Serangan Tewaskan 89 Orang, Suriah Berkabung Tiga Hari
Serangan ke kompleks Akademi Militer Homs itu merupakan salah satu serangan tunggal paling mematikan dengan target militer Suriah sejak perang saudara meletus di negara itu mulai tahun 2011.
Oleh
IWAN SANTOSA
·3 menit baca
HOMS, JUMAT — Pemerintah Suriah menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari, ditandai dengan pengibaran bendera setengah tiang, sejak Jumat (6/10/2023). Suriah berkabung menyusul serangan pesawat nirawak yang menewaskan sedikitnya 89 orang di Akademi Militer Homs, Kamis (5/10/2023). Jumat ini, keluarga korban mulai memakamkan anggota atau kerabat yang menjadi korban dalam insiden tersebut.
Serangan ini merupakan salah satu serangan tunggal paling mematikan dengan target militer Suriah sejak perang saudara meletus di negara itu mulai tahun 2011. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Media-media Pemerintah Suriah menuding kelompok teroris berada di balik insiden itu.
Kementerian Kesehatan Suriah menyebutkan, korban tewas dalam insiden ini mencapai 89 orang, termasuk 31 perempuan dan 5 anak-anak. Selain itu, sebanyak 277 orang luka-luka.
Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) mencatat 123 orang tewas, termasuk 54 warga sipil, sebanyak 39 orang di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Adapun korban luka-luka, menurut lembaga berkantor di London, Inggris, itu sebanyak 150 orang.
Serangan dengan pesawat nirawak itu menarget kumpulan orang pada upacara kelulusan akademi militer di Homs. Acara ini sempat dihadiri Menteri Pertahanan Suriah Ali Mahmoud Abbas. Ia lolos dari serangan karena sudah meninggalkan lokasi upacara beberapa menit sebelum serangan.
Suasana kegembiraan dalam upacara kelulusan yang meriah itu berubah menjadi kekacauan, tangis, dan banjir darah akibat ledakan bom yang dibawa wahana nirawak. Jenazah para korban terhampar di lapangan sekolah, sementara api membakar beberapa tempat di akademi militer yang didirikan Perancis tahun 1930-an itu.
”Ibu saya datang untuk merayakan bersama saya, seolah ia menghadiri upacara pernikahan saya,” ujar Yasser Mohamed, lulusan akademi yang selamat dalam serangan tersebut. Naas, ibunya ikut menjadi korban.
”Kami sedang bergembira, berfoto-foto, dan lalu tiba-tiba... terjadilah hari yang sulit dan tragedi besar ini,” kata Mohamed.
Tudingan Damaskus
Melalui pernyataan tertulis, Kamis, militer Suriah menuding kelompok-kelompok perlawanan ”yang didukung oleh kekuatan-kekuatan internasional yang sudah diketahui”. Damaskus menegaskan ”akan membalas dengan kekuatan penuh dan segera terhadap organisasi-organisasi teroris ini, di mana pun mereka berada”.
Laman berita Al Jazeera melaporkan, di wilayah utara yang dikuasai oposisi Suriah, seperti Idlib dan Aleppo, pasukan Pemerintah Suriah melancarkan serangan balasan dengan gempuran artileri dan roket.
Khawatir dengan pembalasan dari pasukan pemerintah, otoritas-otoritas keagamaan di wilayah-wilayah yang dikuasai oposisi di Suriah utara menyerukan umat mereka agar shalat Jumat tidak dilaksanakan di masjid-masjid. Mereka mengimbau umat agar shalat di rumah masing-masing ”demi keselamatan umat Muslim”.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen mengatakan, serangan bom di kota Homs menyisakan pemandangan mengerikan. Dia memperingatkan, situasi saat ini dapat memburuk.
Ia menyampaikan duka mendalam atas jatuhnya banyak korban jiwa di semua pihak yang bertikai. ”Saya berharap semua pihak menahan diri. Kejadian mengerikan hari ini membuat kita harus segera meredakan ketegangan dan mendorong gencatan senjata di seluruh Suriah. Diperlukan kerja sama semua pihak untuk melawan kelompok teroris yang ada dalam daftar Dewan Keamanan PBB,” kata Pedersen.
Ia juga mengingatkan, semua pihak di Suriah harus menghormati hukum internasional serta menjaga keselamatan masyarakat sipil dan fasilitas umum.
Dalam laman The Hour, anggota Parlemen Suriah, Bassam Mohammed, mengatakan, menyerang tempat yang dipenuhi warga sipil adalah tindakan teroris.
Konflik di Suriah sudah menelan korban setengah juta orang tewas sejak tahun 2011. Serangan di Akademi Militer Homs ini diperkirakan bakal menyalakan lagi gelombang kekerasan di wilayah timur laut Suriah yang dikontrol oposisi. Wilayah itu selama ini relatif tenang setelah Rusia dan Turki, dua negara pendukung dua pihak yang saling bermusuhan, menyepakati gencatan senjata sejak Maret 2020. (AP/AFP/REUTERS/SAM)