San Francisco, Kota Tak Aman Potret Kegagalan Liberalisme
San Francisco bukan lagi tentang Golden Gate. San Francisco adalah kota tentang dualisme sosial dan ekonomi.
Oleh
SIMON SARAGIH
·5 menit baca
Kota San Francisco, Negara Bagian California, Amerika Serikat, mendadak menjadi perhatian dunia. Moscone Center, gedung konvensi dan ajang pameran luas di kota itu, akan menjadi lokasi pertemuan puncak para pemimpin Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC 2023, 15-17 November. Alhasil, San Fransicco pun dikupas dan disebut salah satu kota simbol kejayaan ekonomi AS. Namun, kota ini sekaligus terkuak sebagai potret kegagalan liberalisme.
Kota ini dipersepsikan tidak aman bagi warganya sendiri. Jajak pendapat Gallup pada Agustus 2023 menyebutkan, San Francisco tidak aman. Aksi perampokan menjadi salah satu warna. Pemimpin umum raksasa real estat Prologis Inc, Hamid Moghadam, dirampok dengan todongan senjata di luar rumahnya tahun lalu.
Moghadam harus menunggu 10 menit hingga operator 911 menjawab panggilannya. Dalam suratnya kepada para pejabat kota, ia mengkritik menurunnya tingkat keselamatan publik. Moghadam mengatakan, jika harus melakukan hal serupa, ia akan berpikir dua kali untuk mendirikan kantor pusat perusahaan senilai 95 miliar dollar AS itu di San Francisco. Ia turut mendirikan Prologis Inc pada empat dekade lalu (Bloomberg, 10 November 2023).
Perampokan membuat para pemilik toko di pusat kota San Francisco menutup usahanya. The Associated Press, 16 Juli menuliskan, toko-toko menutup usaha. Mereka yang hengkang, yakni AT&T, Gap, Macy’s, Old Navy, H&M, Uniqlo, restoran makanan China bernama Michelin Star, toko Microsoft, dan banyak lagi lainnya.
Deretan bangunan kosong menjadi warna utama pusat kota San Francisco. Perubahan cara berbelanja turut menyebabkan mal-mal dan lokasi gim tutup usaha. Menurunnya pengunjung, termasuk turis Asia, juga menjadi penyebab penutupan usaha.
Dualisme sosial
Masalah gelandangan turut memperkeruh potret San Francisco. Sebanyak 70 persen warga San Francisco menyebutkan, keberadaan para gelandangan menjadi tiga masalah teratas, sebagaimana dikutip dari artikel ”The ongoing crisis of homelessness in the Bay Area: What’s working, what’s not” (McKinsey, 23 Maret 2023). Ada 38.000 gelandangan di Bay Area.
Marak pula transaksi narkoba di antara warga, termasuk melibatkan para gelandangan. Bukan hal aneh jika di emperan pusat kota San Francisco anak-anak pergi dan pulang sekolah dengan pemandangan gelandangan menyuntikkan cairan narkotika ke tubuh. Bloomberg menuliskan San Francisco penuh dengan tunawisma, kotoran, dan obat-obatan.
Elon Musk, CEO Tesla, yang bermarkas di Palo Alto di selatan San Francisco, menyebutkan kota itu terasa seperti ”post-apocalyptic”.
San Francisco tak pelak lagi menjadi kota yang sarat dengan dualisme akut. Kota ini bukan lagi tentang estetika warisan Italia yang sering diparadekan di Washington Square Park. Kota ini bukan lagi tentang warisan Asia seperti pecinan di dekat Moscone Center. San Fransisco juga bukan lagi tentang kehebatan Golden State Warriors, klub basket terkenal, dengan stadion di Chase Center.
Elon Musk, CEO Tesla, yang bermarkas di Palo Alto di selatan San Francisco, menyebutkan kota itu terasa seperti ”post-apocalyptic”. Ini merujuk pada situasi kacau di akhir zaman. Wartawan CNN yang meliput suasana kota amat dikejutkan dengan tenda-tenda para gelandangan di pusat kota.
San Francisco bukan lagi tentang lokasi yang dikitari rumah-rumah bersinar pada malam hari di pegunungan sekitar. San Francisco pun bukan lagi tentang Golden Gate, salah satu ikon kota yang diburu para turis dunia. San Francisco adalah kota tentang dualisme sosial dan ekonomi.
Pengamanan ketat
Akan tetapi, San Francisco yang menjadi lokasi pertemuan pemimpin 21 negara anggota APEC akan aman. Matt Murray, pejabat Departemen Luar Negeri AS yang menangani acara-acara APEC 2023, Minggu (12/11/2023), menjanjikan AS sebagai tuan rumah yang baik.
Pengamanan pertemuan dijamin 100 persen. Para gelandangan di sekitar pertemuan telah dihalau dan dijanjikan lokasi baru. Pejalan kaki yang tidak berkepentingan sudah diimbau agar tidak mendekat ke Moscone Center (SFGate, 7 November 2023).
Mereka yang boleh memasuki area pertemuan hanya yang memiliki tanda pengenal resmi. Pemeriksaan barang bawaan juga akan dilakukan secara ketat. ”Akan ada pengawasan ekstra yang dilakukan aparat keamanan, militer, dan personel keamanan publik San Francisco untuk hajatan ini,” kata Asisten Agen Khusus dari Secret Service, Jeremy Brown, dikutip ABC7News, 13 November.
Pengamanan didukung 1.000 polisi California. Pengamanan bukan hanya untuk mengatasi ancaman kriminal lokal dan para tunawisma. ABC News, 8 November, mengutip Direktur Secret Service Kim Cheatle menyebut, perang di beberapa sudut dunia menaikkan risiko keamanan bagi para pemimpin yang hadir.
Sudah diantisipasi beberapa rencana protes menjelang pertemuan puncak APEC. Akan tetapi, hal itu akan dihindari, termasuk lewat kerja sama dengan FBI dan petugas keamanan dari berbagai lembaga. Mereka akan berkoordinasi untuk pengamanan transportasi darat, laut, dan udara.
Menarik minat Asia
Penyelenggaraan APEC 2023 mencanangkan pertemuan kali ini menjadi pertemuan yang epik. Di dalamnya ada harapan agar San Francisco kembali berjaya dan menjadi kota yang hidup. Salah satu Ketua APEC 2023 Host Committee, Kevin Xu, kepada CGTN, 13 November, berharap turis Asia akan kembali berdatangan.
Kevin mengingatkan, San Francisco merupakan kota pecinan pertama di AS dan kini menjadi kota pecinan kedua terbesar di AS setelah New York. Tentu San Francisco juga menjadi salah satu gerbang utama Asia masuk ke AS.
Sejak pandemi Covid-19, kunjungan wisatawan Asia belum pulih ke level 2019. Hal ini diduga turut menjadi penyebab kemerosotan ekonomi San Francisco karena kedatangan turis pembelanja terbesar, yakni asal Asia, belum normal. Situasi ini turut diperburuk dengan sentimen negatif terhadap etnis Asia yang sempat meningkat di AS.
Karena itu, salah satu misi APEC 2023 adalah menjadikan San Francisco bersinar kembali dan berharap turis Asia datang kembali. Pertanyaannya, apakah hal itu bisa terwujud?
Tentu San Francisco tidak akan pudar. Kota ini berada di kawasan pertumbuhan tinggi di AS. Di sekitar San Francisco ada Palo Alto, markas Silicon Valley, lokasi Stanford University yang terkenal, serta markas Meta, Google, dan perusahaan-perusahaan teknologi besar kaliber dunia. San Francisco tidak jauh pula dari Berkeley, lokasi Universitas California. Kota San Francisco salah satu kota pelabuhan besar di AS.
Akan tetapi, persoalan utama bagi AS sekarang ini adalah pudarnya perekonomian, diperburuk dengan relokasi usaha ke Asia sejak lama. Dualisme sosial dan ekonomi San Francisco dan sekitarnya, menurut McKinsey, terletak pada fragmentasi kebijakan, termasuk bernada rasisme. Dominasi kepemilikan aset oleh kulit putih bukan hal baru, melainkan sudah lama terjadi. Ini salah satu penyebab ketimpangan yang menyebabkan dualisme.
Relatif mengena sebutan Bloomberg, pemandangan di San Francisco adalah kegagalan dari sistem liberal. Ini merujuk pada kebijakan pasar bebas, diiringi kebijakan bernada rasis dan ketidakpedulian pada minoritas.
Tentu semua ini juga merupakan resultante dari kebijakan antipajak kaum Republikan (The Washington Post, 7 Agustus 2023). Pajak adalah salah satu alat untuk pemerataan, tetapi AS, terutama Republikan, selalu meyakini bahwa pajak akan memanjakan hingga merugikan. (AFP/AP/REUTERS)