joly menambahkan, dirinya juga menyampaikan masalah campur tangan China saat berbicara dengan Menlu China Wang Yi di arena KTT G20.
Pekan lalu Joly mengungkapkan, China menjadi kekuatan global yang semakin disruptif. Ia mengingatkan kelompok-kelompok bisnis agar tidak memperdalam hubungan dengan Beijing. Alasannya, kata Joly, ada “risiko-risiko geopolitik”.
Hubungan tegang
Drama antara Xi dan Trudeau dalam pertemuan di lokasi KTT G20 Bali, Selasa itu, merupakan pembicaraan tatap muka pertama antara mereka sejak tahun 2019. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan China-Kanada tidak mulus dan diwarnai kecurigaan. Pekan lalu, kepolisian federal Kanada mengungkapkan bahwa mereka tengah menyelidiki apa yang disebut sebagai kantor-kantor polisi yang secara ilegal dibuat Beijing di negara mereka.
Pada pekan lalu pula, Trudeau menyebut China tengah menjalankan “permainan agresif" menyusul laporan televisi Kanada, Global News, yang melansir “jaringan bawah tanah” sejumlah kandidat dalam pemilu federal dengan pendanaan dari Beijing. Kepolisian Kanada, Senin (14/11/2022), juga mendakwa seorang karyawan Hydro-Québec dengan tuduhan mata-mata. Ia didakwa mengirim rahasia-rahasia perdagangan ke China.
Baca juga : Putri Huawei Bebas dengan Pertukaran Tahanan
Hubungan antara China dan Kanada memburuk sejak otoritas Kanada menangkap pejabat eksekutif perusahaan raksasa China, Huawei, Meng Wanzhou, pada 2018. Meng kala itu dituduh melanggar sanksi AS terhadap Iran. Beijing kemudian membalas dengan menahan dua warga Kanada di China, Michael Spavor dan Michael Kovrig. Meng dan kedua warga Kanada itu telah dibebaskan tahun setelah melalui negosiasi panjang.
Kanada juga melarang pemasangan perlengkapan jaringan telekomunikasi 5G buatan Huawei di negaranya. Sikap ini juga diambil oleh AS dan negara-negara mitranya dengan alasan bahwa Huawei dinilai mempunyai hubungan erat dengan Partai Komunis China (PKC) dan sayap militernya, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Jaringan telekomunikasi 5G buatan Huawei dianggap membahayakan keamanan negara mereka.
Gaya diplomasi Xi
Menanggapi drama antara Xi dan Trudeau di KTT G20, Associate Profesor Ilmu Politik pada National University of Singapore, Chong Ja Ian, mengatakan bahwa sangat jarang para pemimpin China memperlihatkan ketidaksukaan dengan cara sespontan itu. Kata-kata yang dilontarkan Xi, menurut Chong, menunjukkan bahwa Xi merasa “dia bisa menekan Trudeau dengan balasan yang tidak nyaman jika diperlukan”.
Kepada AFP, Chong menjelaskan, kepercayaan diri yang diperlihatkan Xi dalam peristiwa itu bisa mengindikasikan bahwa “dia tidak menjadikan Trudeau maupun Kanada sebagai lawan bicara secara serius.” Hal ini berbeda, lanjut Chong, dengan “bahasa tubuh Xi saat bertemu (Presiden AS Joe) Biden beberapa hari sebelumnya yang terlihat lebih ramah.”
Van Jackson, dosen senior bidang hubungan internasional pada Victoria University of Wellington, Selandia Baru, berpendapat bahwa nada bicara Xi mirip seperti “negara kekuatan besar berbicara dengan negara kekuatan yang kurang begitu besar”.
Baca juga : ”Kemenangan” China, Tanggung Jawab AS
Guy Saint-Jacques, mantan Duta Besar Kanada untuk China, menyebut Xi dengan sengaja menegur Trudeau di depan kamera. “Anda lihat, muka dia (Xi) tampak memerah, dia menggerakkan tangannya. Dia tampak merasa terganggu,” katanya.
“Tampak jelas, dia tidak suka dengan langkah Trudeau membocorkan detail pembicaraan kepada pers. Menariknya, dia menyebut pembicaraan berlangsung tidak seperti yang dibocorkan (kepada pers),” ujar Saint-Jacques.
Saint-Jacques juga menambahkan, Xi tampaknya ingin mengirim pesan kepada Trudeau bahwa Kanada tidak akan mendikte syarat-syarat hubungan dan hal itu perlu diperhatikan betul oleh Trudeau. “Xi seolah-olah ingin mengatakan ‘Anda harus berusaha lebih cerdas jika ingin mempertahankan hubungan dengan kami',” katanya.
“Sangat tidak lazim Xi terlibat dalam pembicaraan terbuka untuk mengritik seseorang seperti ini,” lanjut Saint-Jacques. (AP/AFP/REUTERS)