Idul Fitri dan Gencatan Senjata Tak Hentikan Pertempuran di Khartoum
Pertempuran bersenjata antara dua faksi militer di Sudan sejauh ini telah menyebabkan 413 orang tewas dan 3.551 terluka. Pertempuran di Khartoum pecah sejak 15 April.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·4 menit baca
KHARTOUM, SABTU – Situasi keamanan di Khartoum, ibu kota Sudan, masih rawan. Sekalipun dua pihak bertikai sudah menyatakan gencatan senjata selama tiga hari untuk menghormati perayaan Idul Fitri, 21-23 April, baku tembak dan serangan bom masih terjadi secara sporadis.
Dua pihak bertikai yang dimaksud adalah militer Sudan pimpinan Jenderal Abdel Fattah Burhan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat atau Rapid Support Force (RFS) pimpinan Mohamed Hamdan Dagalo. Keduanya terlibat pertempuran sengit di Khartoum sejak 15 April 2023.
Beda pendapat soal transisi kepemimpinan politik dari junta militer kepada sipil di antara kedua pihak memicu pertempuran. Pertempuran jalanan terutama terjadi di Kota Khartoum, ibukota Sudan.
Beda pendapat soal transisi kepemimpinan politik dari junta militer kepada sipil di antara kedua pihak memicu pertempuran.
Wartawan yang berbasis di Khartoum, Mohamed Alamin Ahmed, mengatakan kepada Al Jazeera, telah terjadi jeda dalam konflik selama Jumat malam. Namun bukan berarti gencatan senjata berlangsung. Sejumlah tembakan sporadis masih terdengar dari berbagai bagian kota.
”Kami tidak bisa mengatakan gencatan senjata sudah terjadi di sini 100 persen karena kedua belah pihak sebenarnya melakukan banyak gerakan reposisi diri. Situasinya fluktuatif. Kami tidak dapat mengatakan bahwa gencatan senjata ini dilaksanakan dengan baik tetapi situasinya sedikit, berjalan, sedikit positif,” katanya.
Sementara Reuters melaporkan, tentara dan pasukan RSF masih terlibat baku tembak, termasuk pada saat menjelang sholat Eid. Tembakan diselingi oleh dentuman artileri dan serangan udara masih berlangsung. Rekaman pesawat nirawak menunjukkan asap membubung di Khartoum.
Reuters juga melaporkan, penembakan secara sporadis masih berlangsung sampai dengan Jumat malam di Khartoum. Intensitasnya berkurang dibanding sebelum kesepakatan gencatan senjata.
Organisasi Kesehatan Dunia pada Jumat melaporkan 413 orang tewas dan 3.551 terluka sejak pertempuran pecah sejak 15 April.
Organisasi Kesehatan Dunia pada Jumat melaporkan 413 orang tewas dan 3.551 terluka sejak pertempuran pecah sejak 15 April. Korban tewas termasuk setidaknya lima pekerja bantuan kemanusiaan.
"Angkatan Bersenjata Sudan berharap seluruh pemberontak akan menaati semua persyaratan gencatan senjata dan menghentikan pergerakan militer yang bisa mengacaukan gencatan senjata," kata Angkatan Bersenjata Sudan dalam pernyataannya.
Dagalo yang lebih dikenal dengan sebutan Hemedti, Sabtu (22/4/2023), menyatakan, dia menerima telepon dari Sekretaris Jenderal Antonio Guterres. Menurut Dagalo, keduanya menekankan pentingnya menaati kesepakatan gencatan senjata dan menyediakan perlindungan kepada para petugas kemanusiaan dan kesehatan, terutama reginal dan internasional.
PBB dan sejumlah negara telah menyatakan rencana mereka untuk mengevakuasi warganya dari Sudan. Negara yang dimaksud antara lain Jepang, Swiss, Inggris, Swedia, Spanyol, dan Korea Selatan. Indonesia juga termasuk yang berencana mengevakuasi warganya dari Sudan.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada konferensi pers, Kamis (20/4/2023), mengatakan, Kedutaan Besar RI di Khartoum mencatat ada 1.209 WNI di Sudan. Sebagian besar mahasiswa atau pelajar dan tingga di Khartoum.
”Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat tepat untuk dapat melakukan evakuasi dengan terus mempertimbangkan keselamatan WNI,” kata Retno.
Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat tepat untuk dapat melakukan evakuasi dengan terus mempertimbangkan keselamatan WNI.
Menurut laporan KBRI Khartoum kepada Kemenlu RI, belum ada satu pun warga asing bisa dievakuasi dari Sudan. ”Kondisi keamanan yang tidak memungkinkan,” ujar Retno.
Baku tembak, Retno menambahkan, juga terjadi di sekitar Wisma Indonesia dan KBRI Khartoum. ”Beberapa kali Wisma Indonesia dan KBRI juga terimbas oleh terus berlangsungnya pertempuran. Alhamdulillah, semua WNI dan staf KBRI dalam keadaan selamat,” katanya.
Sejak merdeka dari Inggris dan Mesir per 1 Januari 1956, Sudan adalah negara yang bertubi-tubi dilanda kudeta. Berdasarkan Statista, 35 upaya kudeta terjadi. Sebanyak enam di antaranya sukses, termasuk yang terakhir pada Oktober 2021.
Dalam kudeta terakhir, awalnya, militer Sudan pimpinan Jenderal Abdel Fattah Burhan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat atau Rapid Support Force (RFS) pimpinan Mohamed Hamdan Dagalo bersama-sama menggulingkan pemerintahan sipil.
Selanjutnya, junta militer seharusnya menetapkan transisi kepemimpinan politik kepada sipil. Perjanjian semestinya ditandatangani April 2023. Perjanjian itu setidaknya mengamanatkan beberapa hal. Pertama, kedua faksi wajib menyerahkan kekuasaannya sesuai rencana.
Sebanyak 35 upaya kudeta terjadi di Sudan. Sebanyak enam di antaranya sukses, termasuk yang terakhir pada Oktober 2021.
Isu lain adalah jadwal pengintegrasian RSF ke dalam angkatan bersenjata Sudan dan jadwal militer secara formal ditempatkan secara struktur di bawah pengawasan sipil. Dalam hal bersepakat dan menetapkan transisi inilah kedua faksi militer berbenturan. Ketika pertempuran pecah pada 15 April, masing-masing pihak saling menyalahkan.
Sudan berbatasan dengan tujuh negara dan terletak di antara Mesir, Arab Saudi, Ethiopia, dan wilayah Sahel Afrika yang bergejolak. Pertempuran di Sudan berisiko meningkatkan ketegangan kawasan. (REUTERS)