AS Peringatkan Turki, Serangan ke Suriah Ganggu Operasi Penumpasan NIIS
Amerika Serikat kembali ingatkan Turki soal efek rencana serangan darat mereka ke Suriah utara dan Irak yang menjadi basis kelompok Kurdi. Operasi militer terhadap kelompok NIIS bakal terganggu.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Pemerintah Amerika Serikat kembali mengulang seruannya agar Pemerintah Turki menghentikan serangan udara ke Suriah utara yang menjadi basis kelompok Kurdi. Serangan udara, yang rencananya akan dilanjutkan dengan serangan darat, akan kontraproduktif terhadap upaya Amerika Serikat dan sekutu Kurdinya, Pasukan Demokratik Suriah, untuk menumpas kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS).
Seruan untuk menghentikan serangan ke Suriah utara disampaikan kembali Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin saat melakukan pembicaraan via telepon dengan Menhan Turi Hulusi Akar, Rabu (30/11/2022).
Dikutip dari laman resmi Departemen Pertahanan AS, Austin menyebut serangan udara atas basis PDF di Suriah utara telah menimbulkan keprihatinan. Dia menyerukan de-eskalasi serangan. ”Serangan-serangan itu mengancam keselamatan jiwa pasukan AS yang bekerja sama dengan mitra lokal di Suriah yang bekerja untuk mengalahkan kelompok NIIS,” kata Austin.
Seruan AS pada Turki untuk menghentikan serangannya ke wilayah Suriah utara adalah yang kedua setelah beberapa pekan lalu Washington juga menyerukan hal yang sama. Washington menganggap, Pasukan Demokratik Suriah (PDF) yang didukung AS memainkan peran kunci dalam operasi militer menumpas NIIS. Selain itu, militer AS juga menyebut serangan roket yang terjadi pada Sabtu akhir pekan lalu membuat pasukan koalisi pimpinan AS di pangkalan-pangkalan di kota Shaddadeh, timur laut Suriah menjadi target.
Dalam pandangan Washington, selain membahayakan keselamatan jiwa personel militer AS, serangan udara dan serangan darat Turki membuat kemajuan operasi terhadap kelompok NIIS terhenti dan membawa ketidakstabilan kawasan.
Peringatan dampak serangan Turki terhadap ketidakstabilan di kawasan juga disampaikan Utusan Khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen. Pedersen menyatakan, eskalasi militer di Suriah berbahaya bagi warga sipil dan stabilitas regional. “Saya khawatir dengan situasi saat ini karena tidak ada upaya serius untuk menyelesaikan konflik secara politik,” kata Pedersen.
Rencana serangan darat Turki ke Suriah utara, wilayah basis kelompok Kurdi yang dipandang sebagai kelompok teror oleh Ankara, terkait dengan ledakan bom di Istiklal Avenue, Istanbul, 13 November lalu. Delapan orang Tewas dan puluhan lainnya terluka akibat ledakan tersebut. Ankara menuding Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap sebagai kelompok teror, bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Selain itu, serangan ke Kota Kharkamis pada Senin (21/11/2022), diduga dilakukan milisi Kurdi dan menewaskan dua warga Turki, menjadi dasar bagi Presiden Recep Tayyip Erdogan mempersiapkan serangan darat ke Suriah utara.
Pejabat keamanan Turki, dikutip dari laman media Asharq Al Awsat, mengatakan, Ankara hanya membutuhkan beberapa hari untuk bersiap menyerang Suriah dengan pasukan darat. Kini, setiap hari, howitzer Turki memuntahkan peluru ke arah wilayah yang diduga menjadi basis kelompok PKK.
"Angkatan Bersenjata Turki hanya perlu beberapa hari untuk siap sepenuhnya. Tidak akan lama lagi operasi akan dimulai. Dimulainya serangan hanya bergantung pada perintah presiden,” katanya.
"Semua persiapan sudah selesai. Sekarang keputusan politik," kata pejabat Turki lainnya kepada Reuters, juga meminta namanya dirahasiakan, akhir November lalu.
PDF sendiri telah menghubungi banyak pihak, termasuk AS dan Rusia, untuk menghalangi Ankara melaksanakan niatnya. Militer Rusia dikabarkan telah mencapai Kota Tal Rifaat yang terletak 15 kilometer dari perbatasan Turki-Suriah. Militer Rusia, menurut beberapa penduduk, berada di sisi selatan kota.
Mazloum Abdi, Komandan PDF di timur laut Suriah mengatakan, operasi gabungan mereka dengan AS untuk menggempur basis kelompok NIIS telah dihentikan sementara karena serangan Turki. Selain itu, AS juga diketahui telah mengurangi kehadiran tentara mereka di sana untuk menghindari Korban jiwa.
“Mereka (tentara AS) telah mengurangi jumlah patroli yang mereka lakukan, oleh karena itu kami juga melakukan tindakan serupa. Akan tetapi, kami akan tetap fokus untuk melawan ancaman kelompok NIIS,” kata Abdi.
Abdi mengatakan, meski ancaman kelompok NIIS cenderung bisa dikelola oleh operasi Gabungan AS dan PDF, hal itu tidak membuat NIIS tidak semakin berbahaya. Untuk itu, Abdi kembali mendesak AS dan negara-negara yang memiliki kepentingan untuk bersikap tegas terhadap Turki, menghentikan rencana serangan Darat ke Suriah.
Sementara, dalam pandangan Turki, meski AS dan Turki adalah sekutu penting, serangan terhadap basis kelompok Kurdi di Suriah utara dan Irak, sejalan dengan hak negara itu untuk membela diri. Akar, dikutip dari kantor berita Turki Anadolu Agency mengatakan, militer Turki tidak akan menyasar orang atau kelompok lain di luar kelompok Kurdi (PKK) dan sayap militernya.
“Kerja sama dan solidaritas dalam perang melawan terorisme akan berkontribusi pada perdamaian dan keamanan regional dan global. Turki siap bekerja sama melawan NIISdan semua organisasi teroris lainnya,” kata Akar.
Dalam catatan Ankara, selama lebih dari 35 tahun, kelompok PKK bertanggung jawab atas kematian lebih dari 40.000 orang, termasuk Perempuan dan anak-anak.
Pemimpin NIIS Tewas
Jelang serangan darat Turki ke Suriah, melalui rekaman suara, kelompok NIIS mengumumkan kematian pemimpinnya, Abu al-Hassan al-Hashimi al-Qurayshi, Rabu (30/11/2022). Juru bicara NIIS Abu Omar al-Muhajer tidak merinci dimana dan kapan pemimpin mereka tewas.
Akan tetapi, rincian itu datang dari Pentagon yang menyebut pemimpin kelompok itu tewas di Provinsi Daraa, Suriah, pada pertengahan Oktober. AL QUrayshi tewas dalam Baku tembak antara kelompok itu dengan Tentara Pembebasan Suriah dukungan Turki.
Kematian itu dinilai menjadi pukulan bagi kelompok NIIS. Al-Qurayshi adalah pemimpin kedua yang tewas tahun ini. Pendahulunya, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, dalam serangan AS pada Februari di barat laut Suriah.
Pengumuman kematian al-QUrayshi muncul saat NIIS tengah mencoba melakukan serangan mematikan di beberapa bagian Suriah dan Irak yang pernah dideklarasikan sebagai bagian dari kekhalifahan NIIS. Al-Muhajer mengatakan bahwa mereka telah menunjuk pemimpin baru yaitu Abu al-Hussein al-Husseini al-Qurayshi. (AP/AFP/Reuters)