Diplomasi ekonomi menjadi pilihan terbaik untuk menjalin kerja sama, memulihkan rasa percaya, sekaligus bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. Perdagangan Indonesia-Bulgaria merupakan yang terbesar di negara Balkan.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·4 menit baca
Dunia memang tengah terbelit beragam persoalan. Saat komunitas global tengah memulihkan diri dari deraan pandemi Covid-19, dunia dikejutkan dengan serangan Rusia atas Ukraina. Dampaknya pada ekonomi, ketersediaan energi, serta distribusi bahan pangan dan pupuk sangat signifikan.
Tak hanya itu, relasi antarnegara pun dibayang-bayangi oleh ”kecurigaan”. Minilateralisme menguat di beberapa kawasan. Dalam situasi seperti itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Sofia, Bulgaria, mengambil langkah unik, yaitu menyapa warga di Semenanjung Balkan dengan rendang.
Tak tanggung-tanggung, seiring diluncurkannya program Spice up The World yang diusung Presiden Joko Widodo pada 2021, Duta Besar RI untuk Sofia, Iwan Bogananta, mengaplikasikannya dalam kesepakatan kerja sama dengan perusahaan retail makanan dan minuman Bulgaria. Hasilnya, kesepakatan investasi sebesar 3 juta dollar AS untuk mendirikan pabrik rendang Indonesia di Bulgaria.
”Selanjutnya, dari Bulgaria akan didistribusikan ke beberapa negara tetangga,” kata Iwan dalam perbincangan ringan, Jumat (10/3/2023).
Kesepakatan kerja sama itu ditandatangani pada tahun 2021. Program Rendang Goes to Europe pun diluncurkan secara resmi bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Setelah berjalan setahun, uji coba produksi rendang di Bulgaria dilakukan pada 2022. Diharapkan tahun ini, salah satu menu andalan Nusantara itu telah diproduksi secara massal dan dipasarkan ke Balkan dan Eropa.
”Kemasannya nanti menggunakan logo Wonderful Indonesia,” ujar Iwan.
Misi menyajikan rendang ke piring warga Balkan dan Eropa adalah salah satu dari upaya KBRI di Sofia untuk mengoptimalkan potensi pasar nontradisional di wilayah tersebut. Dalam perbincangan siang itu, Iwan, antara lain, mengungkapkan tentang potensi Bulgaria sebagai pasar CPO asal Indonesia. Menurut dia, sebagai bagian dari Uni Eropa, pasar Bulgaria dapat menjadi pintu untuk meredam beragam ”kendala” terkait produk kelapa sawit Indonesia untuk masuk ke pasar Eropa.
Sejauh ini, meskipun populasi Bulgaria hanya sebanyak lebih kurang 7 juta orang, negara itu memiliki potensi pasar dan investasi yang menarik. Iwan mengungkapkan, sejumlah perusahaan Bulgaria telah menjalin kesepakatan dagang dengan perusahaan Indonesia, antara lain kesepakatan dagang pembelian tepung kelapa (high desiccated coconut) antara PT Sasa Indonesia dan Picco Bulgaria dengan nilai transaksi sebesar 1,5 juta dollar AS.
Lalu ada pula kesepakatan dagang antara PT Lautan Natural Krimerindo Indonesia-Picco Bulgaria dengan nilai lebih dari 2 juta dollar AS.
Selain itu, sejumlah pengusaha asal Bulgaria pun tertarik untuk membangun hotel di kawasan wisata di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Potensial
Merujuk laman resmi Kementerian Luar Negeri RI, sejak pertama hubungan diplomatik Indonesia-Bulgaria diresmikan pada 21 September 1956, relasi kedua negara terjalin baik. Menurut Kemenlu, tahun 2006 menjadi salah satu tonggak penting dalam hubungan bilateral Indonesia-Bulgaria. Pada tahun itu terbentuk Forum Konsultasi Bersama dan Sidang Komisi Bersama.
Saat ini, di tengah situasi global yang dibayangi ketidakpastian, diplomasi ekonomi menjadi pilihan terbaik untuk menjalin kerja sama, memulihkan rasa percaya, sekaligus bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. Fakta pun berbicara. Pilihan mengedepankan diplomasi ekonomi mencatatkan hasil positif.
Dari data yang tersedia, pada tahun 2022, volume ekspor Indonesia ke Bulgaria, Macedonia Utara, dan Albania (dua negara terakhir dirangkap oleh KBRI Sofia) rata-rata mengalami peningkatan. Perdagangan Indonesia-Bulgaria merupakan yang terbesar di negara Balkan.
National Statistical Institute (NSI) Bulgaria mencatat persentase total ekspor Indonesia-Bulgaria cenderung meningkat signifikan, yaitu sebesar 749,7 persen. Total nilai ekspor Indonesia ke Bulgaria pada 2022 mencapai 274,6 juta dollar AS. Ekspor Indonesia ke Albania dan Macedonia Utara pun mencatatkan hasil positif. Sejumlah produk ekspor asal Indonesia yang ”membanjiri” pasar negara-negara itu adalah bijih tembaga dan konsentrat, produk turunan kelapa sawit, produk kertas, tekstil, ban, karet, serta kopi.
Saat ini, ketika pemerintah tengah menggarap pengembangan Nusantara sebagai ibu kota negara (IKN) yang baru, Iwan pun mengajak mitra bisnis di Bulgaria untuk turut ambil bagian. Sejumlah pengusaha diajak untuk melihat secara langsung IKN.
Selain itu, Iwan mengajak industri alat utama sistem persenjataan (alutsista) Bulgaria menjalin kerja sama dengan PT Pindad. Salah satu industri alutsista Bulgaria itu adalah Transmobile, Ltd. Perusahaan itu fokus pada teknologi artileri, sistem amunisi, mortir, dan ranjau. (JOS)