Antisipasi Perang, Niger Mobilisasi Sipil untuk Persiapan Angkat Senjata
Ada pembukaan pendaftaran bagi warga sipil di Niger yang mau menjadi sukarelawan guna persiapan perang jika pasukan asing masuk ke negara mereka.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
NIAMEY, RABU — Niger memobilisasi masyarakat sipil di atas 18 tahun untuk menjadi tentara sukarelawan apabila konflik terbuka pecah antara junta militer di negara tersebut dengan pasukan asing. Sudah tiga pekan junta merebut kekuasaan dari Presiden Niger Mohamed Bazoum. Situasi tegang karena sejumlah negara tetangga menyatakan siap menerjunkan pasukan guna mengembalikan pemerintahan Niger kembali kepada demokrasi.
Pendaftaran untuk Sukarelawan Pertahanan Niger ini diinisiasi oleh seorang warga sipil bernama Amsarou Bako. Junta militer dikabarkan tidak ikut campur di dalam prosesnya. Baru setelah pendaftaran Sukarelawan Pertahanan Niger selesai, junta akan memilih para calon yang secara fisik dan keahlian dianggap layak.
”Proses pendaftaran dimulai Sabtu nanti. Selain di Niamey, juga di wilayah-wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga Nigeria dan Benin,” kata Bako di Niamey, Rabu (16/8/2023).
Bako menuturkan, semua warga Niger berusia 18 tahun ke atas boleh mendaftar. Lowongan sukarelawan ini untuk membantu di bidang medis, logistik, teknologi, hingga turun untuk bertempur apabila diperlukan. Alasan lokasi pendaftaran juga dilakukan di perbatasan dengan Nigeria ataupun Benin ialah karena dari kedua negara itu kemungkinan pasukan asing masuk untuk menyerang Niger.
”Perang pasti akan terjadi, tinggal menunggu waktu. Oleh sebab itu, kami warga Niger harus siap membela tanah air,” kata Bako.
Potensi konflik terbesar ialah dengan pasukan negara-negara Komunitas Ekonomi Afrika Barat (ECOWAS). Niger adalah salah satu dari 15 anggota blok kerja sama kawasan ini. kepemimpinan ECOWAS saat ini dipegang oleh Nigeria, di bawah Presiden Bola Tinubu.
ECOWAS memberi junta Niger waktu satu pekan pascamakar untuk mengembalikan Bazoum kembali sebagai presiden. Namun, perimintaan ini tak digubris junta Niger. Setelah itu, ECOWAS menyatakan siap menurunkan pasukan ke Niger apabila situasi mendesak.
Pasukan ECOWAS bekerja sama dengan 1.500 pasukan Perancis dan 1.000 pasukan Amerika Serikat yang sudah lama ditempatkan di Niger. Keberadaan mereka selama ini adalah membantu militer Niger melawan berbagai kelompok bersenjata terkait Negara Islam di Irak dan Suriah ataupun Al-Qaeda.
Junta Niger mengatakan, Bazoum yang terpilih secara demokratis melalui pemilihan umum gagal mengatasi persoalan keamanan dan kemiskinan di negara itu. Ini menjadi alasan militer melakukan makar.
Sejauh ini, ECOWAS masih memberi sanksi ekonomi kepada Niger. Dilansir dari media Naija News, Presiden Gabon Ali Bongo Ondimba selaku Ketua Komunitas Ekonomi Afrika Tengah (ECCAS) mengirim utusan khusus untuk menemui Presiden Nigeria Tinubu. Intinya, ECCAS mendukung segala langkah ECOWAS untuk mengembalikan situasi di Niger.
”Afrika Tengah mengalami masalah serangan teroris Boko Haram di Kamerun. Ada pula kejahatan bajak laut di perairan Guinea. Kita tidak bisa membiarkan ada ancaman keamanan baru. Situasi berisiko di Afrika Barat akan berdampak ke Afrika Tengah dan ini harus segera dikelola.” Demikian kutipan surat Ondimba untuk Tinubu.
Tinubu menanggapi dengan mengeluarkan surat resmi melalui Kantor Kepresidenan Nigeria. Isinya ialah ECOWAS akan melanjutkan paket sanksi atas Niger. ECOWAS juga tegas tidak akan membiarkan intervensi terhadap pemerintahan demokratis.
Salah satu syarat di dalam Piagam ECOWAS adalah menjunjung demokrasi. Meskipun demikian, ECOWAS tidak menyinggung soal mobilisasi pasukan ke Niger.
NEF juga meminta agar ECOWAS ataupun Pemerintah Nigeria mencabut sanksi atas Niger karena hanya semakin mengisolasi mereka.
Tidak semua pihak di Nigeria setuju dengan Tinubu. Salah satunya ialah Forum Tokoh Adat Utara Nigeria (NEF). Menurut mereka, diplomasi adalah jalan utama. Untuk itu, mereka terus mendekati junta Niger untuk memastikan mereka mematuhi segala aturan ECOWAS.
NEF juga meminta agar ECOWAS ataupun Pemerintah Nigeria mencabut sanksi atas Niger karena hanya semakin mengisolasi mereka. ”Presiden Tinubu harus bijak melangkah. Jangan lakukan satu pun hal yang bisa memancing pecahnya konflik di situasi genting seperti ini,” kata Koordinator NEF Ango Abdullahi kepada surat kabar The Sun.
Sementara itu, Amerika Serikat juga berusaha meningkatkan diplomasinya dengan Niger. Washington mengirim duta besar yang baru untuk Niamey, yaitu Kathleen FitzGibbon, setelah posisi tersebut kosong selama dua tahun.
Sebelumnya, Washington mengirim utusan khusus Victoria Nuland untuk berbicara dengan pemimpin junta Jenderal Abdourahamane Tiani. Namun, diplomat yang malang melintang di Ukraina saat terjadi pergolakan di Kyiv itu pulang dengan tangan hampa.
Para pengamat hubungan internasional AS berpendapat bahwa Washington dalam posisi sulit. Jika mereka menjatuhkan sanksi atas Niger, negara itu semakin terisolasi dan justru kian dekat dengan Rusia. Pilihan menjalin hubungan diplomatik dengan junta akan menjadi persoalan bagi Washington yang selama ini menyuarakan demokrasi.
Mucahid Durmaz, analis senior untuk firma Verisk Maplecroft, menjelaskan, konflik terbuka harus dihindari. Negara-negara di wilayah Sahel Afrika sudah sangat tertekan dengan kondisi perekonomian dan keamanan. Apabila konflik pecah, bencana kemanusiaan tidak bisa dihindari dan akan membawa krisis internasional baru. (AP)