Generasi Milenial Lebih Cepat Menua
Dampak dari stres itu membuat mereka sulit fokus dan merasa seolah-olah tidak ada yang memahami betapa stresnya mereka.
Menjadi tua itu pasti. Dan, bagi generasi milenial, proses menua itu ternyata datang lebih cepat. Generasi milenial atau yang berusia 30-40 tahun menua lebih cepat ketimbang generasi sebelumnya atau generasi orangtuanya. Penyebabnya beragam.
Yang paling berkontribusi mempercepat proses itu adalah mengonsumsi makanan olahan secara berlebihan, termasuk makanan dengan tambahan gula, tidak aktif secara fisik atau jarang olahraga, ritme hidup yang tidak seimbang antara bekerja dan menikmati waktu bebas, serta terlilit kesulitan keuangan.
Baca juga : Milenial dan Generasi Z Memiliki Sikap Keterbukaan yang Tinggi
Agar tak cepat menjadi tua atau menua secara berkualitas, para ahli merekomendasikan perubahan gaya hidup seperti mengubah pola makan menjadi lebih baik dan lebih banyak berolahraga.
Harian The South China Morning Post (SCMP), Selasa (12/11/2023), menyebutkan mereka yang lahir antara tahun 1981 dan 1996 sebenarnya lebih sadar akan kesehatan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Akan tetapi, kondisi kesehatannya menurun lebih cepat ketimbang orangtua mereka seiring dengan bertambahnya usia.
Ini merupakan hasil studi pada 2020 yang dilakukan perusahaan asuransi kesehatan Blue Cross Blue Shield di Amerika Serikat. Data menunjukkan penurunan ini terjadi pada kesehatan fisik seperti hipertensi dan kolesterol tinggi serta kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan.
Namun, fenomena ini bukan hanya terjadi di AS, melainkan juga di Asia. Generasi milenial di Korea Selatan, misalnya, juga diperkirakan akan menua lebih cepat. Guru Besar di Departemen Kedokteran Geriatri pada Asan Medical Center di Seoul Jung Hee-won memperingatkan generasi milenial akan menjadi generasi pertama yang menua lebih cepat dibandingkan dengan orangtua mereka.
Baca juga : Generasi Muda China Tolak Tekanan Kehidupan dan Pekerjaan
Mereka yang ada di kelompok usia ini rentan terhadap penyakit terkait usia yang biasanya baru dialami orang-orang yang berusia 50-60 tahun. ”Risiko milenial lebih besar terhadap kondisi kronis jangka panjang seperti obesitas, diabetes, kanker, dan penyakit jantung, yang semuanya bisa mempercepat proses penuaan,” ujarnya.
Banyak penelitian yang menghubungkan obesitas dengan percepatan penuaan karena obesitas berkontribusi terhadap kerusakan DNA yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel pernah melakukan studi nasional pada 2021 dan 2022 tentang ini.
Hasilnya menunjukkan lebih dari separuh laki-laki berusia 30-40 tahun mengalami obesitas. Indeks massa tubuhnya lebih dari 25. Sementara pada kelompok perempuan, mereka memiliki persentase lemak tubuh yang relatif tinggi dan massa otot kurang pada bagian lengan dan kaki.
Pemicu penuaan yang lain adalah pengecilan otot atau sarkopenia karena meningkatkan risiko gangguan kognitif. Guru Besar Jockey Club Institute of Aging di Chinese University, Hong Kong, Au Yeung Tung-wai mengatakan, semakin banyak orang dewasa muda yang usia biologisnya (usia selnya) lebih besar ketimbang usia kronologis mereka (jumlah tahun dia hidup).
Risiko milenial lebih besar terhadap kondisi kronis jangka panjang seperti obesitas, diabetes, kanker, dan penyakit jantung, yang semuanya bisa mempercepat proses penuaan.
Seiring dengan perkembangan teknologi, orang lebih sering menghabiskan mayoritas waktunya di media sosial dan kurang berolahraga. Temuan survei 2022 oleh perusahaan asuransi kesehatan Bupa di Hong Kong terhadap 500 generasi milenial menunjukkan, generasi muda tidak memprioritaskan kesehatan mereka meski mereka sadar dan paham bahwa mereka seharusnya memprioritaskan kesehatan.
Lebih dari separuh (53 persen) mengaku tidak punya waktu cukup untuk menjaga gaya hidup sehat. Hanya 45 persen yang berolahraga kurang dari sekali seminggu. Hampir separuh (48 persen) percaya bahwa stres-lah yang menghalangi mereka menjadi lebih sehat. Mereka umumnya melaporkan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di kantor, seperti nyeri bahu dan leher, mata terlalu tegang, dan sakit kepala.
Psikolog klinis pada Coastal Therapy Group di Carlsbad, California, AS, Chelsea Dudley, dalam situs Asosiasi Psikologi Amerika, 1 November 2023, menyebutkan, orang dewasa muda di AS tingkat stresnya lebih tinggi ketimbang generasi yang lebih tua. Penyebabnya sebenarnya umum pada usia-usia itu, seperti harus mengambil keputusan karier, keuangan, dan merencanakan masa depan.
Akan tetapi, anak-anak usia 20-30 tahun saat ini menjadi lebih stres karena ada masalah inflasi, akses layanan kesehatan buruk, dan dampak penyakit Covid-19. Yang paling membuat mereka stres—sama seperti generasi yang lebih tua—adalah kesehatan dan keuangan. Dampak dari stres itu membuat mereka sulit fokus dan merasa seolah-olah tidak ada yang memahami betapa stresnya mereka.
Berubah
Untuk mencegah atau memperlambat penuaan, Jung menyarankan generasi milenial segera merombak gaya hidup dengan mengombinasikan kapasitas fisik dan mental. Banyak berjalan, makan sehat dan hidup aktif, memeriksakan kesehatan secara teratur, meditasi, serta menetapkan prioritas utama dalam hidup menjadi beberapa ”jalan keluar” yang bisa dipraktikkan. Au Yeung menambahkan pentingnya membangun otot untuk mengurangi kemungkinan patah tulang saat bertambah tua.
Guru Besar Departemen Kedokteran di National University of Singapore Reshma Merchant (50), kepada SCMP, menceritakan, semua rasa sakit dan nyeri di tubuhnya hilang setelah rajin olahraga dua kali seminggu, latihan ketahanan, dan membakar kalori selama 18 bulan. ”Saya juga minum vitamin seperti koenzim Q10, minyak ikan kod, dan probiotik. Makan buah beri segar dan brokoli supaya bisa membantu mengurangi lemah jenuh,” kata Merchant.
Merchant menilai, dampak ekonomi jangka panjang dan percepatan penuaan pada generasi muda itu terjadi karena mereka lebih kesepian, mudah cemas, dan kurang gerak dibandingkan dengan generasi orangtua mereka pada usia yang sama. Jika prevalensi penyakit kronis meningkat, mereka juga sudah pasti tidak akan bisa produktif.
Baca juga : Susah Cari Kerja, Anak-anak Muda di China Memilih Jadi ”Anak Purnawaktu”
Demi menjaga kualitas sumber daya manusia yang baik, Pemerintah Singapura mendorong penuaan yang sehat dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk menjaga masyarakat tetap aktif, terlibat secara sosial, dan memilih makanan lebih sehat. Jalur-jalur pejalan kaki dan jalur bersepeda dibangun dari pantai ke pantai, melintasi dan mengeliling pulau, serta menghubungkan taman-taman kota.
”Pemerintah bahkan mengurangi kadar gula yang diperbolehkan dalam minuman manis dan memakai sistem pelabelan Nutri-Grade empat tingkat berdasarkan kandungan gula dan lemak jenuh dalam minuman. Demi membantu rakyat membuat pilihan lebih sehat,” kata Merchant.