Tidak mudah menjadi pejabat di China. Setelah mantan Menlu Qin Gang, ada lagi dua pejabat militer yang ”hilang” berbulan-bulan. Ada dugaan mereka terjerat korupsi.
Oleh
LUKI AULIA
·6 menit baca
Belum jelas keberadaan mantan Menteri Luar Negeri China, Qin Gang, yang dikabarkan menghilang entah ke mana, kini ada lagi dua pemimpin unit elite yang mengelola persenjataan nuklir, Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), yang dinyatakan menghilang. Mereka bahkan sudah menghilang berbulan-bulan.
Karena Li Yuchao dan wakilnya, Liu Guangbin, lama menghilang, Pemerintah China lalu menunjuk Wakil Kepala Angkatan Laut PLA Wang Houbin dan anggota Komite Pusat Partai Komunis China, Xu Xisheng, sebagai pengganti. Penggantian yang mendadak menjelang peringatan 96 tahun berdirinya PLA ini memicu spekulasi Presiden China Xi Jinping, yang juga menjabat sebagai panglima komando militer tertinggi China, sedang membersihkan kabinetnya dari pejabat-pejabat korup.
Peneliti kebijakan luar negeri dan keamanan nasional di Institut Kebijakan Masyarakat Asia, Lyle Morris, kepada BBC, Selasa (1/8/2023), menyebut ini perombakan tidak terencana terbesar dalam kepemimpinan militer China dalam hampir satu dekade. China juga sedang membuat perubahan paling besar dalam strategi nuklirnya. Perombakan ini pun belum selesai. Xi masih khawatir dengan korupsi para pejabatnya dengan berulang kali mengisyaratkan bahwa kesetiaan mutlak pada partai belum tercapai.
Sampai sekarang, Pemerintah China belum mengeluarkan penjelasan mengenai keberadaan Li Yuchao dan Liu Guangbin. Laporan harian South China Morning Post menyebutkan, badan antikorupsi China sedang menyelidiki Li, Liu, dan mantan Wakil Pasukan Roket PLA Li Zhang Zhenzhong.
Morris menilai menghilangnya para pejabat tinggi China akhir-akhir ini menjadi salah satu tantangan terbesar bagi kepemimpinan Xi. Pada 2014, pemerintahan Xi melancarkan pembersihan besar-besaran di jajaran militer China hingga membuat mantan Wakil Ketua Komisi Militer Pusat, Xu Caihou dan Guo Boxiong, digulingkan dan dituntut karena korupsi. Guo dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan militer, sementara Xu meninggal sebelum diadili.
Sama halnya dengan Li dan Liu, Qin juga sudah absen dari publik selama sebulan dan posisinya kemudian digantikan oleh pendahulunya, Wang Yi, pada pekan lalu. Beberapa jam setelah badan legislatif tinggi China rapat khusus untuk mencopot Qin, foto dan penyebutan nama Qin hilang dari laman Kementerian Luar Negeri China.
Beberapa pekan lalu ada penjelasan resmi dan singkat dari Kemlu China yang menyebutkan Qin absen karena alasan kesehatan. Juru bicara Kemlu China, Mao Ning, Kamis (27/7/2023), hanya mengatakan akan merilis informasi terkait Qin pada waktu yang tepat. Wartawan yang hadir dalam konferensi pers Kemlu China gencar mengajukan 25 pertanyaan tentang kabar Qin dan mempertanyakan transparansi seputar pemecatan Qin. Akan tetapi, tidak ada jawaban. Kemlu China dan Kantor Informasi Dewan Negara yang menangani pertanyaan media atas nama partai dan pemerintah tidak menanggapi permintaan komentar dari kantor berita Reuters.
Absennya Qin yang sangat lama dan tidak dapat dijelaskan, masa jabatannya yang tiba-tiba dipersingkat, dan kejadian aneh lain seperti isi situs Kemlu China itu membuat spekulasi akan terus berputar. ”Kebenaran pada akhirnya akan terungkap. Biasanya itu yang terjadi di China meski terkadang memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Tetapi, cara dia dipecat itu jelas tidak mungkin karena alasan kesehatan,” kata Ian Johnson dari Studi China, Dewan Hubungan Luar Negeri.
Analis politik yang berbasis di Beijing, Wu Qiang, juga tidak percaya alasan kesehatan menjadi alasan pemecatan Qin. Kalau memang alasannya kesehatan, pemerintah pasti akan menugaskan seorang wakil untuk menggantikannya dan tidak secara resmi memecatnya. Setelah ditunjuk pada Desember 2022, Qin bertahan dalam posisi menlu selama hampir setengah tahun dan ia adalah salah satu menlu termuda China.
Preseden
Ada preseden pejabat yang menghilang dan dihapus dari ingatan kolektif di China. Bukan hanya Li, Liu, dan Qin yang menghilang, melainkan juga Menteri Perindustrian Xiao Yaqing yang menghilang selama hampir sebulan pada tahun lalu. Kemudian diketahui ia sedang diselidiki karena kasus korupsi. Kemlu China menghapus semua jejak daring mantan Kepala Petugas Protokol Zhang Kunsheng yang dinyatakan bersalah atas kasus korupsi dan menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan aktivitas seks pada tahun 2016.
Penghapusan seperti itu juga pernah terjadi beberapa dekade yang lalu di China. Sebuah lukisan pesanan negara yang menggambarkan momen bersejarah ketika Mao Zedong berdiri di atas Gerbang Tiananmen untuk mengumumkan berdirinya Republik Rakyat China diubah tiga kali antara tahun 1955 dan 1972 untuk menghapus pejabat yang kemudian tidak mematuhi Mao.
Namun, kasus Qin masih jauh dari kejelasan. Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China yang bersidang pada Selasa tidak menghapus jabatan Qin lainnya, yakni Anggota Dewan Negara yang posisinya lebih tinggi daripada jabatan menteri, meski lembaga itu bisa saja menghapusnya. Terlepas dari nama Qin yang dihapus dari situs Kemlu China, foto Qin masih terlihat digantung di dinding Kedutaan Besar China di Washington, Amerika Serikat. Qin dulu pernah menjadi Duta Besar China untuk AS (2021-2023).
Bagi para pengamat, menghilangnya Qin menjadi misteri terbesar karena penunjukan Qin sebagai menlu pun bukan proses asal tunjuk. Proses pemeriksaan sebelum disahkan menjadi menlu itu ketat. Sesuai dengan peraturan Partai Komunis China (PKC), para calon pemimpin harus diperiksa ideologinya. Selain itu diperiksa juga kinerja dan kepatuhan pada disiplin partai. Mereka harus mengungkapkan secara rinci tentang keluarga mereka, termasuk apakah mereka pernah tinggal di luar negeri, dan aset apa saja yang dimiliki.
Sejak berkuasa tahun 2012, Xi sudah memberlakukan banyak peraturan hanya demi memerangi korupsi dan menegakkan disiplin PKC. Upaya Xi mengatasi korupsi dilakukannya dengan cara yang menurut para pengamat memastikan loyalitas anggota terhadapnya.
”Nama baik” dan popularitas dukungan bagi Xi bisa dipertaruhkan jika pencopotan Qin lebih dari sekadar alasan kesehatan. Ini terutama karena kenaikan pangkat Qin yang meroket sebagian karena ia dekat dengan Xi. Qin mulai diperhatikan Xi ketika menjabat sebagai kepala petugas protokol selama masa jabatan pertama Xi. Posisi itu memberikan Qin akses langsung ke Xi setiap kali Xi bertemu dengan para pemimpin asing.
Karier Qin meroket dari direktur protokol menjadi Dubes China untuk AS kemudian menjadi menlu dan anggota dewan negara. Semua itu hanya dalam kurun lima tahun. Ini luar biasa cepat jika dibandingkan standar China. Sejak awal memimpin hingga masa jabatan ketiganya, Xi selalu memilih orang-orang dekat yang ia percaya untuk menjadi pejabat, khususnya mereka yang sudah pernah bekerja dengannya.
Nama-nama pejabat terpilih yang sudah diputuskan dipastikan telah secara pribadi bertemu dengan Xi. Menurut kantor berita China, Xinhua, Xi secara pribadi bertemu dengan kandidat-kandidat potensial dan berkonsultasi dengan orang lain sebelum menunjuk seseorang menjadi pejabat. ”Cerita Qin ini menyingkap kerentanan politik satu orang yang dilakukan Xi,” kata Guru Besar di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kwan Yew, Singapura, Alfred Wu. (REUTERS)