Teluk Persia Memanas, AS Kerahkan Marinir, Iran Gelar Latihan Perang Udara
AS menuding Iran mencoba menguasai setidaknya 20 tanker di Teluk Persia dalam 2,5 tahun terakhir. Tanker-tanker itu mengangkut minyak tujuan AS dan sekutunya.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
TEHERAN, SELASA — Iran mengecam keputusan Amerika Serikat menambah pasukan dan persenjataan ke Teluk Persia. Keamanan dan kestabilan di kawasan itu semakin sulit diprediksi dengan penambahan tersebut.
Kepala Staf Angkatan Darat Iran Mayor Jenderal Abdorahim Mousavi menyebut, Amerika Serikat (AS) selalu mencari alasan menambah pasukan dan persenjataan ke sekitar Iran. Salah satu alasan yang kerap dipakai Washington adalah menjaga keamanan kawasan.
”Padahal, keamanan kawasan hanya bisa berkelanjutan jika ada kerja sama di antara negara-negara di kawasan,” ujar Mousavi, sebagaimana dikutip kantor berita Tasnim, Senin (24/7/2023), di Teheran.
Teheran menganggap kehadiran pasukan negara asing di kawasan malah akan memperburuk situasi. Pasukan asing mengancam warga dan negara di kawasan.
Mousavi menyoroti keputusan AS menambah jet tempur F-16 dan F-35 di sekitar Teluk Persia. Washington juga menempatkan kapal perusak USS Thomas Hudner di sana. USS Thomas Hudner, yang selama ini beroperasi di Laut Merah, bergeser ke Selat Hormuz dan Teluk Oman. Selain itu, dikirimkan pula 2.000 Marinir yang diangkut tiga kapal pendarat.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada pekan lalu memerintahkan Korps Marinir AS mengerahkan Unit Jelajah Marinir (Marine Expeditionary Unit/MEU). Unit ini merupakan satuan gerak cepat Marinir AS yang ditempatkan di berbagai wilayah.
Departemen Pertahanan AS menyebut, USS Bataan dan USS Carter Hall sedang bergerak di Timur Tengah. Mereka membawa MEU 26 untuk ditempatkan di bawah Komando Operasi Tengah AS. ”AS ingin menunjukkan komitmen pada kebebasan berlayar dan mencegah upaya destabilisasi kawasan oleh Iran,” demikian pernyataan tertulis Dephan AS (Pentagon).
Jaga tanker
Pentagon menyebutkan, pengerahan tersebut merupakan bagian dari respons AS terhadap penembakan kapal tanker oleh Iran. Kapal korvet Iran, IRINS Bayandor, menembak kapal tanker minyak berbendera Bahama, Richard Voyager, di lepas pantai Teluk Oman, pekan lalu.
Washington menuding Teheran mencoba menguasai tanker itu dan tanker lainnya yang berbendera Kepulauan Marshall, TRF Moss. Angkatan Laut AS menyebutkan, dalam dua insiden tersebut kapal-kapal Angkatan Laut Iran baru mundur setelah kapal perusak berpeluru kendali, USS McFaul, tiba di lokasi tersebut.
AS menuding Iran mencoba menguasai setidaknya 20 tanker di Teluk Persia dalam 2,5 tahun terakhir. Tanker-tanker itu mengangkut minyak tujuan AS dan sekutunya.
”Kami mendesak Iran menghentikan semua upaya mengacau kestabilan kawasan dan tindakan yang bisa mengancam keselamatan pelayaran di perairan strategis ini,” demikian pernyataan Dephan AS.
Kini, AS mengoperasikan gugus tempur laut yang dibawahkan kapal induk USS Gerald Ford di Timur Tengah. Sebelum USS Thomas Hudner, AS telah mengerahkan USS Paul Hamilton dan USS McFaul di sekitar Teluk Persia.
Panglima Komando Operasi Tengah AS Jenderal Michael Kurilla mengatakan, Teluk Persia penting bagi AS dan mitranya. Pengerahan terbaru akan menambah kekuatan khusus AS untuk menjaga kepentingan negara itu di Teluk Persia.
Komunikasi bahasa Persia
Kementerian Luar Negeri Iran menyebut, tambahan pasukan dan persenjataan itu bukti provokasi AS di kawasan. Iran memastikan akan menanggapi serius setiap ancaman pada kepentingan dan keamanan Teheran.
”Iran menegaskan hak untuk menanggapi secara serius setiap upaya provokasi, apalagi dilakukan secara ilegal,” demikian pernyataan Kemenlu Iran.
Garda Revolusi Iran (IRGC) menegaskan, setiap kapal yang melewati Selat Hormuz harus mendapat izin dari Teheran. Komunikasi antara kapal-kapal itu dan kapal perang Iran harus dilakukan dalam bahasa Persia.
”Setiap kapal harus menginformasikan negara pendaftarannya, muatannya, dan tujuannya. Semua harus disampaikan dalam bahasa Persia. Kalau tidak, kami akan mengejarnya,” kata Komandan Matra Laut IRGC Laksamana Pertama Ali Reza Tangsiri.
Keharusan penggunaan bahasa Persia adalah bagian dari upaya Iran menegaskan kendali atas Selat Hormuz. ”Ketentuan ini berlaku bagi kapal sipil atau militer, perahu atau kapal,” kata Tangsiri.
Latihan pasukan udara
Mulai Minggu (23/7/2023), Iran menggelar latihan angkatan udara tahunan di wilayah tengah negeri itu. Kantor berita resmi Iran, IRNA, melaporkan bahwa latihan perang itu melibatkan 11 pangkalan udara, termasuk pangkalan udara di Pelabuhan Bandar Abbas, yang berlokasi di dekat Selat Hormuz.
Posisi Selat Hormuz strategis di mulut Teluk Persia. Sekitar 20 persen minyak mentah dunia diangkut melalui area itu. Latihan perang tersebut bertajuk Fadaeian Velyat-11 atau Para Pencinta Pemimpin Tertinggi-11.
IRNA menyebutkan, lebih dari 90 jet tempur, pesawat pengebom, dan pesawat nirawak ambil bagian dalam latihan tersebut. Kepala Staf Angkatan Udara Iran Jenderal Hamid Vahedi mengatakan, latihan perang itu membawa pesan tentang satu persahabatan, perdamaian, dan keamanan di kawasan.
”Keamanan berkelanjutan, peningkatan dan penguatan hubungan di kawasan, hidup bersama dalam perdamaian, dan menjaga perbatasan udara masuk dalam agenda (latihan perang) itu,” ujar Vahedi.
Dari waktu ke waktu, Iran menggelar latihan perang serupa. Teheran menyatakan, latihan-latihan perang itu dirancang untuk mengasah kesiapan tempur angkatan udaranya dan memperlihatkan kemampuan militer negaranya. (AP/AFP/REUTERS/SAM)