Havana
Tak hanya di Banten, pertunjukan mirip debus ternyata ada juga di Havana, Kuba. Di sudut-sudut ibu kota Kuba itu, Lino Tomasen—kerap dijuluki ”Si Manusia Baja”—biasa memukuli sendiri tubuhnya, seperti pergelangan tangan, siku, lengan, dan bagian lain tubuhnya, dengan palu godam.
Yang bikin warga terkagum-kagum melihat itu semua adalah Tomasen sama sekali tak cedera. Belum lama ini, pria berusia 32 tahun tersebut, sambil mengisap cerutu, push-up di atas pergelangan lengan, sementara punggungnya diduduki seorang pria dewasa. Setelah itu, ia memukuli diri sendiri pada lengannya dengan palu godam.
”Ini nyata, bukan tipuan,” ujar Edward Carbonell, pria yang duduk di punggung Tomasen yang sedang push-up. ”Ia melakukan push-up, sementara punggungnya saya duduki.”
Sebelum jadi pemain ”debus” ala Kuba, Tomasen adalah petinju. Ia bercita-cita ingin jadi seperti Mike Tyson, ”Si Leher Beton” yang merajai ring tinju dunia kelas berat pada paruh kedua tahun 1980-an.
Tomasen berlatih keras untuk menjadi petinju profesional. Salah satu latihannya, ia tempa tubuhnya, dipukuli dengan palu. Ia lalu boyongan ke Mexico City, Meksiko, untuk bertinju.
”Saya pernah 27 kali bertanding, menang dengan KO semua. Tapi, saya pilih pensiun dari tinju setelah lawan terakhir saya gegar otak dan langsung meninggal,” ujar Tomasen saat diwawancarai kantor berita Reuters di Havana.
”Saya berikan uang hasil bertinju saya (lebih dari 100.000 dollar AS atau Rp 1,5 miliar) pada keluarganya,” lanjut Tomasen. ”Sejak itu saya berjanji tidak akan bertinju lagi.”
Tomasen tak mau naik ring lagi. Ia meninggalkan jalan yang bisa mengantarkannya jadi sosok terkenal dan hidup lebih makmur sebagai petinju. Ia meniti jalan hidup sederhana dengan penghasilan uang tip dari para penonton aksi-aksi ”debus”-nya di pinggir jalan-jalan di Havana.
Tomasen mengaku tidak menyesal telah meninggalkan karier yang menjanjikan masa depan di atas ring. Ia sudah puas bahwa dirinya bisa menjadi inspirasi bagi siapa pun yang ingin menembus segala keterbatasan.
”Banyak orang mengiming-imingi saya uang ribuan, jutaan dollar, agar saya mau kembali (ke ring tinju) karena mereka tahu potensi yang saya miliki. Tapi, saya selalu bilang tidak,” ujarnya. ”Saya ingin dikenang sebagai orang yang telah mencoba menembus segala keterbatasan yang mungkin dilakukan.” (REUTERS)
--------
Serial lain Kilasan Kawat Sedunia:
Kafe di Italia, Potong Roti Jadi Dua Ada Biaya Tambahan
Khawatir Kejatuhan Langit-langit, Pegawai di India Bekerja di Kantor Pakai Helm
Berlibur untuk Memancing, Wali Kota Tampa Malah Dapat Sekantong Kokain
Kecolongan Pelari ”Titipan”, Menteri Olahraga Somalia Minta Maaf
Asyiknya Yoga Bersama ”Si Meong”, Pikiran Terang, Pulang Bawa Kucing