Penduduk AS Terus Menua, Peluang bagi Pekerja Migran
Masyarakat AS menua. Bahkan, setiap hari 10.000 orang memasuki usia 65 tahun. Negara itu butuh banyak tenaga migran yang profesional dalam bidang perawatan warga lansia.
Masalah semakin menuanya penduduk tidak hanya menjadi momok di negara-negara maju di Asia Timur. Amerika Serikat juga mengalami situasi serupa.
Di satu sisi, ini adalah bukti positif mengenai kemajuan teknologi dan pelayanan kesehatan. Akan tetapi, pada sisi lain, ini mendatangkan pertanyaan mengenai produktivitas bangsa ketika penduduknya lebih banyak lansia. Juga ada pertanyaan mengenai siapa yang akan merawat mereka semua.
Berbagai penelitian nasional ataupun lembaga independen di AS mengatakan bahwa angka kelahiran di ”Negeri Paman Sam” kian menurun. Data terakhir dikeluarkan oleh Badan Sensus Nasional AS tahun 2018, yang diperbarui pada Oktober 2019.
Sensus mengatakan bahwa per tahun 2060, satu dari empat penduduk AS berumur 65 tahun ke atas. Diperkirakan juga jumlah warga yang berusia satu abad setidaknya 500.000 orang dari total populasi.
Baca juga : Biden Tersandung dan Polemik Usianya
Bahkan, di beberapa negara bagian, umur rata-rata penduduknya adalah 73 tahun. Sebagian dari mereka tinggal sendiri karena anak-anak sudah pergi merantau ke tempat lain. Adapun usia rata-rata penduduk secara nasional adalah 38,8 tahun.
”Penduduk semakin jarang memiliki anak karena sistem ekonomi dan sosial mengakibatkan biaya pengasuhan anak tinggi sekali,” kata Philip Cohen, sosiolog dari Universitas Maryland.
Bagi para warga lansia ini, tekanan ekonomi juga menjadi persoalan besar. Perekonomian AS turun 3 persen akibat pandemi Covid-19. Presiden Dewan Nasional tentang Penuaan (NCOA) Ramsey Alwin dalam pernyataan pada laman resmi organisasi tersebut mengungkapkan bahwa 14 persen warga AS berumur 65 tahun ke atas hidup dalam kemiskinan.
”Perlu ada sistem jaminan kesejahteraan hari tua yang lebih komprehensif. Di dalamnya mencakup penanganan warga lansia sebatang kara melalui lembaga-lembaga pemerintah ataupun swasta yang bisa diakses masyarakat,” tutur Alwin.
Tenaga kerja kurang
Persoalannya, AS mengalami kekurangan tenaga kerja. Statistik menyebutkan bahwa di negara tersebut ada 10 juta lowongan pekerjaan. Lembaga kajian kesejahteraan sosial AS, Niskanen Centre, yang berbasis di Washington mengeluarkan data yang dikutip oleh majalah Time edisi 9 September 2023. Dikatakan bahwa 87 persen panti jompo kekurangan tenaga ahli.
Secara nasional, tugas-tugas pengasuhan dan perawatan ditangani oleh pekerja profesional dari luar negeri atau migran. Data rincinya ialah 25 persen pekerja domestik, seperti mengasuh anak dan mengurus rumah tangga, dilakukan oleh pekerja migran. Khusus untuk perawatan warga lansia, statistik pekerja migrannya adalah 19 persen. Mereka mencakup perawat di fasilitas kesehatan dan panti.
Baca juga : Menyiapkan Lansia Sehat dan Berdaya
AS mengalami fenomena great resignation dan quiet quitting selama pandemi Covid-19. Ini adalah ketika para pekerja di sektor layanan kesehatan, antara lain perawat, bidan, dan petugas penyokong rumah sakit, memutuskan berhenti bekerja karena stres akibat deraan pandemi. Mereka memutuskan untuk beralih melakukan pekerjaan ataupun hal-hal yang lebih membahagiakan mental dan hidup melambat.
Latar belakang sosial dan ekonomi juga berpengaruh terhadap great resignation ini. Umumnya, para pekerja yang berhenti ini bukan berasal dari kalangan migran. Mereka adalah orang-orang yang lahir dan besar di AS. Adapun para migran yang melakukan pekerjaan sama yang ditinggalkan oleh warga AS ini tetap bertahan.
Baca juga : Subsidi Jutaan Yen bagi Keluarga di Jepang yang Bersedia Keluar dari Tokyo
Padahal, Asosiasi Kolese AS (AAMC) mengeluarkan data bahwa AS bisa mengalami krisis profesional kesehatan. Dari level dokter saja, diperkirakan pada tahun 2034 negara ini hanya mempunyai 124.000 dokter. Dari jumlah itu, yang khusus menangani kasus-kasus kesehatan warga lansia hanya 6.124 orang.
Migran profesional
”Ini kesempatan yang baik untuk mendatangkan pekerja migran, tetapi khusus untuk mereka yang profesional di bidangnya. Mereka datang ke AS sudah dilengkapi dengan ijazah dan sertifikat bukti kecakapan kerja,” kata Wakil Direktur Bidang Kebijakan Migran Niskanen Centre Kristie de Pena kepada Time.
De Pena menyitir data adanya 10 juta lowongan pekerjaan dan jumlah anak muda penganggur di AS hanya 6 juta. Artinya, ada sisa 4 juta lowongan pekerjaan yang bisa diisi oleh ekspatriat.
Menurut Kevin Kincaid, Direktur Klinik Knoxville di Negara Bagian Iowa yang khusus melayani pasien lansia, proses pengurusan izin kerja untuk para migran profesional ini mahal dan berbelit-belit. Padahal, fasilitas-fasilitas kesehatan sangat membutuhkan tenaga mereka.
Baca juga : Implikasi Makroekonomi dari Ledakan Penduduk Dunia
Iowa adalah negara bagian yang sangat mengandalkan Program Conrad 30. Ini merupakan program Pemerintah AS yang memungkinkan para profesional dari luar negeri bermigrasi ke AS dengan syarat selama dua tahun bekerja di sektor yang kekurangan pekerja asli AS. Umumnya sektor pelayanan kesehatan, pembangunan infrastruktur, dan manufaktur.
”Minimal, program ini bisa diberikan kepada para mahasiswa asing yang akan menyelesaikan kuliah kedokteran di AS. Kami sangat membutuhkan keahlian mereka,” kata Senator Joni Ernst dari Iowa dan Senator Amy Klobuchar dari Minnesotta kepada media lokal WHO-TV Des Moines.
Walaupun demikian, penuaan penduduk AS dengan kecepatan 10.000 orang memasuki usia 65 tahun setiap hari ini tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Jim Johnson, pakar pertumbuhan ekonomi dari Universitas Carolina Utara (NCU), menjelaskan kepada lembaga peneliti FiveThirtyEight bahwa mayoritas konsumen di pasar AS adalah penduduk dari generasi baby boomer (kelahiran 1946-1964).
”Mereka bahkan banyak yang masih bekerja, meskipun secara kecil-kecilan, di atas usia 65 tahun untuk menjaga produktivitas diri,” ujar Johnson.
Baca juga : Embrio-embrio CEO Ditempa di India, Mengorbit ke Kursi Tertinggi di Amerika
Guru Besar Demografi dan Ekonomi Universitas California Berkeley Ronald Lee menyebutkan bahwa dua pertiga dari pengeluaran warga lansia AS berasal dari pendapatan pribadi mereka. Data ini memang tidak mencakup 14 persen warga lansia yang masuk dalam kategori miskin.
Akan tetapi, ini berarti pengeluaran atas warga lansia tak memberatkan Pemerintah AS. Ini berbeda dengan di Eropa, terutama Perancis, yang pendapatan negaranya berisiko terbebani oleh meningkatnya usia penduduk. (AP)