Teknologi dan Edukasi, Kunci Kurangi Kecelakaan Lalu Lintas Fatal
Tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Amerika Serikat konsisten turun dalam 30 tahun terakhir, tetapi nyaris tidak banyak kemajuan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
Setiap tahun, setidaknya 1,3 juta orang meninggal akibat kecelakaan di jalan raya. Sebanyak 20-50 juta orang mengalami luka berat. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 93 persen kecelakaan jalan raya itu terjadi di negara-negara berkembang.
Namun, kematian akibat kecelakaan lalu lintas di negara-negara maju pun tak kalah tingginya. Berdasarkan data Departemen Transportasi Amerika Serikat, lebih dari 370.000 orang meninggal dalam insiden lalu lintas sepanjang dekade lalu (2011-2020). Setidaknya 350.000 orang di antaranya tewas di jalan raya. Secara lebih spesifik, laporan organisasi nirlaba Governors Highway Safety Association (GHSA), Rabu (18/10/2023), menyebut, pengemudi muda berusia di bawah 21 tahun paling berisiko mengalami kecelakaan fatal.
”Alasannya sangat jelas, mereka belum matang dan belum berpengalaman. Banyak pengemudi muda kurang bisa mengenali risiko dan bertindak tepat untuk mencegah kecelakaan,” kata Pam Shadel Fischer, penulis laporan GHSA.
Tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas di AS konsisten turun dalam 30 tahun terakhir, tetapi nyaris tidak banyak kemajuan, bahkan menuju arah yang salah pada 2020 dan 2021. Berdasarkan identifikasi WHO, faktor penyebab kecelakaan fatal antara lain gangguan saat mengemudi, terutama sambil menggunakan ponsel; infrastruktur jalan yang tidak aman, kendaraan yang kurang memenuhi syarat keselamatan, hingga rendahnya penegakan aturan berlalu lintas.
Otoritas AS lantas merespons dengan meluncurkan strategi keselamatan jalan raya nasional. Ada lima fokus dalam strategi tersebut, yaitu keselamatan manusia, jalanan yang lebih aman, keamanan kendaraan, kecepatan yang aman, dan perlindungan pasca-kecelakaan.
Seiring terus meningkatnya kematian di jalan raya, sangat penting memaksimalkan teknologi kendaraan terkoneksi untuk menjaga keselamatan semua pengguna jalan.
Terkait keamanan kendaraan, sejumlah teknologi keselamatan telah diterapkan. Kantong udara dan sabuk pengaman menjadi perlengkapan yang berperan untuk keselamatan sudah diterapkan sejak lama. Data menunjukkan kantong udara dan sabuk pengaman mampu mencegah 425.000 kematian dalam kecelakaan lalu lintas.
Spektrum
Pada 24 April 2023, Komisi Komunikasi Federal (FCC) menyetujui permintaan lembaga-lembaga negara bagian, produsen kendaraan, dan akademisi agar menggunakan spektrum untuk menerapkan teknologi kendaraan terkoneksi guna mencegah kecelakaan, terutama di persimpangan jalan. Menurut studi pemerintah, pemanfaatan spektrum itu dapat mencegah setidaknya 600.000 kecelakaan per tahun.
Blok spektrum 5,9 gigahertz itu telah dipesan pada 1999 bagi produsen kendaraan untuk mengembangkan teknologi bagi kendaraan supaya bisa saling berkomunikasi agar bisa menghindari kecelakaan. Namun, spektrum itu hampir tidak pernah dipakai.
Teknologi itu akan melengkapi beberapa teknologi sistem keselamatan kendaraan yang dikenal sebagai sistem bantuan pengemudi canggih (ADAS) yang sudah ada. Sistem itu di antaranya pengereman darurat otomatis dan teknologi lane departure warning yang membantu pengemudi untuk tetap berada di jalur serta memperingatkan pengemudi ketika kendaraan keluar dari jalurnya.
”Seiring terus meningkatnya kematian di jalan raya, sangat penting memaksimalkan teknologi kendaraan terkoneksi untuk menjaga keselamatan semua pengguna jalan,” kata CEO Intelligent Transportation Society of America Laura Chace.
Majalah Forbes edisi 31 Oktober 2022 melaporkan, teknologi sistem ADAS itu memanfaatkan sensor dan kamera yang dipasang di mobil. Sensor dan kamera ini akan memindai situasi sekitar yang berpotensi menimbulkan kecelakaan, sementara komputer di dałam kendaraan menganalisis data, lalu memutuskan tindakan seperti pengereman otomatis.
Saat ini hampir 50 persen mobil keluaran baru telah menerapkan teknologi ADAS yang didesain untuk meningkatkan keselamatan dengan kemampuan mengontrol kemudi dan kecepatan. Kendaraan-kendaraan terbaru bahkan dilengkapi teknologi ADAS termutakhir seperti 3D LiDAR, 4D LiDAR, hingga komputer dengan kecerdasan buatan.
Selain kendaraan yang aman, keselamatan manusia menjadi misi utama Departemen Transportasi AS. Keselamatan berkaitan erat dengan perilaku berkendara. Pada banyak kecelakaan fatal, perilaku berbahaya seperti mengebut, mengemudi di bawah pengaruh alkohol, tidak memakai sabuk pengaman, hingga kelelahan menjadi faktor penyebab utama.
Data dari Transportation Risk Behaviors Among High School Students-Youth Risk Behavior Survey 2019 menyebutkan, 43 persen pengemudi muda tidak mengenakan sabuk pengaman, 39 persen mengirim pesan singkat atau surat elektronik sambil menyetir, 17 persen pernah naik kendaraan bersama pengemudi yang mengonsumsi alkohol sekali dalam sebulan terakhir, dan 5 persen mengemudi setelah mengonsumsi alkohol sekali dalam satu bulan terakhir.
Melihat tingginya resiko yang ditimbulkan para pengemudi muda, Fischer menyarankan untuk melibatkan orangtua atau wali dan orang dewasa lainnya dalam pembelajaran mengemudi. Orangtua dan wali berperan penting memberikan pengalaman kepada anak yang tengah belajar mengemudi.
Fischer menyarankan penerapan aturan penerbitan surat izin mengemudi (SIM) yang lebih ketat. ”Buatlah pelatihan mengemudi itu tersedia untuk semua orang. Pendidikan dan pelatihan mengemudi harus tersedia bagi semua orang tanpa memandang ras, pendapatan, jenis kelamin, bahasa, usia, atau karakteristik lainnya,” ujarnya.
Ia juga menyarankan adanya investasi dalam program pendidikan sebaya (peer to peer) yang memiliki dampak lebih besar, di samping pemanfaatkan teknologi dan aplikasi bantuan pengemudi. GHSA juga menyatakan, Departemen Transportasi perlu menggunakan pendekatan sistem keselamatan komprehensif untuk meningkatkan keselamatan warga.
Pemerintah AS gencar mengampanyekan kecepatan aman berkendara, merancang jalan yang bisa memitigasi kesalahan berkendara, mendorong perilaku berkendara yang aman, dan memfasilitasi perjalanan yang aman. (AP/REUTERS)