China menerbitkan kembali visa untuk semua kategori, termasuk visa turis. Kebijakan bebas visa antarwilayah di China juga diberlakukan kembali. Ini menjadi akhir dari kebijakan Covid-19 China yang superketat.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
BEIJING, SELASA — Setelah lebih dari tiga tahun menutup diri dari pihak luar akibat pandemi Covid-19, China membuka kembali pintunya bagi warga asing yang masuk dengan visa apa pun, termasuk visa turis. Dengan kebijakan penerbitan kembali semua kategori visa bagi orang asing, kini tidak ada lagi kebijakan pembatasan terkait pandemi yang tersisa.
Bagi warga asing pemegang visa yang dikeluarkan sebelum 28 Maret 2020 dan masih berlaku, mereka bisa masuk ke China. Pemerintah China berharap kebijakan ini akan bisa membantu menghidupkan kembali perekonomian China pascapandemi.
Dalam kebijakan pembatasan terkait pandemi sebelumnya, siapa saja yang datang dari luar negeri wajib menjalani karantina 14 hari di luar ibu kota Beijing dan dilanjutkan dengan karantina di rumah selama sepekan.
Kementerian Luar Negeri China mengumumkan kebijakan terbaru ini melalui unggahan di media sosial yang berafiliasi dengan biro konsuler Kemenlu China, Selasa (14/3/2023).
Pada 2022, tercatat hanya 115,7 juta perjalanan masuk dan keluar China dengan jumlah orang asing sekitar 4,5 juta orang. Sebelum pandemi, yakni tahun 2019, jumlah keseluruhan perjalanan mencapai 670 juta dan 97,7 juta orang di antaranya adalah warga asing.
Daerah di China yang sebelum pandemi tidak memerlukan persyaratan visa akan kembali bebas visa. Ini akan mencakup Pulau Hainan, kapal pesiar yang melewati pelabuhan Shanghai, Hong Kong, dan Makau serta negara-negara anggota ASEAN. Selain itu, warga asing yang masuk ke pusat manufaktur di Guangdong dari Hong Kong dan Makau juga bebas visa.
”China membutuhkan waktu kurang dari dua bulan untuk mencapai transisi yang lancar dalam menanggapi Covid-19. Strategi dan tindakan China terkait Covid-19 itu sudah sepenuhnya benar,” kata Perdana Menteri China Li Qiang, Senin (13/3/2023).
China telah mencabut imbauannya kepada warga untuk tidak melakukan perjalanan ke luar negeri, Januari lalu. Beijing menambahkan 40 negara lagi masuk dalam daftar yang mengizinkan tur kelompok sehingga jumlahnya kini menjadi 60 negara. Hanya saja, daftar itu masih mengecualikan Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Amerika Serikat.
Data dari Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, China menerima 65,7 juta pengunjung internasional pada 2019 sebelum akhirnya menutup pintunya dari dunia luar selama pandemi.
Sementara sebagian besar negara di dunia mulai membuka kembali sepenuhnya dan menyambut pelancong internasional lebih awal, China baru mulai keluar dari strategi pembatasan Covid-19 yang ketat pada akhir 2022. Hal ini dilakukan setelah meletus demonstrasi di hampir seluruh wilayah di China yang jarang terjadi, November lalu.
Bahkan, demonstrasi itu meluas dan menyerukan agar Presiden China Xi Jinping mengundurkan diri. Ini wujud penentangan rakyat yang paling luas terhadap pemerintahan Partai Komunis China sejak peristiwa Lapangan Tiananmen tahun 1989.
Akhirnya, pada awal Desember lalu, otoritas China secara resmi mengakhiri segala macam kebijakan penanganan Covid-19, seperti tes Covid-19 massal, pembatasan atau lockdown, dan karantina dalam waktu lama. Sejak 8 Januari lalu, pelancong yang masuk ke China tidak perlu lagi dikarantina, tetapi pada waktu itu tetap diberlakukan pembatasan visa bagi orang asing.
Kebijakan visa bagi orang asing yang berkunjung ke China ini disebutkan akan terus disesuaikan sesuai dengan situasi Covid-19. Setelah kebijakan pembatasan dicabut, kasus Covid-19 sempat melonjak di China pada awal tahun. Ini membuat sejumlah negara, seperti Jepang dan Korea Selatan, memberlakukan kembali pembatasan pengunjung dari China. Ketika kasusnya mereda, kedua negara itu lalu melonggarkan pembatasannya. (REUTERS/AFP)