Kedermawanan Para Orang Ternama, dari Hakim Ziyech hingga Shakira
Di tengah rezeki yang diraup dari panggung Piala Dunia Qatar 2022, terdapat bintang sepak bola yang mengingat bahwa pada sebagian harta dan pendapatan yang diperolehnya, ada hak bagi kaum tak berpunya.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·5 menit baca
Masih dalam semangat Piala Dunia 2022, ternyata cara merayakan kemenangan dan bersyukur tidak hanya dengan pawai dan pesta. Pemain tim nasional Maroko, Hakim Ziyech (29), patut menjadi teladan. Ia menyumbangkan seluruh pendapatan selama Piala Dunia untuk kaum tidak mampu di tanah airnya.
Ziyech memang bukan bintang olahraga atau orang ternama pertama yang dermawan. Mari kita simak beberapa dari mereka yang berkelebihan, tetapi selalu ingat untuk berbagi terhadap sesama.
Dilansir dari media NBC, Ziyech berhak atas gaji sebesar 277.575 dollar AS atau sekitar Rp 4,3 miliar dari penampilannya berlaga di Piala Dunia di Qatar. Memang, tim ”Singa Atlas” yang diperkuatnya tunduk 0-2 melawan Perancis di babak semifinal. Namun, keseluruhan penampulan mereka mematri kenangan yang mungkin tidak akan terlupakan oleh warga dunia. Mereka tampil dengan kemampuan yang tidak disangka-sangka.
Ziyech memberikan seluruh penghasilannya itu kepada berbagai organisasi amal di Maroko. Tidak hanya gaji, bonusnya juga disumbangkan. Ziyech membagi-bagikan pendapatannya kepada para staf tim nasional Maroko yang setia membantu para pemain.
”Tentu saja saya memberikan gaji saya untuk Maroko. Saya bermain untuk Maroko bukan demi uang, saya memutuskan hal ini dari lubuk hati terdalam,” tutur pemain dari klub sepak bola Chelsea itu.
Sesama pemain Liga Premier, Mo Salah (30) dari klub Liverpool juga tidak pernah lupa kepada kampung halamannya di Nagrig, Mesir. Media Gulf Today melaporkan, selama tiga tahun belakangan, Salah menyumbangkan 6 persen dari pendapatannya kepada berbagai badan amal di Mesir dan Inggris. Jumlah ini setara dengan 2,4 juta poundsterling atau sekitar Rp 45 miliar. Umumnya, Salah bekerja sama dengan lembaga-lembaga kesehatan dan pendidikan, terutama pendidikan bagi anak perempuan di Mesir.
Dalam kunjungan ke Desa Nagrig, di Distrik Basyoun, Provinsi Gharbia, 2,5-3 jam perjalanan berkendara melalui jalan Kairo-Alexandria, pada 13 Juni 2019, wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, memperoleh cerita kesaksian warga setempat mengenai amal Salah di kampung halamannya.
Selain telah membangun sekolah, Salah saat itu juga akan membangun instalasi pengolahan air dan tempat pembuangan limbah di desanya dengan mengucurkan dana 330.000 poundsterling atau sekitar Rp 6 miliar.
Di sana-sini di kampung tersebut, warung-warung, toko-toko, dan rumah-rumah warga memasang stiker bergambar Salah. Pemandangan itu sudah terlihat sejak dari Distrik Basyoun serta semakin menjamur di toko dan rumah-rumah penduduk Desa Nagrig. Beberapa pemuda yang lalu lalang di jalanan desa itu sering terlihat pula mengenakan kaus Liverpool bergambar Salah.
Di Inggris, Salah juga menjadi patron bagi para mahasiswa Universitas Cambridge. Ia terlibat menjadi semacam kakak asuh yang memberi mereka beasiswa melalui program kerja sama dengan para dermawan. Apabila dihitung, Salah membiayai 30 mahasiswa di universitas bergengsi tersebut.
Mendirikan yayasan
Di dunia hiburan, ada penyanyi Shakira yang mendirikan Barefoot Foundation atau yang diterjemahkan menjadi Yayasan Kaki Telanjang di negara asalnya, Kolombia. Kiprah yayasan ini tidak sembarangan. Pada November 2019, Shakira diundang menjadi salah satu pembicara di simposium pendidikan dunia WISE di Al Rayyan, Qatar.
Dulu, saya sama seperti anak-anak kampung yang berlari-lari tanpa alas kaki.
”Dulu, saya sama seperti anak-anak kampung yang berlari-lari tanpa alas kaki. Berkat musik saya bisa mengubah nasib, tetapi saya sadar bahwa kunci dari semua perubahan adalah pendidikan yang baik,” kata Shakira, yang juga penyanyi lagu resmi Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, ”Waka Waka”, itu.
Meskipun yayasan tersebut miliknya, Shakira mengatakan, ia tidak menerapkan prinsip ”sapu jagat”. Ia bermitra dengan dinas pendidikan, organisasi guru, dan pakar tumbuh kembang anak. Mereka yang mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan kurikulum nasional. Tugas yayasannya, kata Shakira, ialah memastikan kecukupan gizi siswa, kelengkapan kebutuhan sekolah, dan menjadi jembatan dengan para orangtua.
Mungkin yayasan pesohor yang paling besar adalah milik ratu acara bincang-bincang televisi asal AS, Oprah Winfrey. Majalah Forbes mengatakan, aset bersih Winfrey adalah sebesar 3,2 miliar dollar AS. Ia menyalurkan sebagian hartanya kepada Angel Network, yayasan miliknya yang bekerja sama dengan lembaga Habitat for Humanity. Mereka memiliki proyek pembinaan 55 sekolah di 12 negara.
Kritik
Maraknya aksi filantropi dari para pesohor di satu sisi positif, tetapi di sisi lain juga menuai sejumlah kritik. Pada tahun 2015, Universitas Chicago di AS menerbitkan buku berjudul Celebrity Philantrophy: An Introduction. Buku ini disusun oleh Elaine Jeffreys dan Paul Allatson, tetapi bab-bab di dalamnya ditulis oleh para pakar filantropi, sosiolog, dan pembangunan masyarakat itu membedah berbagai yayasan milik pesohor.
Kepemilikan yayasan ini berbeda dari sekadar orang kaya yang memberi uang untuk amal, seperti yang dilakukan oleh Ziyech dan Salah. Mendirikan yayasan berarti pesohor itu memiliki misi dan konteks yang ingin mereka sebarkan di dunia.
Hal ini menunjukkan sejumlah tanda, antara lain, ialah kurangnya peran pemerintah di bidang yang ditopang oleh dana pesohor tersebut. Selain itu, juga fakta bahwa pesohor dengan perkembangan media massa menjadi sosok penting di masyarakat.
Kedermawanan pesohor ini memang memiliki dua sisi. Pertama, fakta bahwa ketenaran mereka diharapkan bisa menarik perhatian publik mengenai isu yang ingin dicari solusinya meskipun bukti-bukti empiris bahwa ketenaran bisa membawa banyak perubahan positif harus dicari.
Sisi kedua ialah bagaimanapun hal itu merupakan transaksi bisnis yang memanfaatkan ketenaran dan bertujuan untuk memonetisasi industri selebritas. Namun, pada intinya, buku itu berargumen bahwa konsistensi kinerja, transparansi dalam pengelolaan dana, dan kerja sama yang inklusif membawa perbedaan atas kedermawanan seorang pesohor dengan pesohor lainnya.