Jelang Pertemuan Xi-Biden, China-AS Terus Perbaiki Komunikasi
Pertemuan itu dinantikan banyak pihak setelah mereka bertemu terakhir kali saat KTT G20 di Bali pada 2022.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
SINGAPURA, RABU — China menyatakan siap berdialog dengan Amerika Serikat dalam semua level untuk memperbaiki hubungan kedua negara. Menjelang rencana pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden pekan depan, komunikasi para pejabat pemerintah kedua negara terus ditingkatkan.
Wakil Presiden China Han Zheng mengatakan, sejumlah pertemuan tingkat tinggi antara Beijing dan Washington memberikan sinyal positif hubungan AS-China membaik. ”Kami siap memperkuat komunikasi dan dialog dengan Amerika Serikat di semua level, meningkatkan kerja sama saling menguntungkan, mengelola perbedaan dengan tepat, dan bersama-sama mengatasi tantangan global,” kata Han saat berbicara dalam Forum Ekonomi Baru Bloomberg di Singapura, Rabu (8/11/2023).
Relasi AS-China terpuruk ke level terbawah dalam beberapa tahun terakhir. ”Perebutan pengaruh” memicu persaingan di berbagai kawasan dan menyeret . Namun, keduanya bersedia untuk menambal hubungan yang koyak. Washington mengirim sejumlah pejabat melawat ke China untuk membangun kembali dialog yang terputus.
Xi dan Biden akan bertemu di sela-sela pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di San Francisco, Amerika Serikat. Pertemuan itu dinantikan banyak pihak setelah mereka bertemu terakhir kali saat KTT G20 di Bali pada 2022. Pembicaraan kedua pemimpin negara itu diharapkan bisa berjalan konstruktif dan berdampak baik bagi kepentingan global. ”Dunia ini cukup besar bagi dua negara untuk mengembangkan diri dan makmur bersama,” ujar Han.
Pada Selasa (7/11/2023), AS menyatakan telah mengadakan pembicaraan konstruktif dengan China soal pengendalian senjata dan nonproliferasi. Pembicaraan itu bagian dari upaya untuk membuka jalur komunikasi tetap terbuka.
Seorang pejabat AS, dikutip dari Reuters, menyebut pertemuan itu pertama diadakan sejak pemerintahan mantan Presiden Barack Obama. Salah satu prioritas dalam pembicaraan tersebut adalah menjamin kompetisi intens antara dua negara berperekonomian terbesar di dunia dan ketidaksepakatan mereka dalam berbagai isu tidak berubah menjadi konflik terbuka.
Kami siap memperkuat komunikasi dan dialog dengan Amerika Serikat di semua level, meningkatkan kerja sama saling menguntungkan, mengelola perbedaan dengan tepat, dan bersama-sama mengatasi tantangan global.
Washington mengungkapkan kekhawatiran tentang ekspansi persenjataan nuklir China. Departemen Pertahanan AS atau Pentagon memperkirakan saat ini China memiliki 500 hulu ledak. Jumlah itu masih di bawah kepemilikan AS dan Rusia, tetapi analis meyakini tetap bisa menimbulkan risiko konflik.
”Amerika Serikat menekankan pentingnya transparansi terkait peningkatan nuklir China dan keterlibatan substantif soal langkah praktis guna mengelola dan mengurangi risiko strategis dalam berbagai bidang, termasuk nuklir dan luar angkasa,” sebut pernyataan Departemen Luar Negeri AS. Kedutaan Besar China di Washington tidak memberikan komentar mengenai isu tersebut.
Pada Juni, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menggambarkan, yang diinginkan Washington dari Beijing adalah kesediaan untuk memberitahukan peluncuran rudal, termasuk soal detail ukuran dan lingkup kekuatan nuklir China. Namun, China tidak memberikan jawaban yang dianggap memuaskan oleh AS.
Pembicaraan lebih lanjut mengenai isu pengendalian senjata bergantung pada pertemuan Biden-Xi. Saat ini AS memiliki cadangan 3.700 hulu ledak nuklir. Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, Rusia memiliki 1.550 senjata nuklir, dengan cadangan 4.489 hulu ledak. (REUTERS)