RI-AS Akan Tingkatkan Hubungan ke Level Kemitraan Strategis Komprehensif
Presiden Joko Widodo dijadwalkan berkunjung ke AS, November 2023. Menjelang lawatan itu, kedua negara mengumumkan rencana menaikkan status hubungan ke level kemitraan strategis komprehensif.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN, MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Indonesia dan Amerika Serikat menegaskan kembali keinginan kedua negara untuk meningkatkan level hubungan ke tingkat kemitraan strategis komprehensif. Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperdalam kerja sama kedua negara di berbagai sektor.
Peningkatan level hubungan Indonesia-AS diperkirakan akan menjadi salah satu pembahasan dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke Washington DC, AS, November 2023. Demikian salah satu isu yang dibicarakan dalam pertemuan pejabat senior bidang kebijakan luar negeri dan pertahanan kedua negara di kantor Departemen Luar Negeri, Washington DC, AS, Senin (23/10/2023).
Pertemuan tersebut merupakan dialog pertama tingkat pejabat senior bidang kebijakan luar negeri dan pertahanan antara Indonesia dan AS dalam format 2+2. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Umar Hadi serta Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal Bambang Trisnohadi.
Dari pihak AS, delegasi dipimpin oleh Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Kritenbrink serta Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Urusan Keamanan Indo-Pasifik Ely Ratner.
”Kedua pihak menegaskan kembali keinginan pemimpin masing-masing untuk menaikkan hubungan AS-Indonesia ke tingkat Kemitraan Strategis Komprehensif guna memperdalam kerja sama di berbagai sektor,” demikian pernyataan bersama yang dirilis Washington seusai pertemuan.
Rencana peningkatan hubungan ke level kemitraan strategis komprehensif ini dipersiapkan menjelang peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-AS pada 2024. Selama ini, sejak 2015 kedua negara menjalin kemitraan pada level strategis, yang ditetapkan dalam kunjungan Presiden Joko Widodo ke Washington DC, Oktober 2015.
Dalam pertemuan, Senin (23/10/2023), pejabat senior kedua negara membahas berbagai sektor kerja sama, antara lain bidang pertahanan dan ekonomi, serta bertukar pandangan tentang ”pentingnya mengamankan rantai pasok, infrastruktur utama dan hijau, keamanan ekonomi regional, dan ancaman yang ditimbulkan oleh krisis iklim, serta kebutuhan mengakselerasi transisi energi bersih.”
”Pejabat kedua negara membahas langkah-langkah selanjutnya untuk mewujudkan kerja sama baru terkait mineral penting, keamanan siber dan maritim, semikonduktor, serta Kemitraan Transisi Energi Adil yang inovatif dan reaktor modular kecil,” demikian pernyataan bersama Pemerintah RI dan AS.
Kerja sama pertahanan
Adapun kerja sama bidang pertahanan yang dibahas dalam pertemuan tersebut, antara lain, mencakup keamanan maritim, kedokteran militer, pasukan penjaga perdamaian, serta pendidikan militer profesional, termasuk dalam bidang perlindungan hak asasi manusia dan standar tata kelola keamanan. Selain itu, juga kerja sama dalam latihan-latihan militer, baik secara bilateral maupun multilateral.
Sebagai mitra pelibatan militer terbesar Indonesia, Amerika Serikat menegaskan kembali komitmen untuk mendukung modernisasi kekuatan pertahanan Indonesia.
Salah satu latihan militer yang dimaksud adalah Latihan Super Garuda Shield. Ini salah satu ajang latihan militer multilateral terbesar di kawasan Asia Tenggara. Selain diikuti oleh Indonesia dan AS, pada tahun ini Super Garuda Shield dihadiri lima negara mitra dan para pemantau dari 11 negara.
”Sebagai mitra pelibatan militer terbesar Indonesia, Amerika Serikat menegaskan kembali komitmen untuk mendukung modernisasi kekuatan pertahanan Indonesia,” sebut pernyataan bersama.
Dalam pertemuan tersebut, pejabat kedua negara juga mengangkat isu pentingnya Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik untuk kemakmuran (IPEF). Perundingan IPEF dalam pilar ekonomi bersih dan ekonomi yang adil diharapkan bisa dituntaskan pada pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di San Francisco, AS.
Isu-isu kawasan
Sejumlah isu kawasan, mulai dari ASEAN, krisis Myanmar, hingga Laut China Selatan, serta isu global seperti situasi terkini di Timur Tengah, juga dibahas. Mengenai ASEAN, Amerika Serikat mengakui keketuaan Indonesia di organisasi regional tersebut tahun ini. Terkait relasinya dengan AS, peran Indonesia semakin spesial lantaran posisinya sebagai negara koordinator dalam hubungan AS-ASEAN.
Kritenbrink dan Ratner, demikian sebut pernyataan bersama, ”menggarisbawahi dukungan tanpa henti Amerika Serikat atas sentralitas ASEAN dan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik”. ”Pejabat kedua negara menekankan peran ASEAN dalam mendorong perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik,” lanjut pernyataan itu.
Dalam isu Myanmar, Washington mengapresiasi atas kepemimpinan Indonesia dalam membangun kepercayaan menuju terwujudnya penyelesaian krisis Myanmar yang ”inklusif, damai, dan demokratis”.
Pernyataan bersama juga menyebutkan desakan terhadap rezim militer di Myanmar untuk segera menghentikan kekerasan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyaluran bantuan kemanusiaan. Kedua pejabat juga menegaskan pentingnya kemajuan dalam pelaksanaan Konsensus Lima Poin Pemimpin ASEAN untuk menyelesaikan krisis Myanmar.
Kedua negara berkomitmen untuk mendukung Keketuaan Laos di ASEAN 2024 dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di Myanmar. Mereka menyoroti kerja sama dengan ASEAN sebagai hal penting untuk mencapai kemakmuran dan keamanan, baik secara regional maupun global.
Washington dan Jakarta menggarisbawahi kerja sama dengan ASEAN sebagai landasan utama untuk mewujudkan kemakmuran dan keamanan di kawasan dan dunia.
Gedung Putih melalui pernyataan resmi, 9 September 2023, mengatakan, Presiden AS Joe Biden memberikan ucapan selamat kepada Presiden Joko Widodo atas kepemimpinannya dalam Keketuaan ASEAN 2023. Biden juga berharap bisa bertemu Jokowi dalam pertemuan bilateral, November 2023, dan juga dalam pertemuan APEC.