Dengan aneka roket Hamas mengawali serangan ke Israel. Kapabilitas Hamas menggelar operasi kian berkembang.
Oleh
IWAN SANTOSA, BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·4 menit baca
Serangan serentak dari udara, darat dan laut oleh Hamas mengentak dunia. Bertepatan dengan 50 tahun Perang Yom Kippur tahun 1973, Hamas merobek-robek pertahanan Israel yang dipagari beragam peralatan canggih seperti sistem antiserangan udara Iron Dome serta sistem pendeteksi lainnya. Operasi militer yang mereka susun rapi, terkendali, senyap, dan terkoordinasi dengan baik dan efektif. Reputasi militer dan intelijen Israel pun dipertanyakan.
Salah satu unsur pendukung akurasi, serangan serempak, dan pendadakan Hamas itu adalah serbuan udara menggunakan ribuan roket. Hamas mengklaim mereka menembakkan 5.000 roket. Merujuk laman resmi Angkatan Bersenjata Israel, Hamas menembakkan 3.284 roket.
Sebagaimana diberitakan The New York Times, Hamas Attack Raises Questions Over an Israeli Intelligence Failure, Minggu (8/10/2023), disebutkan kemampuan Hamas makin meningkat. Tembakan simultan ratusan roket berhasil “mengecoh” kemampuan Iron Dome. Hamas ternyata telah mempelajari kerentanan sistem yang pada masa lalu – termasuk dalam serangan Mei 2021 – mampu menahan serbuan udara Hamas itu.
Merujuk seorang sumber, The New York Times menyebutkan, Hamas kali ini menggunakan sistem roket baru, Rajum. Roket ini ditembakkan secara simultan menggunakan peluncur multilaras, dengan masing-masing platform memiliki 15 laras. Selain menggunakan Rajum, dalam serangan pada Sabtu (7/10/2023), Hamas juga menggunakan drone yang mampu menjatuhkan “bom” ke posisi militer Israel serta roket-roket model lama.
Merujuk sejumlah sumber lain seperti Times of Israel, Jerusalem Center for Public Affairs dan Jewish Virtual Library, sayap-sayap militer Hamas seperti Brigade Al Qassam memiliki ribuan roket – diduga sekitar 10.000 roket beragam jenis. Roket-roket itu antara lain Qassam, Quds, Grad / WS-1-E atau Sejil 55, M-75, Fajr dan J-80, R-160, serta M302.
Jangkauan roket terendah yakni Qassam sejauh 10 kilometer, Quds sejauh 16 kilometer, lalu berturut – turut Grad sejauh 55 kilometer, M-75 sejauh 75 kilometer. Roket dengan jangkauan jauh yakni Fajr dengan jarak 100 kilometer dan selanjutnya R-160 sejauh 120 kilometer dan M-302 sejauh 200 kilometer. Selain itu, dalam serangan roket pada Mei 2021, Hamas juga menggunakan roket baru, Ayyash yang berdaya jangkau hingga 250 kilometer.
Dengan aneka roket tersebut, Hamas bisa menyerang kota – kota Israel terjauh di Nahariya di ujung utara dekat perbatasan Lebanon. Ada pun Kota Tel Aviv bisa dijangkau roket M-75 yang mampu mencapai jarak 75 kilometer.
Daur ulang dan penyelundupan
Merujuk sumber-sumber tersebut dan pengamat, roket Hamas dihasilkan dari perakitan mandiri di Jalur Gaza. Mereka mendaur ulang material yang ada di Gaza menjadi peluncur, tabung roket, hingga peledak. Sejumlah pengamat memperkirakan mereka mendapat pendampingan teknis dari Iran.
“Narasi Iran adalah bahwa mereka memulai seluruh produksi rudal di Gaza dan memberi mereka basis teknis dan pengetahuan, namun kini Palestina sudah mandiri, kata Fabian Hinz, seorang analis keamanan independen yang berfokus pada rudal di Timur Tengah, sebagaimana dikutip Kantor Berita AP, Kamis (20/5/2021). “Saat ini, sebagian besar roket yang kita lihat dibuat di dalam negeri, sering kali dengan teknik yang kreatif.”
Selain itu, Hamas juga mengandalkan pasokan komponen roket dari sejumlah negara, terutama Iran dan Suriah. Ketika Suriah tenggelam dalam perang saudara, dukungan itu berhenti. Merujuk The New York Times, hampir semua roket dan teknologi roket milik Hamas adalah komponen rancangan Iran. Komponen diselundupkan ke Gaza.
Mengutip seorang mantan pejabat intelijen AS, The New York Times menyebutkan penyelundupan komponen dari Iran itu menggunakan jalur Semenanjung Sinai-Gaza melalui terowongan bawah tanah. Meskipun pada tahun 2021 sejumlah jaringan terowongan bawah tanah berhasil dihancurkan, diduga masih ada jaringan terowongan lain yang belum terdeteksi. Melalui jalur itu serta jalur resmi, Hamas kembali menimbun pasokan alutsistanya.
Perkuatan Roket Hamas
Dalam laman globalsecurity tentang roket Hamas disebutkan, sejak tentara Israel mundur dari Jalur Gaza tahun 2005, ada lebih dari 8.000 roket ditembakkan ke Israel dan wilayah pendudukan. Pada tahun 2014 - sebagaimana diperkirakan Menteri Pertahanan Israel waktu itu, Moshe Yaalon - Hamas memiliki 10.000 roket. Pada akhir Juli 2014, Hamas menembakkan 2.600 roket dan 3,000 roket lainnya dihancurkan Israel. Israel sebelumnya mencegat pengiriman roket Fajr-5 untuk Hamas di tahun 2007 dari Sudan.
Untuk mencegah menguatnya Hamas, Angkatan Laut Israel tanggal 5 Maret 2014 mencegat kapal pembawa roket M-302 dari kapal Klos – C yang berangkat dari Suriah dengan tujuan Sudan. Roket M-302 sepanjang lima meter buatan Suriah dapat membawa 187,5 kilogram hulu ledak, memiliki bobot setengah ton dengan jangkauan 90 kilometer.
Beberapa tahun kemudian, Hamas berhasil mengembangkan roket-roket lain yang lebih canggih dan berdaya jangkau lebih dari 200 kilometer. Pada serangan Mei 2021, untuk pertama kalinya Hamas menggunakan Ayyash 250. Dan dalam serangan kali ini, Hamas menggunakan roket baru, Rajum. Meskipun dimensinya jauh lebih kecil, mobilitas dan operasi pegelaran roket ini dinilai lebih efektif. Pertarungan tampaknya belum akan berhenti.