Israel dan Hamas sama-sama menanggung kerusakan parah. Dalam perang jalanan, sangat sulit menentukan siapa pemenangnya.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
BRUSSELS, RABU — Uni Eropa ikut mendukung sanksi bagi pemukim Israel di Tepi Barat. Sanksi itu menambah daftar perubahan sikap sekutu Israel di tengah Perang Gaza 2023. Israel semakin sulit menang dalam perang itu.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan dukungan pada sanksi terhadap pemukim itu. ”Peningkatan kekerasan oleh pemukim ekstremis menyulitkan warga Palestina,” ujarnya, Rabu (13/12/2023), di Brussels, Belgia.
Ia menyebut, kekerasan oleh pemukim Israel di Tepi Barat tidak ada kaitan dengan perlawanan terhadap Hamas. Perilaku pemukim itu malah melemahkan peluang perdamaian di kawasan.
Larangan diberlakukan apabila pemukim itu terlibat dalam penyerangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat. Larangan seperti itu telah lebih dulu diumumkan AS. Walakin, sampai sekarang belum ada perincian teknis penerapannya.
UE gagal menyatukan sikap soal perang Gaza. Sebagian anggota mendukung penuh Israel menyerbu Gaza. Sementara sebagian lagi mendesak gencatan segera diberlakukan.
Desakan lain
Tidak hanya dari anggota UE, desakan gencatan senjata juga disampaikan sekutu AS-Israel dari kawasan lain. Australia, Selandia Baru, dan Kanada kini mendukung gencatan senjata di Gaza.
Mereka juga menolak wacana Israel mengendalikan Gaza selepas perang ini. Warga Gaza dan Tepi Barat harus diberikan hak sepenuhnya untuk menentukan siapa pemimpin mereka.
Sementara Paus Fransiskus kembali memohon gencatan senjata diberlakukan di Gaza. Ia juga meminta seluruh sandera dibebaskan Hamas dan pasokan bantuan kembali mengalir tanpa hambatan ke Gaza.
Sikap itu sudah berulang kali disampaikan pemimpin tertinggi umat Katolik tersebut. ”Semoga penderitaan dahsyat orang Israel dan Palestina berakhir,” ujarnya.
Permohonan sejenis disampaikan Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi Filippo Grandi. ”Bencana besar kemanusiaan sedang terjadi di Gaza dan sejauh ini DK PBB gagal mencegah kekerasan berlanjut,” ujarnya.
Perang Gaza dikhawatirkan meningkatkan beban pengungsi di Timur Tengah. Kini, di seluruh dunia ada 114 juta pengungsi dan sebagian berada di berbagai negara Timur Tengah. ”Ancaman migrasi paksa meningkat di kawasan,” ujarnya.
Sulit menang
Sementara Kepala Forum Kajian Palestina pada Moshe Dayan Center for Middle Eastern and African Studies, Michael Milstein, menyebut bahwa sejauh ini perang hanya menghasilkan kehancuran Gaza. ”Walakin, Israel masih jauh dari menghancurkan Hamas. Mayoritas perjuangannya masih hidup, punya roket,” katanya kepada media Israel, The Jerusalem Post.
Padahal, berulang kali pemerintah Israel menekankan tujuan serbuan Gaza untuk memusnahkan Hamas. Israel menekankan, perang akan berlanjut sampai Hamas dikalahkan.
Milstein mengatakan, penghancuran berbagai bangunan pemerintahan di Gaza tidak berguna untuk mengalahkan Hamas. Sebab, Hamas tidak membutuhkan bangunan-bangunan itu untuk meneruskan perlawanan terhadap Israel. ”Bagi Hamas, perlawanan paling penting,” katanya.
Perlawanan akan terus berlanjut meski seandainya para pemimpin Hamas di Gaza saat ini tewas.
Ia mengingatkan, Israel akan menghabiskan banyak sumber daya dalam perang ini. ”Tidak akan ada penyerahan diri massal anggota Hamas. Israel tidak akan pernah bisa menyatakan tujuannya di Gaza telah tercapai. Terlalu dini menyatakan Hamas akan hancur,” katanya.
Rusak parah
Dosen pada Hebrew University of Jerusalem, Danny Orbach, menyebut bahwa serangan Israel memang bisa mengurangi kemampuan Hamas memerintah di Gaza. Dengan perkembangan sekarang, hanya itulah yang mungkin dicapai Hamas.
Baginya, sulit membenarkan klaim menang dari Hamas atau Israel. ”Dalam perang ini, sering kali ada klaim seperti itu. Dalam perang jalanan ini, sangat sulit menentukan siapa pemenangnya,” katanya.
Israel dan Hamas sama-sama menanggung kerusakan parah. Lebih dari 100 tentara Israel tewas dalam serbuan ke Gaza. Padahal, militer Israel (IDF) punya perlengkapan jauh lebih baik dibandingkan Hamas dan aneka kelompok perlawanan Palestina.
Sementara Gaza kehilangan hampir seluruh dari 35 rumah sakit di wilayah itu. Rumah sakit yang tersisa tidak bisa berfungsi penuh karena berbagai fasilitas dihancurkan Israel.
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan, cadangan vaksin untuk anak-anak di Gaza habis. Rumah sakit juga kesulitan menyediakan layanan kesehatan anak. (AFP/REUTERS)