Biaya menyewa hunian di Amerika Serikat naik 15 persen. Mereka yang tak mampu membayar terpaksa menggelandang.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
Takia Cheeks sekeluarga bisa bernapas lega untuk sementara. Ibu empat anak ini akhirnya dinyatakan layak mendapat bantuan pemerintah untuk meringankan biaya sewa apartemen meskipun tidak secara permanen. Minimal, ini membuat ia dan anak-anaknya tidak perlu lagi menjadi tunawisma.
Kepada media NPR edisi Jumat (15/12/2023), Cheeks menceritakan pengalaman keluarganya saat kena gusur pada Juli lalu. Alamat dan nama kota tempat ia berada dirahasiakan guna melindungi privasi.
Ia mengaku tidak kuat lagi membayar uang kontrakan rumah sehingga harus angkat kaki dari tempat tinggalnya. Demi mencari upah lebih tinggi, Cheeks memboyong keempat anaknya pindah ke Negara Bagian Virginia dengan mengendarai mobil sedan Ford Fiesta yang merupakan harta terakhirnya.
Selama mencari pekerjaan, Cheeks dan anak-anak terpaksa tinggal di mobil mereka yang diparkir di lapangan parkir umum. Sedan itu ”disulap” menjadi kamar sempit untuk lima orang.
Setiap subuh, mereka menumpang mandi di tempat pengisian bensin. Sukar bagi Cheeks untuk mencari pekerjaan karena dua dari empat anaknya berkebutuhan khusus sehingga ia memerlukan waktu kerja yang fleksibel.
Akhirnya, di bulan Oktober, ia memperolah pekerjaan sebagai kurir untuk salah satu perusahaan lokapasar. Berkat namanya tercatat kembali di dalam bursa tenaga kerja, Cheeks berhak menerima bantuan terbatas keringanan biaya sewa tempat tinggal yang langsung ia manfaatkan untuk menyewa apartemen.
”Minimal saya bisa mengatur strategi supaya pengalaman tinggal di parkiran itu tidak terulang,” ujarnya.
Cheeks termasuk beruntung karena akhirnya bisa memperoleh pekerjaan. Saat ini, di Amerika Serikat, angka tunawisma naik 12 persen dibandingkan pada 2022. Pemerintah Federal AS mencatat, kini jumlah tunawisma ada 653.104 orang.
Meningkatnya jumlah tunawisma ini merupakan fenomena gunung es karena survei pemerintah tidak mencatat orang-orang yang tinggal menumpang di rumah kerabat. Negara-negara bagian dengan jumlah tunawisma terbanyak ialah California, New York, Florida, Washington, dan Texas.
Masih kepada NPR, Direktur Eksekutif Dewan Antarlembaga AS untuk Tunawisma (ICH) Jeff Olivett menerangkan, angka tunawisma terus naik sejak 2017. ”Harga properti terus naik dan otomatis biaya mengontrak tempat tinggal ikut naik. Sebaliknya, kenaikan upah masyarakat terlalu sedikit. Otomatis, berkurang pula jumlah warga yang bisa menyewa hunian,” tuturnya.
Pandemi Covid-19 membuat banyak orang kehilangan pekerjaan dan inflasi sepanjang tahun 2022 tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Dampaknya, orang-orang tidak mampu membayar sewa dan mayoritas di antara mereka adalah keluarga. Selain itu, juga ada masalah tunawisma yang menimpa orang dengan gangguan jiwa.
Sejumlah pihak mengeluarkan komentar miring yang menuduh persoalan tunawisma ini akibat melonjaknya jumlah migran. Hal ini karena setengah dari populasi tunawisma AS adalah orang-orang kulit berwarna. Akan tetapi, hal itu dibantah oleh Guru Besar Kebijakan Publik Universitas Pennsylvania Dennis Culhane.
”Tanpa keberadaan para migran pun masalah tunawisma ini akan terjadi. Akarnya adalah kebijakan pengadaan perumahan rakyat yang tidak efektif. Terdapat pula persoalan bunga cicilan hipotek dan kebijakan pengelolaan sewa tempat tinggal yang tidak ramah masyarakat,” katanya kepada surat kabar New York Times.
Perkataan Culhane senada dengan hasil kajian perusahaan jual beli dan sewa properti Redfin. Pada Juni 2022, mereka meluncurkan laporan bahwa biaya sewa properti rata-rata nasional naik 15 persen dibandingkan dengan tahun 2021. Setiap bulan, di AS, rata-rata penduduk harus merogoh kocek sebesar 2.000 dollar AS untuk mengontrak tempat tinggal.
Di beberapa kota bahkan ada yang naik gila-gilaan. Austin (Texas), Cincinnati (Ohio), dan Seattle (Washington) adalah kota yang rata-rata biaya sewa naik 30 persen atau dua kali lipat rata-rata nasional. Bahkan, kota Nashville di Tennessee naiknya 32 persen dan setiap bulan uang sewa rata-rata adalah 2.140 dollar AS. Di Los Angeles, California, harga rata-rata adalah 3.400 dollar AS per bulan.
”Apa pun kalangan ekonominya, harga rumah dan apartemen sekarang mahal,” kata ekonom Redfin, Daryl Fairweather, di laman perusahaan tersebut.
Ia menjelaskan, sejak tahun 2010, perusahaan pengembangan properti mengurangi proyek pembangunan rumah dan gedung apartemen. Ini mengakibatkan kelangkaan rumah sehingga harganya naik.
Pada saat yang sama, jumlah penduduk yang harus mengontrak tempat tinggal bertambah. Biaya kontrakan terpengaruh langsung oleh setiap gangguan ekonomi. Solusinya, menurut Fairweather, ialah pembangunan perumahan rakyat yang diatur oleh pemerintah. Ini memungkinkan orang memiliki hunian permanen dan tidak rentan tergusur jika krisis ekonomi mengguncang. (AFP)