Singapura Minta Vaksinasi Kala Kasus Covid-19 Melonjak Lagi
Kasus penyakit menular Covid-19 kembali naik di Singapura. Kendati sudah 60 persen warga mendapatkan vaksinasi, pemerintah setempat minta warga melanjutkan vaksinasi untuk menjaga kekebalan tubuh.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
SINGAPURA, RABU — Singapura menganjurkan warganya tetap menerapkan protokol kesehatan dan memvaksinasi. Anjuran itu menyusul kenaikan jumlah kasus baru Covid-19.
Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan, Singapura akan bertahan dari Covid-19. Agar bisa menghadapi virus itu, masyarakat harus meneruskan vaksinasi.
Dilaporkan The Strait Times pada Kamis (14/12/2023), ada 32.035 kasus baru di Singapura pada 26 November-2 Desember 2023. Di pekan sebelumnya ada 22.094 kasus baru. Pada Rabu (13/12) ada 560 pasien Covid-19 di Singapura.
Menurut Ong, ada beberapa penyebab kasus naik lagi selain karena kekebalan warga melemah. Peningkatan perjalanan dan interaksi orang jadi penyebab penyebaran meningkat.
Ia mengimbau warga mendapat vaksinasi setidaknya setahun sekali. Tahun ini, 40 persen warga belum divaksinasi. Warga berusia di atas 60 tahun dan punya penyakit penyerta dianjurkan untuk mendapatkan vaksinasi.
”Jika masyarakat tidak melanjutkan vaksinasi, persentase akan turun. Apabila gelombang berikutnya datang, dampaknya akan jauh lebih besar, utamanya kepada warga lanjut usia,” ujarnya.
Selain meminta masyarakat tetap melakukan vaksinasi, ia juga meminta warga tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat, untuk warga lansia sebaiknya menghindari kontak. Lalu, apabila sakit hendaknya memakai masker saat harus berada di ruang publik.
Penyakit pernapasan
Singapura, lanjut Ong, juga mewaspadai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza dan virus pernapasan syncytial (RSV). Untuk penyakit karena virus pernapasan, di China sudah terjadi lonjakan kasus pada akhir November lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai menaruh perhatian kepada China.
Upaya terus dilakukan dengan cara membuka lebih banyak klinik dan area perawatan, memperpanjang jam layanan, dan meningkatkan pasokan obat-obatan.
Seperti dilaporkan Associated Press (AP) yang mengutip penjelasan juru bicara Kementerian Kesehatan China, Mi Feng, lonjakan penyakit pernapasan itu disebabkan oleh virus flu dan patogen lain yang dikenal, bukan karena virus baru.
Dijelaskan Mi Feng, penyakit infeksi pernapasan ini terjadi karena tumpang tindihnya virus-virus umum, seperti virus influenza, rhinovirus, virus pernapasan syncytial atau RSV, adenovirus, serta bakteri, seperti mikoplasma pneumonia, yang merupakan penyebab umum infeksi saluran pernapasan.
Kementerian Kesehatan China meminta pemerintah daerah untuk membuka lebih banyak klinik untuk mengatasi demam dan mempromosikan vaksinasi bagi anak-anak dan orang tua.
”Upaya terus dilakukan dengan cara membuka lebih banyak klinik dan area perawatan, memperpanjang jam layanan, dan meningkatkan pasokan obat-obatan,” ujar Mi Feng.
Ia juga meminta masyarakat mengenakan masker. Ia meminta pemerintah daerah untuk fokus mencegah penyebaran penyakit di tempat umuml, seperti sekolah dan tempat perawatan bagi lansia.
WHO secara resmi meminta China untuk terus memberikan informasi terkait potensi lonjakan penyakit pernapasan dan pneumonia pada anak-anak yang mengkhawatirkan. (AP)